-DUA PULUH SATU-

1K 65 6
                                    

Adam tersenyum saat Shiren meletakkan cokelat panas di hadapan Adam. Lalu duduk di samping Adam. Sempat terkekeh saat Adam menidurkan kepalanya di paha Shiren. Meminta Shiren mengusap-usap rambutnya.

"Kamu manja banget sih," ucap Shiren. Adam terkekeh pelan dan semakin mendekatkan kepalanya pada perut Shiren. Lalu melingkarkan satu tangannya di perut Shiren. Berusaha semakin manja pada gadisnya itu.

"Biarin. Nanti kalau kita udah nikah, aku bakal lebih manja sama kamu," ucap Adam.

Shiren tertawa, masih dengan lembut mengusap dan membelai kening dan rambut Adam. Merasa sangat beruntung di cintai Adam dan di miliki laki-laki seperti Adam. Menyesal? Kata itu sama sekali tak ada di dalam benak Shiren. Karena Shiren yakin Adam akan selamanya bersamanya.

"Kamu nginep di sini lagi gak?" tanya Shiren.

Adam yang semula memejamkan mata karena terlalu menikmati belaian Shiren kini membuka matanya. Dan dengan wajah menyesal Adam mengusap lembut pipi Shiren.

"Maaf ya? Hari ini aku harus pulang. Soalnya Bunda sama Kakak nginep di rumah. Jadi aku gak bisa tidur di sini dulu. Nanti deh setelah Bunda sama Kakak pulang. Aku tidur di sini lagi," ucap Adam seraya tersenyum.

Ada raut wajah kecewa di wajah Shiren. Tapi dia berusaha untuk tetap mengerti dan kembali tersenyum. "Yaudah deh." ucap Shiren dengan nada malas.

Adam bisa melihat raut kekecewaan di wajah Shiren. Adam sedikit beranjak, mencium bibir gadis itu sekilas. Hanya sekilas dan kembali berbaring. Tapi Adam tersenyum saat melihat Shiren tersipu dan berdecak dengan senyuman yang manis.

"Tapi janji ya? Setelah Bunda sama Kakak kamu itu pulang. Kamu tidur di sini lagi?" Shiren masih membelai lembut rambut Adam dan meminta Adam untuk berjanji.

"Aku janji." Adam mengusap lembut pipi Shiren dan tersenyum sangat manis di hadapan Shiren. Kembali melingkarkan lengannya di perut  Shiren dan memejamkan matanya, menikmati setiap sentuhan lembut jemari Shiren. Dan menghabiskan waktunya di sini bersama Shiren.

-ourdestiny-

Pukul sepuluh malam, Adam baru pulang dari kos Shiren. Hanya bertemu dengan Bunda Rika yang membuka pintu untuknya. Dan seperti biasa, setiap Bunda Rika bertanya Adam akan menjawabnya dengan berbagai alasan sampai Bunda Rika percaya.

Adam menghela napas saat melihat Elsa sudah terlelap. Adam mendekat, memperhatikan siluet wajah istrinya ketika tidur. Adam tersenyum. Ia mulai mengakui bahwa Elsa memang gadis yang cantik. Harusnya laki-laki mana pun merasa beruntung karena bisa menikahi gadis secantik Elsa.

"Tapi sayangnya gue enggak. Gue benci sama lo. Karena lo sekarang hubungan gue sama Shiren harus berjalan tertutup. Tapi, gue akui lo cantik. Dan setelah kita cerai nanti, gue yakin ada laki-laki baik hati yang udah Tuhan siapin buat lo. Dan yang pasti itu bukan gue." desis Adam.

Adam sempat mengusap lembut rambut Elsa seraya tersenyum. Dan kemudian melangkah menuju lemari untuk meraih piyama dan pergi tidur. Adam berani memperlakukan Elsa semesra mungkin di hadapan Bunda Rika itu sebenarnya hanya karena ia merasa iba. Ia takut Bunda Rika kecewa dan akhirnya tak suka pada Elsa. Bagi Adam cukup ia yang tak suka pada Elsa.

Adam menyibak selimutnya dan segera berbaring. Kembali menatap Elsa yang terlelap. "Lo sadar gak sih kalau lo itu salah hadir di kehidupan gue? Lo hadir saat gue hampir ngenalin Shiren ke orang tua gue. Kenapa lo harus ada di antara gue dan Shiren. Jadi penghalang di hubungan gue sama Shiren? Kenapa Elsa kenapa? Tapi gue janji. Gue bakal selesain tugas gue sampai semester dua nanti dan pernikahan kita berakhir. Dan yang paling gue harapin dari lo adalah, gak akan ada cinta di antara kita suatu saat nanti. Gue harap kita akan tetap seperti ini. Saling membenci dan akhirnya kita pisah tanpa beban apapun. Maafin gue El."

Adam mengusap lembut pipi Elsa dan sedikit beranjak untuk mencium lembut kening Elsa. Sebelum akhirnya Adam tertidur dengan posisi memunggungi Elsa.

'Ternyata aku jadi penghalang hubungan kamu, Dam? Dan ternyata kamu udah punya hubungan sama Shiren sebelum kamu kenal sama aku? Dan kamu berharap kita gak akan saling cinta satu sama lain? Aku harap juga gitu, Dam. Tapi sayangnya, aku udah jatuh ke pelukan kamu. Aku udah jatuh hati sama kamu. Adam, tanpa kamu sadari kamu itu udah ngancurin aku pelan-pelan. Kak Raka.'

Elsa mengeratkan selimutnya. Elsa ingin sekali berteriak memanggil Raka dan memeluk kakak nya itu saat ini. Elsa merasa kecewa dengan apa yang Adam katakan. Suaranya memang lembut dan pelan. Tapi bagi Elsa kata-kata yang Adam ucapkan cukup menusuk relung hatinya.

Bersambung...

Vote dan komen,

Follow;

rtarisa_

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang