Sasa melangkah sembari memainkan ponselnya. Sesekali tersenyum saat mendapat balasan whatsapp dari Revan. Sejak seminggu yang lalu Sasa memang sangat dekat dengan Revan. Laki-laki itu manis dan terkesan sangat romantis bagi Sasa.
"Pagi Sasa?"
Sasa menghentikan langkahnya saat seseorang menyapanya dan berhenti tepat di hadapannya. Sasa mengalihkan pandangannya dari ponsel. Menatap laki-laki di hadapannya ini dengan wajah polosnya yang semakin membuat wajah Sasa terkesan imut dan cantik.
"Adam?" desis Sasa.
Adam tersenyum. Lalu merogoh tas sekolahnya dan menyerahkan sesuatu pada Sasa. Gadis itu menautkan alisnya bingung. Saat ini Adam kembali mengulurkan tangannya dan menyerahkan sebuah... cokelat.
"Buat lo," ucap Adam yang mengerti tatapan Sasa.
"Buat gue? Emang ada apaan, Dam? Ntar Elsa marah kalau ta-"
"Udah ambil aja. Ucapan selamat pagi dari gue," potong Adam dan meletakkan cokelat itu di telapak tangan Sasa lalu melangkah pergi setelah melempar senyum manis pada Sasa.
Sasa masih menatap bingung cokelat di tangannya. Merasa aneh dengan sikap Adam hari ini. Tapi akhirnya Sasa berteriak mengucapkan terima kasih pada Adam yang kini sudah beberapa langkah di belakangnya.
"Suami lo aneh, Elsa." desis Sasa.
Lalu kembali menatap cokelat ditangannya. Dan kemudian menyimpannya ke dalam tas. Hanya menganggap sikap Adam pagi ini tak lebih dari sekedar teman yang menyapa.Ponselnya kembali bergetar saat ia meletakan cokelat pemberian Adam kedalam tas. Revan baru saja membalas whatsapp darinya dan kali ini membuat Sasa kembali tersenyum dengan manis.
-ourdestiny-
"Makasih kak."
Sebelum turun dari mobil Raka, Elsa sempat memberikan kecupan lembut di pipi Raka seperti biasanya. Tidak peduli dengan statusnya yang kini sudah menjadi seorang istri. Raka tersenyum dan menganggukan kepalanya. Lalu mengusap lembut pelipis Elsa. Memberi sinyal pada adiknya itu bahwa ia menyayangi Elsa. Sangat menyayangi Elsa.
"Bilang sama Adam kalau kamu gak boleh capek," ucap Raka.
"Tenang aja, Kak. Adam baik kok sama aku. Jadi dia gak mungkin bikin aku kecapean. Tadi malam aja dia yang masak buat makan malam. Dia sayang banget sama aku, Kak. Yaudah, aku masuk dulu. Bentar lagi kelas di mulai."
Untuk kesekian kalinya Elsa beralibi bahwa Adam sangat menyayanginya. Raka hanya tersenyum dan melambaikan tangannya saat Elsa turun dari mobil dan berpamitan lagi pada Raka.
"Hati-hati, Kak!" teriak Elsa ketika mobil Raka sudah melaju di jalan raya.
"Lumayan nih buat jajan. Traktir Sasa, ah."
Elsa segera mengayunkan kakinya memasuki gedung kampus. Berniat menemui Sasa dan mentraktirnya saat jam istirahat nanti. Tidak pedulu jika Adam mengambil uangnya kembali. Pasalnya, Adam memberikan uang itu untuk naik taksi. Bukan untuk jajan atau pun mentraktir Sasa.
-ourdestiny-
Adam sudah duduk di bangkunya. Seperti biasa, Adam hanya membaca buku paket yang akan di pelajari hari ini. Elsa melangkah mendekat dan duduk di bangkunya. Tepat di samping Adam. Tapi sebelum Elsa duduk. Lengannya di tarik Sasa dan gadis itu menarik Elsa keluar dari kelas.
"Kenapa sih, Sa?" tanya Elsa.
Sasa tak langsung menjawab. Sasa melirik ke dalam kelas dan melihat Adam masih fokus pada bukunya. Sasa segera menyerahkan cokelat yang sejak tadi ia sembunyikan di balik punggungnya. Elsa yang tak mengerti hanya menautkan alisnya.
"Gue gak mau nerima cokelat ini. Gue takut lo marah dan gue juga takut kalau Revan tahu gue dapet cokelat dari Adam tadi pagi. Gue takut Revan Marah. Jadi cokelat ini buat lo aja," ucap Sasa yang kemudian meletakan cokelat itu ditelapak tangan Elsa.
"Cokelat dari Adam?" tanya Elsa lagi.
"Iya. Tadi pagi dia nyapa gue terus ngasih cokelat ini. Katanya cokelat ini buat gue, sebagai ucapan selamat pagi. Gue gak berani nerima Elsa. Gue takut istrinya ntar marah sama gue," jelas Sasa yang diakhiri dengan kekehan yang akhirnya membuat Elsa mengerucutkan bibirnya.
"Istri. Dia aja gak begitu nganggep aku sebagai istrinya," ucap Elsa dengan suara pelan agar tak ada yang mendengar pembicaraanya dengan Sasa. Pasalnya, tak ada yang tau kalau Adam dan Elsa sudah menikah kemarin. Hanya keluarga Adam, Raka, dan Sasa.
Sasa tak membalas lagi ucapan Elsa. Hanya mengusap lembut bahu Elsa.
Elsa tersenyum. Tapi ia berpikir, kenapa Adam memberikan cokelat pada Sasa. Padahal Adam adalah laki-laki yang dingin dan cuek. Elsa menarik napas dan membuangnya perlahan. Dalam hati Elsa bertanya kenapa oksigen mulai menipis. Tapi sebelum itu terjawab Sasa sudah menarik tangannya untuk masuk ke kelas.
Bersambung...
Vote dan komen:)
Follow;
rtarisa_
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
Teen Fiction'INI TAKDIR KITA. KITA YANG DISATUKAN OLEH HAL KONYOL, DAN KITA YANG DI PISAHKAN OLEH HAL YANG SUNGGUH MENYAKITKAN' Sebuah cerita yang berawal dari sebuah kekonyolan dan salah paham. Cerita itu berlanjut dengan tidak serius. Tapi, kisah ini berakhir...