Aroma telur goreng yang sedap membangunkan gadis cantik ini dari tidurnya. Di tambah aroma masakan lain yang kini seperti mengaduk perutnya yang kosong dan meronta untuk segera di isi.
Elsa terduduk. Memperhatikan ruang kamar yang di dominasi warna cokelat sengan wallpaper volkadot yang lucu. Sempat bingung beberapa saat namun akhirnya tersadar ketika ia menyadari bahwa tubuhnya masih terbalut gaun putih yang ia pakai sejak pagi.
Elsa menyibak selimutnya. Kembali menjinjing gaun sampai batas mata kaki dan segera masuk kamar mandi, mengingat hari sudah mulai gelap dan ia masih mengenakan gaun yang ia pakai sejak pagi. Setelah selesai semua Elsa akan turun menemui Adam dibawah.
-ourdestiny-
Langkah lemas itu berhenti di depan pintu. Mengetuk pintu rumah beberapa kali berharap ada yang membuka pintu. Tapi sayangnya Raka baru ingat jika adiknya sudah tidak tinggal ini lagi. Semalam Elsa memberitahu Raka bahwa setelah acara pernikahannya yang di gelar secara tertutup dan hanya di hadiri para kerabat. Adam akan membawanya tinggal di rumah baru. Rumah mereka berdua dari Bunda Rika dan Ayah Hendra.
Dengan berat hati Raka meraih kunci rumahnya dan membukanya perlahan. Tetap berusaha menguatkan hatinya yang rapuh. Tak ada kata yang Raka ucapkan. Hanya helaan napas berat yang sesekali terdengar. Mulai hari ini, ia tinggal sendiri, melakukan semuanya sendiri. Kecuali Elsa berkunjung kemari.
-ourdestiny-
Adam meletakkan beberapa menu makanan di atas meja makan. Menatap jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh malam. Dan gadis bersuara tidak enak itu belum juga bangun dari tidurnya. Atau lebih tepatnya belum turun dari kamar. Adam menggelengkan kepalanya dan duduk di kursi. Meraih piring dan mulai makan sendiri tanpa Elsa. Menunggu gadis itu hanya akan membuatnya semakin kelaparan.
"Kamu kenapa gak bangunin aku sih? Aku kan bisa masak kalau kamu laper?"
Adam baru saja menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya. Melihat Elsa yang kini sudah terlihat santai dengan pakaian simple-nya. Hanya celana jeans selutut dan kaos berlengan pendek yang santai berwarna hijau muda. Rambutnya yang panjang di gerai begitu saja. Kesan basah pada rambut Elsa sempat membuat Adam terdiam menatapnya dan hal itu membuat kepercayaan diri Elsa meningkat drastis.
"Gak usah ngeliatin aku kayak gitu kali, aku tau kok kalo aku itu cantik. Ariana Grande aja kalah sama kecantikan aku." ucap Elsa dengan tingkat kepede-an yang bisa di bilang sudah melebihi batas normal. Membuat tatapan mata terpesona Adam hilang dan kembali menjadi Adam yang biasanya.
"Eh cempreng. Kita harus buat perjanjian." ucap Adam.
Elsa berdecak kesal saat Adam kembali memanggilnya cempreng. "Kamu tuh ya, gak ada romantis-romantisnya gitu sama istri sendiri. Ngatain cempreng mulu." ucap Elsa kesal.
Adam hanya menghela napas dan mendekatkan beberapa lauk hasil masakannya ke arah Elsa agar gadis itu dengan mudah menjangkau makanan yang ia mau.
"Inget ya? Kita cuma romantis kalau di depan Ayah, Bunda, keluarga gue sama kakak lo. Terus kalau di kampus, kita harus jaga jarak. Gak boleh ada yang tau kalau kita udah nikah. Dan yang paling penting setelah semester satu selesai. Kita cerai, setuju?"
Elsa menghentikan gerakan tangannya yang saat itu baru saja mengambil nasi dan meletakkan nasi itu di atas piring. Semua perjanjian itu bisa Elsa penuhi. Kecuali yang terakhir. Elsa merasa tubuhnya tiba-tiba saja memberat saat mendengar kata cerai yang terlontar dengan santai-nya dari bibir Adam.
"Gimana? Setuju gak? Oh iya, satu lagi. Kita cuma satu kamar kalau Bunda sama Ayah lagi berkunjung. Tapi pas di rumah ini cuma ada kita, lo tidur di kamar sebelah kamar gue. Ngerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
Teen Fiction'INI TAKDIR KITA. KITA YANG DISATUKAN OLEH HAL KONYOL, DAN KITA YANG DI PISAHKAN OLEH HAL YANG SUNGGUH MENYAKITKAN' Sebuah cerita yang berawal dari sebuah kekonyolan dan salah paham. Cerita itu berlanjut dengan tidak serius. Tapi, kisah ini berakhir...