Elsa tersenyum lalu menyematkan bando di kepalanya. Cantik dan manis. Elsa segera meraih tasnya dan pergi menuruni tangga. Senyuman itu masih mengembang dengan manis. Menuruti satu persatu anak tangga rumahnya.
"Taksinya udah nunggu tuh di depan. Gue berangkat duluan." Adam segera melangkah keluar. Menghiraukan Elsa yang kini terdiam di anak tangga terakhir.
Elsa menghela napas. Masih terdiam dan menatap kepergian Adam. Laki-laki itu serius memanggilkan taksi untuknya. Elsa kembali menampik perasaannya dan tersenyum. Menganggap semua sama seperti biasa sebelum ia bertemu Adam dan menjadi istri laki-laki itu.
Elsa melangkah turun saat sebuah ponsel diatas meja bergetar. Ponsel itu milik Adam yang mungkin tak sengaja tertinggal. Elsa meraihnya dan mendapati sebuah pesan siap dibuka.
"S?" gumam Elsa saat melihat abjad yang tertera di layar ponsel Adam. Dengan ragu Elsa membuka pesan itu, membacanya perlahan.
’Pagi sayang. Miss you.’
Elsa membaca pesan itu dengan perlahan. Tak sadar jika secara perlahan dadanya kian sesak. Sesak tanpa sebab. Sebenarnya Elsa tahu apa yang dia rasakan sekarang. Tapi ’Gengsi’ membuat Elsa enggan mengakuinya. Suara klakson membuat Elsa tersadar dan segera menarik napas panjang agar sesak itu menghilang. Menyimpan ponsel Adam ke dalam tasnya dan berniat memberikannya saat disekolah nanti.
-ourdestiny-
Sasa melambaikan tangannya pada Revan yang baru saja mengantarnya. Sasa masih menatap Revan yang kini mulai menjauh bersama motornya. Gadis cantik ini kemudian melangkahkan kakinya memasuki area kampus, berniat menunggu Elsa yang masih belum datang.
"Sasa!"
Teriakan itu membuat Sasa menghentikan langkahnya, Sasa menatap ke arah parkiran dan mendapati Adam yang kini berlari kecil menghampirinya. Sasa sedikit mundur saat kini Adam berdiri tepat di hadapannya.
"Kenapa, Dam?" tanya Sasa. Gadis itu kembali mundur satu langkah, berusaha membuat jarak antara dirinya dan Adam.
"Lo kenapa ngejauh sih?" tanya Adam.
Sasa menghela napas dan tersenyum tipis menatap Adam yang kini tersenyum manis padanya. "Lo kenapa manggil gue?" tanya Sasa.
"Enggak, cuma mau ngajak ke kelas bareng," jawab Adam.
"Ayo!" lanjut Adam yang di akhiri dengan menarik lengan Sasa. Menariknya dengan lembut meski Sasa belum menjawab ’iya’ untuk pergi ke kelas bersama Adam.
Sementara itu, Elsa terdiam. Tangan kanannya masih menggenggam ponsel milik Adam. Awalnya Elsa ingin segera mengembalikan ponsel itu ketika ia melihat Adam di parkiran. Tapi niatnya terurungkan ketika ia melihat Adam berteriak memanggil Sasa lalu berbincang dengan sahabatnya itu. Dan sekarang Adam pergi ke kelas dengan menarik lengan Sasa. Sikap manis yang tidak pernah Elsa lihat ketika Adam bersamanya.
"S? Mungkin Sasa." desis Elsa.
Elsa segera menyimpan ponsel milik Adam ke dalam saku hoddie-nya. Lalu, kembali mengayunkan kedua kakinya menyusul Adam dan Sasa yang sudah lebih dulu melangkah. Dan untuk kesekian kalinya Elsa berusaha menampik perasaannya sendiri. Tentang apa yang ia rasakan.
-ourdestiny-
Prakk!
Adam terkejut saat secara tiba-tiba sebuah ponsel di lempar ke mejanya. Adam tau itu adalah ponselnya yang tertinggal. Tapi Adam geram ketika tau siapa yang melempar ponselnya dengan sembarangan.
"Lo jadi cewek kasar banget sih. Kalo handphone gue rusak gimana?" tanya Adam. Wajahnya menunjukan sedikit kemarahan pada Elsa yang kini terduduk di bangkunya. Membuka tas dan meraih satu buku untuk ia baca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
Teen Fiction'INI TAKDIR KITA. KITA YANG DISATUKAN OLEH HAL KONYOL, DAN KITA YANG DI PISAHKAN OLEH HAL YANG SUNGGUH MENYAKITKAN' Sebuah cerita yang berawal dari sebuah kekonyolan dan salah paham. Cerita itu berlanjut dengan tidak serius. Tapi, kisah ini berakhir...