Sasa mengedarkan pandangannya sembari menikmati lolipop pemberian Revan saat mengantarnya tadi. Ia kini mencari Elsa. Sahabat gadisnya tak terlihat sejak ia datang tadi.
Sasa melihat Adam yang baru saja turun dari motornya. Seperti biasa, hanya sendirian. Sasa melangkah mendekat, berniat untuk menanyakan di mana Elsa. Tapi belum sempat Sasa bertanya. Ia melihat Elsa turun dari taksi.
"Lo kok baru dateng sih?" tanya Sasa. Saat gadis pemilik pipi chubby itu berdiri di hadapan Elsa.
"Tadi macet," jawab Elsa singkat.
Sasa menganggukan kepalanya. "Yaudah yuk masuk?" Sasa segera menarik lengan Elsa. Sempat tersenyum saat beberapa orang menyapa.
Elsa mengalihkan pandangannya ke arah Adam yang saat ini terlihat berbicara dengan seseorang di balik telepon. Sesekali Adam menggeram kesal. Tapi Elsa hanya memasang wajah biasa. Tidak mencoba untuk bertanya tentang siapa yang saat ini berbicara dengan Adam via telepon.
"Yaudah nanti pulang sekolah aku anterin kamu ke mall! Puas?" Adam menghela napas lelah. Wajahnya terlihat sangat kesal.
Adam berdecak, hanya meng'iya'kan apa yang di minta seseorang di seberang teleponnya itu. Dan akhirnya sambungan itu terputus ketika seseorang di sana dengan sepihak mematikan telepon itu. Adam mendesah frustasi, lelah dengan semua yang terjadi sekarang. Banyak yang berubah.
Dengan malas, Adam melangkah menuju gedung kampus yang saat ini terlihat sangat ramai. Mencoba melupakan semuanya sesaat dan membuat hidupnya seperti dulu. Tak ada beban dan baik-baik saja.
-ourdestiny-
Waktu berlalu dengan kehidupan yang terasa monoton. Sikap Adam yang kadang baik kadang jutek. Bahkan terkadang menganggap Elsa tak pernah ada. Hanya saja akhir-akhir ini Adam dan Shiren tengah bertengkar. Dan itu karena beberapa hari terakhir Adam memberikan perhatian lebih pada Elsa.
Tapi ya Adam selalu seperti itu. Jika tidak maka ia akan sangat baik. Tapi jika cuek. Adam tidak akan peduli dengan apapun yang terjadi.
Beberapa bulan terakhir ini Adam memang terlihat berubah. Sering bertengkar dengan Shiren dan memberikan perhatian lebih pada Elsa. Bahkan sekarang, Adam selalu meminta Elsa untuk berangkat ke kampus bersamanya.
Tapi Elsa takut. Waktunya menjadi istri Adam Rahardian akan segera berakhir. Hanya tinggal beberapa bulan lagi. Dan sikap Adam yang berubah manis padanya itu membuatnya semakin takut akan kehilangan sosok Adam yang telah menbuatnya jatuh hati.
Elsa memang tak pernah menyangka jika mp3-nya bisa membuat hidupnya menjadi seperti ini. Bertemu Adam, bertengkar, bertemu Bunda, salah paham, dan akhirnya menikah. Sebuah rangkaian cerita yang tidak pernah Elsa bayangkan akan terjadi di hidupnya.
"Kamu gak ke kos Shiren, Dam? Biasanya ujian kamu belajar di sana?" tanya Elsa yang saat ini meletakkan cokelat panas di atas meja untuk menemani Adam yang saat ini tengah fokus pada buku-buku paket di hadapannya untuk persiapan ujian.
"Enggak. Gue belajar bareng lo." tanpa menoleh ke arah Elsa yang saat ini duduk di sampingnya, Adam menjawab.
"Kamu lagi marahan ya sama Shiren?" tanya Elsa lagi.
Adam terdiam menatap ke arah Elsa dengan tatapan datar. "Jangan sebut nama dia kalau gue lagi belajar sama lo!" tegas Adam.
Elsa menciut. Tapi dalam hati ia berteriak senang karena Adam mulai berubah. Tidak mementingkan Shiren lagi dan lebih sering bersamanya. Bahagia? Tentu.
"Dam? Sebentar lagi kelulusan. Kamj, tetap mau, cerai-in aku?" tanya Elsa dengan pelan.
Adam tak menjawab, memilih menyibukan diri dengan rangkaian soal dari dalam buku paketnya. Hal itu membuat Elsa cemberut. Pasalnya sekarang ia bingung mengenai statusnya setelah kelulusan nanti. Tapi yang pasti Elsa berharap Adam tidak akan menceraikannya setelah kelulusan nanti.
-ourdestiny-
Tiara tersenyum saat Raka datang membawakan dua cup ice cream. Laki-laki bermata sipit itu beberapa bulan ini memang memberikan perhatian lebih pada Tiara. Maksudnya adalah untuk menghapus perasaannya yang masih melekat untuk Elsa.
"Ka? Kenapa sih Elsa itu spesial banget buat kamu?" tanya Tiara.
"Elsa? Dia satu-satunya malaikat yang aku punya setelah dua malaikat aku pulang ke rumah Tuhan. Elsa, adik spesial, gadis spesial, dan..."
"Cinta spesial?" potong Tiara. Raka tersenyum dan menganggukan kepalanya.
"Bodoh memang mencintai adik kandung sendiri. Cinta terlarang yang harusnya hanya berdiri di atas batas Kakak-Adik. Tapi sayangnya Tuhan buat aku jatuh cinta sama Elsa dan ngubah cinta Kakak-Adik itu menjadi cinta yang gak seharusnya ada. Tapi, aku selalu berusaha buat lepasin cinta itu saat Elsa menikah. Meskipun, yah sakit." jelas Raka.
Tiara menganggukan kepalanya mengerti. Menepuk bahu Raka dan memaksa laki-laki itu tersenyum ketika menatapnya. "Tapi kamu udah berhasil nyingkirin Elsa dari hati aku, Ra. Ya walaupun belum sepenuhnya." ucap Raka.
Tiara terdiam. Kedua pipinya terlihat merona mendengar ucapan Raka. Jujur, Tiara memang menaruh hati untuk Raka. Tapi Tiara tak pernah menunjukan pada Raka bahwa ia mencintai Raka. Di depan Raka, Tiara selalu bersikap biasa saja dan terlihat bersahabat tanpa menunjukan kode yang menjerumus pada perasaan lebih dari sekedar sahabat. Meskipun nyatanya Tiara selalu berusaha menahan degup jantungnya saat bersama Raka.
-ourdestiny-
Adam Rahardian melangkah beriringan dengan Elsa. Meskipun Adam masih menampakan wajah datarnya di hadapan Elsa. Tapi laki-laki pemilik senyum manis itu sudah berani menggandeng tangan Elsa.
Adam memang belum mengakui perasaannya terhadap Elsa saat ini karena di hati Adam masih ada Shiren. Gadis cantik itu masih bersemayam di tingkat paling tinggi hati Adam dan di susul Elsa di tingkat kedua. Yah, meski belum mengaku cinta. Tapi Adam sudah mengaku nyaman jika bersama Elsa. Dan sejak beberapa bulan lalu Adam sering berbicara dengan Elsa, memakan masakan gadis itu dan pergi jalan-jalan dengan Elsa.
"Dam? Kalau ada temennya Shiren di sini terus liat kita gandengan gimana? Ntar dia ngadu lagi ke Shiren?" tanya Elsa berbisik.
"Percuma kalau kita gandengan," ucap Adam. Lalu Elsa terkejut saat Adam menarik bahunya mendekat dan melingkarkan lengannya di pinggang Elsa. "Sekalian aja liat kita begini." lanjutnya.
"Dam?" desis Elsa.
"Syuutt,"
Masalahnya bukan karena lengan Adam yang melingkar di pinggangnya. Tapi karena jantungnya yang berdegup di luar kendali dan seolah ingin lepas dari tempatnya. Sikap Adam ini bisa saja membuat Elsa terkena serangan jantung saat ini juga.
"Ekhem!"
Adam dan Elsa menghentikan langkahnya saat berpapasan dengan Sasa yang saat ini menatap mereka dengan tatapan menyipit dan senyum bertanya. Pasalnya ini adalah kejadian langka. Adam memeluk Elsa di kampus bahkan tanpa jarak itu adalah sesuatu yang langka.
"Cie. Mesra banget sih si Cempreng dan si Aspal." goda Sasa.
Adam bukannya melepaskan lengannya. Laki-laki itu malah semakin menarik Elsa agar lebih dekat dan mengikis jarak yang masih sedikit tersisa. Hal itu sontak membuat Sasa tak percaya. Yang Sasa tau Adam mencintai Shiren, bukan Elsa.
"Gimana? Kita romantis kan?" tanya Adam.
Adam tersenyum dan melangkah melewati Sasa. Masih menarik Elsa yang berada di dalam pelukannya. Sasa bersidekap dada melihat Adam yang berubah sikap terhadap Elsa. Tersenyum miring dan tak percaya dengan perubahan Adam.
"Paling juga lagi marahan sama Shiren. Makanya dia baik sama Elsa." desis Sasa menebak.
Sasa menggelengkan kepalanya dan menghela napas. Melangkah menyusul Adam dan Elsa yang lebih dulu masuk ke dalam kelas.
Bersambung...
Vote dan komen,
Follow;
rtarisa_
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
Teen Fiction'INI TAKDIR KITA. KITA YANG DISATUKAN OLEH HAL KONYOL, DAN KITA YANG DI PISAHKAN OLEH HAL YANG SUNGGUH MENYAKITKAN' Sebuah cerita yang berawal dari sebuah kekonyolan dan salah paham. Cerita itu berlanjut dengan tidak serius. Tapi, kisah ini berakhir...