"Haus banget sumpah!" ucap Shiren saat baru saja selesai menyeruput air kelapa yang ia minum bersama Adam.
Adam terkekeh melihat wajah lelah Shiren saat ini. Dan kemudian meraih tissue. Mengusap lembut pelipis Shiren yang berkeringat.
"Tapi aku seneng banget bisa jalan sama kamu lagi," ucap Shiren lagi.
"Aku juga seneng. Malah seneng banget bisa jalan sama princess Shiren-ku yang cantik ini." Adam mencubit kecik saat melihat Shiren mengerutkan bibir tipisnya.
Shiren terdiam. Mulai memikirkan sesuatu yang membuatnya sedikit ragu dengan kesungguhan Adam. Laki-laki itu menautkan alisnya saat melihat perubahan wajah Shiren. Dengan cepat Adam meraih tangan Shiren, menggenggamnya dengan erat dan mengecupnya dengan sangat lembut.
"Kamu kenapa? Mikirin apa?" tanya Adam.
"Engga. Aku cuma, takut suatu saat kamu bakal ninggalin aku buat cewek itu. Masalahnya kamu sama dia udah nikah. Tinggal satu rumah dan setiap hari ketemu. Aku takut lama-kelamaan kamu bakal suka sama dia dan ninggalin aku sendirian," ucap Shiren.
"Aku gak mungkin ninggalin kamu. Gimana pun caranya. Aku tetep gak akan pernah bisa ninggalin kamu. Kamu lupa? Mau aku pergi dari kamu dengan cara apapun aku tetep gak akan bisa ninggalin kamu. Aku udah terikat sama kamu. Jangan takut, aku cuma sayang dan cinta sama kamu."
Adam mengusap lembut pelipis Shiren dan membuat gadi itu tersenyum. Meskipun masih ada rasa takut akan kehilangan Adam suatu saat nanti.
"Kita pasti menikah," ucap Adam kembali meyakinkan. Shiren tersenyum dan menganggukan kepalanya percaya dengan apa yang Adam ucapkan. Dan Shiren berharap itu bukan sebuah janji yang Adam ucapkan untuk di ingkari suatu saat nanti.
-ourdestiny-
Kak Ita sibuk dengan kameranya dan sibuk memotret dirinya sendiri dengan background sunset. Pemandangan yang sangat indah memang. Tapi Elsa sama sekali tak menikmatinya. Gadis itu sibuk duduk dan menatap kosong air pantai. Sesekali air matanya terjatuh saat bayangan Adam mencium Shiren kembali terngiang. Bunda Rika sebenarnya tau jika Elsa tengah memikirkan sesuatu.
Di saat langit berhias cahaya jingga keemasan. Air mata Elsa yang turun terlihat berkilau. Dan membuat siapapun tau bahwa gadis ini tengah menangis. Bunda Rika mendekat dan tanpa berucap apapun merengkuh tubuh mungil Elsa ke dalam pelukannya.
"Kamu kenapa, sayang? Cerita sama Bunda," bisik Bunda Rika.
Elsa menggelengkan kepalanya. Membalas dekapan Bunda Rika dan menangis lebih kencang di dalam dekapan Bunda. Entahlah, Elsa merasa ada yang terluka di dalam sana dan membuatnya merasakan sakit dan perih yang membuatnya tak tahan untuk menahan air matanya.
"Kamu kenapa sih? Jangan diem mulu. Bunda gak tau kamu kenapa?" tanya Bunda Rika yang terlihat mulai cemas dan mengusap lembut puncak kepala Elsa.
'Aku cinta sama Adam, Bunda. Aku sayang sama anak Bunda. Aku ngaku sekarang kalau aku jatuh cinta sama Adam, Bun. Aku ngaku.'
Batin Elsa menjerit dengan kencang. Suaranya tercekat membuatnya sulit untuk menjawab pertanyaan ibu mertuanya itu. Elsa hanya bisa terisak dan membuat Bunda kebingungan. Tak berniat melepaskan pelukan itu karena Elsa masih meremas baju yang ia kenakan dan memeluknya dengan kuat.
"Peluk Bunda sayang. Peluk sampai kamu puas dan semua beban kamu hilang. Bunda di sini buat meluk kamu kapan pun kamu mau peluk Bunda," bisik Bunda Rika.
Elsa memang merasa rugi atas pernikahannya dengan Adam. Tapi Elsa merasa beruntung karena pernikahan ini mempertemukannya dengan seorang wanita berhati malaikat yang begitu menyayanginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
Roman pour Adolescents'INI TAKDIR KITA. KITA YANG DISATUKAN OLEH HAL KONYOL, DAN KITA YANG DI PISAHKAN OLEH HAL YANG SUNGGUH MENYAKITKAN' Sebuah cerita yang berawal dari sebuah kekonyolan dan salah paham. Cerita itu berlanjut dengan tidak serius. Tapi, kisah ini berakhir...