-DUA PULUH EMPAT-

1K 61 2
                                    

Melangkahkan kaki menapaki satu per satu anak tangga menuju kamar. Sesekali ia menghela napasnya. Mengingat waktu singkat yang terukir bersama Raka. Ia merasa langkahnya berat ketika tanpa sengaja ia mengingat kata 'Nyonya Rahardian' yang di lontarkan Raka untuknya.

"Elsa? Kamu udah pulang?"

Elsa menghentikan langkahnya. Memutar tubuh lemasnya menatap Bunda Rika yang kini berdiri di anak tangga terakhir. Dengan susah payah Elsa mencoba tersenyum manis.

"Ada apa Bunda?" tanya Elsa.

"Enggak. Bunda cuman mau tanya kamu udah makan malam belum? Kalau belum di meja ada makanan. Tadi Bunda masak banyak buat kamu sama Adam," ucap Bunda Rika.

Elsa menganggukan kepalanya dan tersenyum. "Nanti aku makan Bunda. Aku mau ke kamar dulu mandi sama ganti baju."

Bunda Rika mengangguk dan meminta Elsa segera pergi ke kamar. Dan segera pergi meninggalkan Elsa yang kini masih berdiri di tengah Anak tangga. Elsa menghela napas dan segera melangkah menuju kamarnya, dan Adam.

-ourdestiny-

Hampir setiap hari semua aktivitas berjalan sama. Monoton. Elsa yang selalu pergi bertiga dengan Bunda dan Kak Ita. Dan Adam selalu pergi dengan Shiren. Laki-laki itu pintar menyembunyikan sosok Shiren dari Bunda dan Kak Ita. Hingga sampai saat ini mereka berdua tak ada yang tau mengenai hubungan Adam dan Shiren.

Hari ini, hari terakhir Bunda dan Kak Ita ada di rumah ini. Besok Kak Ita harus kembali menjalani aktivitasnya sebagai seorang mahasiswi. Dan Bunda Rika kembali tinggal berdua dengan Ayahnya yang besok pulang dari Surabaya.

Elsa tersenyum saat Bunda Rika dan Kak Ita menggandeng lengannya. Membiarkan Adam menyeret koper-koper milik Bunda dan Kak Ita sendirian.

"Sayang, Bunda sedih deh harus ninggalin kamu sama Adam sendirian," ucap Bunda dengan raut wajah yang sedikit sedih.

"Bunda, kan kita pisahnya gak jauh. Kita bisa ketemu kapan aja kan Bunda," ucap Elsa yang saat ini tersenyum.

"Iya kamu sama Bunda enak masih bisa ketemu. Lah Kakak? Kan besok Kakak harus balik ke Singapura. Padahal kan Kakak masih kangen sama ipar Kakak." Kak Ita memeluk Elsa dengan erat. Meskipun sudah satu minggu bertemu, Kak Ita tetap merasa belum puas bertemu dengan Elsa.

Elsa tersenyum menatap kakak iparnya yang cantik dan kemudian memeluknya. "Kakak tenang aja, nanti aku bakal sering-sering telepon Kakak deh." ucap Elsa.

Kak Ita membalas pelukan Elsa dan tersenyum. Bunda dan Kak Ita segera masuk ke dalam taksi saat Adam mengatakan bahwa semua koper sudah selesai di masukan.

Bunda dan Kak Ita kembali memeluk Elsa sebelum akhirnya mereka berpisah. Sebelumnya Bunda Rika mengatakan pada Adam agar Adam selalu menjaga Elsa dan tidak membiarkan Elsa kelelahan.

Adam dan Elsa melambaikan tangannya ketika taksi itu mulai melaju. Elsa tersenyum tipis saat Bunda Rika mengeluarkan satu tangannya dan melambaikan tangannya pada Elsa dan Adam. Sampai akhirnya taksi itu menghilang di balik tikungan jalan.

Adam melangkah lebih dulu menuju rumah. Meninggalkan Elsa yang masih berdiri di depan pagar. Senyum Elsa menghilang saat melihat Adam menerima sebuah telepon. Elsa yakin itu pasti dari Shiren.

Elsa menghela napas dan segera melangkah memasuki rumah. Menghiraukan Adam yang saat ini menatapnya sembari terus berbicara pada si penelepon.

"Elsa..."

Elsa menghentikan langkahnya saat Adam menyerukan namanya cukup lantang.

"Nanti beresin barang-barang lo dan balik ke kamar lo. Oh iya satu lagi. Malam ini gue gak pulang," ucap Adam.

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang