Elsa berdiri di depan pintu sebuah kos. Tangannya dengan setia memeluk perut besarnya. Elsa menarik napas dan mencoba tersenyum. Tadi pagi dengan susah payah ia menghilangkan kesan menangis.
Pintu terbuka. Dan senyum Elsa segera mengembang. Perempuan cantik itu kini berdiri di hadapannya dengan wajah cantik memprihatinkan. Kantung mata begitu kentara di wajahnya, dan seketika senyum Elsa luntur saat melihat tubuh perempuan itu sangat kurus.
"Mau ngapain lo kesini?" tanyanya sinis. Tatapannya beralih ke arah perut Elsa dan seketika senyuman miring itu tersungging di wajahnya yang dulu sangat cantik.
"Oh, lo mau pamer sama gue kalau lo lagi hamil anaknya Adam? Ck," perempuan itu melambaikan tangan dan menutup pintu. Tapi dengan cepat Elsa mengulurkan tangannya sebelum pintu tertutup. Dan mencekal lengan perempuan itu.
"Ada yang mau gue bicarain sama lo, Shie."
***
Adam mengalihkan pandangannya ke segala arah. Tidak mendapati Elsa di kamar ini. Dengan cepat Adam turun ke bawah. Melihat Bundanya yang hanya terduduk melamun di meja makan. Sedangkan Ayahnya duduk di sofa dengan koran di tangannya.
"Bunda? Elsa kemana?" tanya Adam seraya mendekatkan langkahnya pada Bunda.
Bunda tak menjawab. Masih sibuk dengan lamunannya. Adam mengacak rambutnya kesal. Hari sudah berganti, tapi suasana rumah masih seperti ini. Memojokkannya. Menekannya.
Adam kembali melangkah menuju kamar. Bersiap-siap dan mungkin akan keluar untuk mencari di mana Elsa sekarang.
***
Shiren meletakkan cokelat hangat di hadapan Elsa. Tatapannya memang masih sinis. Tapi Shiren mencoba bersikap sopan pada tamu.
"Jadi apa tujuan lo dateng ke sini? Apa lo belum puas ngeiat gue di putusin Adam dan akhirnya kayak gini? Tanpa ada otang yang tahu, gue keguguran. Dan sejak saat itu gue benci sama lo" suara Shiren bergetar.
Elsa merasa napasnya tercekat. Keguguran? Jadi itu artinya Shiren sempat hamil anak Adam? Oh Tuhan. Harusnya Elsa sadar itu. Adam dan Shiren melakukannya lebih dari dua kali dan itu sangat mungkin untuk Shiren hamil.
"Maaf," lirih Elsa.
"Cih. Maaf? Kemana aja lo? Setelah gue kehilangan anak gue, lo baru minta maaf? Setelah gue kehilangan Adam, lo baru minta maaf?"
Elsa menunduk. Rasa sesak itu berangsur datang. Membuatnya mulai tercekat. Kabar tentang hamilnya Shiren membuatnya sesak. Dan kabar kegugurannya Shiren membuatnya merasa sangat bersalah.
"Sebentar lagi lo bakal dapet apa yang lo mau," ucap Elsa.
"Maksud lo?" Shiren menyipitkan mata.
"Gue mau, lo nikah sama Adam-"
"Lo serius?" potong Shiren cepat. Wajahnya tampak tak percaya, benarkah Elsa menyerahkan suaminya? Benarkah itu?
Elsa tersenyum dan menganggukan kepalanya. "Gue mau lo nikah sama Adam. Jadi istrinya Adam, dan dapet anak lagi dari Adam." ucap Elsa.
Jujur, Elsa sulit mengatakan itu. Rasanya seperti menusukkan belati tajam tepat di ulu hatinya ketika kata-kata itu meluncur di bibir manisnya. Tapi detik selanjutnya senyum itu ia paksa untuk terlihat saat Shiren menghampirinya dan menggenggam tangannya. Menatanya dengan tatapan Lo Serius?
"Tapi sebelum lo nikah sama Adam. Gue minta waktu dua bulan. Gue minta waktu dua bulan buat ngabisin waktu sama Adam. Ngerasain kasih sayang Adam yang sepenuhnya sebelum Adam nikahin lo dan tanggung jawab atas perbuatan dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
Teen Fiction'INI TAKDIR KITA. KITA YANG DISATUKAN OLEH HAL KONYOL, DAN KITA YANG DI PISAHKAN OLEH HAL YANG SUNGGUH MENYAKITKAN' Sebuah cerita yang berawal dari sebuah kekonyolan dan salah paham. Cerita itu berlanjut dengan tidak serius. Tapi, kisah ini berakhir...