-DUA PULUH-

1.1K 70 0
                                    

Adam beranjak dari duduknya saat melihat semua orang di dalam ruangan ini tertidur. Hanya dirinya yang masih terjaga saat ini. Adam melirik jam tangannya yang menunjukan pukul sepuluh malam. Raka tak ada di sini, ia baru saja pergi untuk mengantar Tiara. Meskipun khawatir akan keadaan Elsa sebelumnya. Adam tetap memikirkan Shiren dan beberapa menit yang lalu Adam sudah berjanji akan segera datang menemui Shiren.

Tapi saat Adam baru saja sampai di ambang pintu. Elsa memanggilnya dan menghentikan langkahnya. "Mau kemana?" tanya Elsa.

"Gue harus ketemu Shiren. Lagian lo juga udah gak papa kan? Besok pagi juga lo udah boleh pulang. Jadi gue gak harus di sini terus. Gue pergi."

Adam melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan Elsa dan membiarkan Elsa menatapnya dengan nanar. Bunda dan Kak Ita tampak tak terusik dengan perbincangan singkat antara Adam dan Elsa. Di saat ia menyadari perasaannya pada Adam. Laki-laki itu justru dengan tega menghancurkannya. Perlahan namun pasti.

"Harusnya tadi aku gak usah seneng pas Adam dateng terus nyium kening aku. Aku harusnya sadar kalau Adam berlaku kayak gitu cuma akting di depan Bunda, Kakak, sama Kak Raka." lirih Elsa.

Elsa menarik napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Berharap esok perasaannya pada Adam akan berubah. Berubah seperti dulu ketika ia dan Adam belum saling mengenal.

-ourdestiny-

Elsa terduduk di tepi ranjang dan membiarkan Bunda Rika menyisir rambut panjangnya. Elsa hanya diam tanpa ekspresi. Hanya menjawab sesekali pertanyaan ibu mertuanya itu.

"Kamu yakin udah baikan, sayang?" tanya Bunda Rika dengan lembut dan sedikit senyum.

Elsa mengangguk dan membalas senyuman ibu mertuanya itu dengan lembut. "Udah kok, Bun. Tenang aja. Aku gak papa." jawab Elsa.

"Yaudah kita pulang sekarang. administrasi-nya udah selesai."

Elsa dan Bunda Rika menganggukan kepalanya saat Kak Ita baru saja kembali setelah mengurus administrasi. Bunda Rika membantu Elsa turun dan dengan sangat hati-hati menuntun Elsa. Meskipun menantu kesayangannya itu sudah mengatakan bahwa ia baik-baik saja dan sehat. Bunda Rika tetap merasa khawatir dan takut jika kejadian kemarin akan terulang.

-ourdestiny-

Adam melangkahkan kakinya dengan santai dan senyum yang terus mengembang. Menelusuri koridor gedung fakultas dan segera menuju kelas. Tapi langkah Adam terhenti ketika Sasa berteriak memanggil namanya.

"Kenapa?" tanya Adam dengan senyum manis yang selalu ia tunjukan ketika berhadapan dengan Sasa.

"Elsa gak masuk? Kok jam segini dia belum dateng?" tanya Sasa.

Pertanyaan itu membuat Adam yang semula tersenyum kini berubah malas. "Si cempreng sakit. Jadi dia gak turun," jawab Adam.

Adam meringis saat Sasa meninju bahunya dan menatap Adam tajam. Adam mengusap bahunya yang sempat menjadi sasaran Sasa dan kemudian menatap Sasa dengan tatapan bertanya.

"Lo tuh ya? Ngatain Elsa cempreng mulu. Sahabat gue tuh." ucap Sasa ketus.

"Yaudah sih, udah biasa juga kan?" Adam kembali melangkah memasuki kelas. Meninggalkan Sasa yang masih berdiri di ambang pintu. Dan menatapnya dengan tatapan kesal.

Sasa melangkah mendekat dan duduk di samping Adam. Hanya meraih buku dan membacanya. Tapi tatapan Adam membuatnya merasa risih saat ini. Adam menatapnya. Datar memang tapi tatapannya itu sungguh membuatnya tak nyaman.

"Lo ngapain liatin gue sih?" tanya Sasa.

"Gak papa." jawab Adam. Laki-laki itu kemudian menatap lurus ke depan dan membiarkan Sasa kembali fokus pada buku di hadapannya.

Adam mengalihkan pandangannya ke arah bangku di mana Elsa biasa duduk. Bangku itu kosong dan Adam merasa ada yang berbeda. Di tambah ia tak bertemu Elsa sama sekali. Hanya tadi malam sebelum ia pergi dan tidur di kos Shiren.

Tapi Adam berusaha menghiraukan pikiran aneh itu dan meraih ponselnya. Membuka galeri foto yang di penuhi dengan foto Shiren. Adam tersenyum saat ia melihat satu foto yang ia ambil tadi malam bersama Shiren di kos. Gadis itu sangat cantik di mata Adam. Bahkan Adam mengira bahwa Elsa kalah cantik dengan Shiren.

-ourdestiny-

Elsa terduduk di sofa. Hanya melihat Bunda Rika dan Kak Ita yang kini sibuk di dapur untuk membuatkan makan siang untuk Elsa. Sebelumnya Elsa sudah menawarkan diri untuk membantu. Tapi Bunda tak mengijinkannya dan malah mengancam Elsa yang aneh-aneh jika Elsa berani membantu Bunda ataupun Kak Ita.

Elsa menyentuh kalung liontin yang saat ini ia kenakan. Kalung turun-temurun keluarga Adam dan kini kalung itu sudah menggantung di lehernya. Yang otomatis Elsa adalah keturunan selanjutnya. Dan kalung itu akan kembali di wariskan pada anak-anaknya dan Adam nanti.

"Aku mikirnya kejauhan!" Elsa menepuk keningnya sendiri ketika bayangan saat ia dan Adam di kelilingi oleh malaikat kecil yang lucu dan menggemaskan. Tapi sayangnya bayangan itu di patahkan oleh perjanjian yang ia dan Adam buat pasca ia dan Adam menikah, Adam akan menceraikannya sesudah semester awal berakhir nanti dan Adam pasti akan menikahi Shiren. Seperti yang Elsa tahu. Adam sangat mencintai Shiren.

Ponsel Elsa bergetar. Membuyarkan semua lamunan Elsa dan memaksa Elsa membalas pesan singkat dari seseorang.

'Udah pulang?'

Membaca pesan itu membuat senyum Elsa mengembang. Jujur ini pertama kalinya Adam bertanya lewat pesan seperti ini. Elsa segera membalas pesan itu dan berharap Adam kembali membalas. Tapi sayangnya sampai beberapa belas menit berlalu. Adam sama sekali tak membalas pesan dari Elsa.

"Ck, mana mungkin muka aspal bales pesan aku." gumam Elsa.

'Yaudah istirahat biar besok bisa masuk sekolah.'

"HUAAAAA DIA BALES SMS AKU LAGI! OMG!"

Dengan bodohnya Elsa melompat ke atas sofa dan berteriak dengan perasaan senang setelah Adam kembali membalas pesan darinya. Di tambah pesan itu seperti menunjukan sebuah perhatian. Elsa tak bisa menggambarkan bagaimana keadaan hatinya saat ini. Yang pasti ia sangat senang.

"Kamu kenapa Elsa?" tanya Bunda Rika yang saat ini berlari menghampirinya.

Elsa yang semula senyum-senyum sendiri kini menatap Bunda Rika dan menunjukan cengiran. Perlahan turun dari atas sofa dan kembali duduk manis. Masih menatap Bunda Rika yang menatapnya dengan alis bertaut.

"Engga kok Bun. Tadi itu Adam ngasih liat foto lewat BBM." jawab Elsa beralibi.

Bunda Rika hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum. "Yaudah, Bunda balik ke dapur lagi. Inget! Jangan loncat-loncat kayak tadi. Nanti kamu kecapean." ucap Bunda Rika. Elsa menganggukan kepalanya dan tersenyum.

"Duh bego. Gue terlalu excited." desis Elsa.

Bersambung...

Vote dan komen,

Follow;

rtarisa_

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang