Sasa tampak terdiam. Di dalam tasnya ada sesuatu yang harus ia tunjukan pada Elsa. Tapi sahabatnya itu sangat sulit untuk di temui. Dan malam ini. Di pesta yang di adakan pihak sekolah, Sasa akan memberikannya. Dan sejujurnya Sasa sudah merindukan sahabatnya yang sudah lama tak ia temui seusai ujian dulu.
Sasa menjenjangkan kepalanya saat melihat Adam dan Elsa hadir, menerobos kerumunan yang saat itu juga baru saja datang. Sempat melihat Adam dan Elsa berbincang dengan beberapa orang yang mungkin mengucapkan selamat atas kelulusan.
Elsa menatap Sasa yang melambaikan tangannya. Sempat meminta ijin pada Adam untuk menemui Sasa. Dan segera melangkah saat Adam menganggukan kepalanya.
"Hai?" Elsa segera memeluk Sasa yang hampir satu bulan lebih tak ia temui.
Sasa tersenyum dan membalas pelukan hangat dari Elsa. Meminta Elsa untuk duduk di kursi yang ada di hadapannya. Sasa tampak menghela napas.
"Ada yang mau gue kasih tau ke lo," ucap Sasa.
"Gue juga." balas Elsa
Sasa tersenyum melihat Elsa yang tampak berbinar. "Lo dulu deh, kayaknya lo seneng banget." ucap Sasa.
Elsa menunjukan telapak tangannya di hadapan Sasa. Meminta Sasa untuk menunggunya sejenak. Elsa membuka tasnya. Meraih sesuatu berukuran kecil dan sedikit panjang.
Sasa tertegun saat Elsa menunjukan benda kecil yang di tengahnya terdapat garis dua. Dan Sasa tau itu sebuah, testpack.
"Elsa?" desis Sasa tak percaya. Sementara Elsa tampak sangat antusias.
"Gue hamil."
"Jadi lo udah, sama Adam?" tanya Sasa dengan wajah syok. Sedangkan Elsa terlihat sangat excited.
"Empat minggu yang lalu. Dan Adam belum tahu soal ini." ucap Elsa berbisik.
Sebenarnya Elsa sangat tidak tahan untuk berteriak karena perasaannya yang luar biasa. Tapi Elsa ingat tidak ada satu pun yang tahu kalau ia sudah menikah dengan Adam. Semua orang hanya tahu Elsa adalah kekasih Adam.
Sasa masih terdiam. Kembali meletakkan benda yang ingin ia tunjukan pada Elsa. Rasanya tidak tega menyakiti hati Elsa yang sepertinya sangat bahagia dengan hadirnya si malaikat kecil di rahimnya.
"Oh iya, tadi lo mau ngasih tau soal apa?" tanya Elsa.
Sasa segera menggelengkan kepalanya dan memasang senyum manis. "Enggak. Bukan sesuatu yang penting. Gimana? Lo bahagia sama Adam?" tanya Sasa.
Elsa menganggukan kepalanya. "Banget. Adam cinta banget sama gue sekarang, Sya. Dia manis banget. Setiap malam itu selalu bikinin gue susu sebelum tidur. Selalu bantuin gue masak ya walaupun dia gak bisa masak. Dia itu sosok suami idaman gue banget. Iya sih dulu dia benci sama gue dan gue juga benci sama dia. Tapi dia sekarang udah berubah." jelas Elsa.
Sasa tersenyum. Menyeka air matanya yang tiba-tiba saja turun. Berusaha menghapusnya dengan cepat agar Elsa tak melihatnya menangis.
"Kenapa? Kok nangis?" tanya Elsa.
"Enggak, gue gak papa. Gue cuma terharu aja sahabat gue bentar lagi jadi ibu. Gue harap lo sama Adam bahagia selamanya. Gue harap gak ada lagi hal-hal konyol yang bisa misahin kalian. Gue harap lo sama Adam akan selamanya bareng." ucap Sasa. Suaranya bergetar dan membuat Elsa terenyuh.
Elsa mendekat. Memeluk Sasa yang tersenyum dan masih menitikkan air mata.
"Selamat ya cempreng. Semoga malaikat kecilnya cantik dan ganteng." bisik Sasa.
Elsa menganggukan kepalanya. Teringat masa semester satunya yang dengan cepat berakhir dan ia kini sudah menjadi seorang istri dan calon ibu dari anak seorang Adam Rahardian.
***
Elsa berkali-kali mengalihkan pandangannya mencari di mana posisi Adam. Terlebih saat ini sudah sangat ramai dan acara musik sudah di mulai. Jujur, Elsa merasa sesak berada di tengah kerumunan manusia yang tengah bersorak memeriahkan acara musik yang saat ini di mainkan.
Sampai akhirnya Elsa merasa dadanya sesak. Kepalanya mulai berdenyut dan pandangannya kabur. Elsa mencoba keluar dari kerumunan yang membuatnya sesak. Tapi sayangnya ia terlambat. Tubuhnya limbun dan tak tau jatuh di mana, menimpa siapa. Yang Elsa rasakan hanyakah sesak dan bau anyir itu begitu menyengat. Oh Shit! Mimisan lagi.
"Elsa?!"
Adam membulatkan matanya saat melihat Elsa limbun di tengah kerumunan orang. Adam segera melempar gelasnya. Berlari dengan panik menghampiri orang-orang yang terkejut melihat Elsa jatuh pingsan.
"Elsa? Sayang bangun? Elsa?" Adam segera memeluk Elsa. Menepuk-nepuk kedua pipi Elsa. Adam menggeram. Melepaskan jasnya dan menyelimuti tubuh Elsa dengan jas miliknya.
Dengan cepat, Adam mengangkat tubuh lemas Elsa segera membawanya pulang dan memanggil dokter.
***
Adam terduduk di tepi kasur. Sejak tiga puluh menit yang lalu Adam menggenggam tangan Elsa. Wanita itu sudah sadar sejak enak menit yang lalu. Wajahnya tampak pucat. Tapi Elsa masih memasang senyum. Menunggu sang dokter mengutarakan sesuatu pada Adam yang sejak tadi menatapnya dengan wajah bingung. Bingung karena Elsa yang terus tersenyum.
Dokter itu menghela napas. Menatap Elsa dengan tersenyum. Lalu menatap Adam yang tampak menaikkan kedua alisnya.
"Sudah ke dokter?" tanya dokter itu pada Elsa dan langsung mendapat gelengan kepala dari Adam mau pun Elsa.
Dokter itu kembali tersenyum. "Selamat ya? Istri bapak hamil. Dan dari hasil dugaan sementara. Usianya jalan empat minggu."
Adam terdiam dengan tatapan tak percaya. Lalu menatap Elsa yang kini tersenyum dengan sangat manis. Empat minggu? Yah empat minggu. Di mana Adam dan Elsa pertama kali melakukannya.
"Empat minggu dok?" tanya Adam.
Dokter itu mengangguk sembari mengemasi barang-barangnya. "Itu baru dugaan saya. Untuk lebih lanjut. Lebih baik ke spesialis dan minta USG untuk mengetahui usia janin yang sebenarnya. Baiklah, tugas saya selesai. Dan ini resep vitamin untuk Nyonya Elsa. Saya permisi."
Adam menerima selembar kertas berisi beberapa vitamin yang harus ia tebus untuk menjaga kesehatan Elsa. Sempat mengucapkan terima kasih sebelum dokter itu benar-benar pulang.
"Sayang? Aku gak nyangka bakal secepet ini," ucap Adam.
Elsa tersenyum. Mengusap pipi Adam dengan sangat lembut. "Aku jauh lebih gak percaya. Tadi sore aku cuma iseng pake test pack dan hasilnya positif."
Adam semakin melebarkan senyumnya. Mengusap lembut kening Elsa. Lalu mengecupnya cukup lama. "I love you." bisik Adam.
"Love you too."
Adam kembali melebarkan senyumnya saat Elsa membalas ucapannya. Adam berkali-kali menghujani punggung tangan Elsa dengan kecupan-kecupan kecil. Meluapkan semua perasaan bahagia yang saat ini membludak di dalam hatinya. Kebahagiaan tiada tara dan baru pertama kali ia rasakan.
Malaikat kecil yang dulu sering di ceritakan Bundanya ketika ia akan tidur. Malaikat kecil itu kini tumbuh di rahim Elsa. Di rahim istri tercintanya. Di rahim seorang Nyonya Rahardian yang berparas cantik.
Bersambung lohh :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
Teen Fiction'INI TAKDIR KITA. KITA YANG DISATUKAN OLEH HAL KONYOL, DAN KITA YANG DI PISAHKAN OLEH HAL YANG SUNGGUH MENYAKITKAN' Sebuah cerita yang berawal dari sebuah kekonyolan dan salah paham. Cerita itu berlanjut dengan tidak serius. Tapi, kisah ini berakhir...