Elsa terduduk tepat di samping Sasa yang kini sibuk memainkan ponselnya. Gadis itu sesekali tersenyum saat mendapat balasan pesan dari seseorang yang ia hubungi. Beberapa kali Elsa bertanya tapi Sasa hanya menjawab bahwa itu teman.
"Sa?" panggil Elsa.
Sasa menghiraukan panggilan Elsa dan sibuk membalas pesan dari seseorang yang tidak Elsa ketahui. Sampai akhirnya Sasa menarik napas panjang dan mengalihkan pandangan kearah Elsa yang kini mulai melamun.
Sasa tersenyum. Memperlihatkan ponselnya dan menunjukkan foto seorang laki-laki tampan yang sejak tadi membuat Sasa tersenyum dan selalu menghiraukan Elsa.
"Gimana menurut lo? Ganteng gak?" tanya Sasa.
Elsa menautkan alisnya, memperhatikan foto seorang laki-laki yang Sasa tunjukan. Lalu beralih menatap Sasa yang kini masih menunggu jawaban Elsa dengan senyuman manisnya.
"Siapa?" tanya Elsa.
"Revan. Anak fakultas sebelah. Gimana? Gue kenal dia seminggu yang lalu. Dan kemarin gue habis nge-date sama dia. Ganteng kan?" tanya Sasa antusias.
Elsa menganggukan kepalanya dan tersenyum membenarkan ucapan Sasa. Tapi entah kenapa Elsa tidak terlalu senang seperti biasanya. Biasanya saat Sasa menunjukan foto laki-laki tampan, Elsa pasti akan heboh dan berkali-kali memuji ketampanan laki-laki itu. Namun, Revan di mata Elsa adalah sosok laki-laki tampan tapi biasa saja.
"Jadi kamu berubah cantik kayak gini gara-gara dia?" tanya Elsa.
Sasa menganggukan kepalanya dan kembali membalas pesan dari Revan. Elsa menghela napas lalu menyandarkan punggungnya. Ia pikir Sasa jatuh cinta pada Adam begitu pun sebaliknya. Pasalnya Elsa merasa aneh ketika Sasa menyapa dan dengan cepat Adam membalas sapaan itu.
"Aku pikir kamu mulai suka sama Adam." ucap Elsa. Sasa yang mendengarnya tertegun dan beberapa detik kemudian ia tertawa mendengar ucapan Elsa.
"Gue? Suka sama Adam? Ya enggak lah Elsa. Adam itu kan punya Elsa seorang," ucap Sasa seraya menaik turunkan alisnya untuk menggoda Elsa yang kini mulai memasang wajah cemberut.
"Apaan sih. Mana mau aku sama cowok songong muka aspal kayak dia? Kayak gak ada cowok lain aja." ucap Elsa kesal.
Sasa tertawa melihat Elsa yang kini memonyongkan bibirnya dan memainkan kuku jarinya. Elsa diam, otaknya kembali mengingat Adam dan pernikahan konyol itu yang belum mendapatkan jalan keluar sampai sekarang. Di tambah Adam yang ingin menemui Raka dan berbicara langsung pada laki-laki itu.
Sampai lamunan itu buyar ketika ponselnya bergetar dan sebuah pesan singkat menghiasi layar ponselnya. Sebuah nama yang sangat ia benci kini tertera jelas di layar ponselnya.
'Gue di depan rumah lo. Keluar. Gue mau ketemu kakak lo. Soalnya kata bunda pernikahannya dimajuin.'
Sontak isi pesan itu membuat Elsa membulatkan matanya dan segera turun dari ranjang kasur kamarnya seraya mengumpat Adam yang seenak jidat datang ke rumah dan ingin menemui Raka.
Elsa segera membuka kaca jendelanya dan mendapati Adam yang kini bersandar pada body motornya. Elsa bisa melihat Adam melirik jam tangannya dan memain-mainkan mp3 milik Elsa yang belum Adam kembalikan sejak pertama kali Adam menahan mp3 itu.
Elsa berdecak lidah kesal dan segera turun dari kamar. Sempat meminta Sasa untuk tidak turun dari kamarnya dan tetap stay di dalam kamar. Elsa segera turun dan membuka pintu. Tapi sayangnya ia terlambat. Adam sudah berdiri di ambang pintu tepat di hadapan Raka yang membuka pintu.
Elsa menghela napas saat melihat Adam menatapnya dan tersenyum tipis.
-OurDestiny-
![](https://img.wattpad.com/cover/144845875-288-k720839.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
Novela Juvenil'INI TAKDIR KITA. KITA YANG DISATUKAN OLEH HAL KONYOL, DAN KITA YANG DI PISAHKAN OLEH HAL YANG SUNGGUH MENYAKITKAN' Sebuah cerita yang berawal dari sebuah kekonyolan dan salah paham. Cerita itu berlanjut dengan tidak serius. Tapi, kisah ini berakhir...