Senyuman itu merekah saat Adam melihat gadis itu sudah menunggunya disalah satu meja cafe. Gadis itu sangat cantik. Adam sempat mengucapkan sesuatu pada gadis itu sebelum akhirnya memberikan sebuah pelukan tulus dan satu kecupan lembut di pelipis gadis itu.
"Kamu kenapa nyuruh aku kesini?" tanya gadis itu.
"Aku mau ngasih sesuatu buat kamu." Adam segera meraih kotak merah berlapis beludru yang lembut. Lalu membukanya dengan perlahan.
Adam tersenyum saat melihat ekspresi gadis di hadapannya yang tampak sangat terkejut. Tapi beberapa detik kemudian gadis itu tersenyum, menatap Adam dengan alis bertaut.
"Kalung yang kamu mau kan? Inisialnya 'S' sesuai sama nama kamu." ucap Adam. Gadis di hadapannya itu tidak bisa berucap apapun. Ia terlalu terpesona dengan kalung di hadapannya. Kalung yang ia mau sejak dulu.
"Aku pakein ya?"
Gadis itu hanya mengangguk. Adam tersenyum dan segera meraih kalung itu dan memakaikannya pada leher jenjang gadis itu. Lalu Adam memeluknya dari belakang. Memberikan kecupan lembut di pelipis itu untuk kedua kalinya.
"Aku sayang kamu," bisik Adam.
"Aku juga. Tapi gimana sama orang tua kamu? Mereka kan gak suka sama hubungan kita? Aku takut hubungan kita ini malah buat kamu sama keluarga kamu renggang," lirih gadis itu.
"Kamu tenang aja, suatu saat kita pasti bisa bersatu. Percaya sama aku," bisik Adam dengan penuh keyakinan.
Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya. Percaya pada ucapan Adam dan kemudian mengusap lembut kepala Adam saat laki-laki itu semakin mengeratkan pelukannya dan beberapa kali memberinya kecupan manis di pipi kanan.
Malam itu Adam berubah. Bukan Adam yang selama ini ada di samping Elsa dengan sikap dinginnya yang menyebalkan. Malam itu Adam bersikap sangat manis layaknya laki-laki lain yang mudah akrab dengan siapapun. Dan dari sorot matanya. Semua orang bisa tahu seberapa besar rasa cinta Adam pada gadis berinisial 'S' itu.
-ourdestiny-
Raka mendesah kesal saat teleponnya tak di angkat Elsa. Gadis itu sama sekali tak merespon panggilan atau pun pesan singkat yang Raka kirim. Padahal Raka hanya ingin menanyakan bagaimana kabar adik perempuannya itu.
"Hallo, Sa? Elsa kok gak bisa di hubungi?"
Raka menghempaskan punggungnya pada sandaran sofa. Masih meletakkan ponselnya pada telinga kanan untuk mendengar apa yang Sasa ucapkan. Dan ternyata gadis itu hanya berucap tidak tahu mengenai Elsa. Sasa hanya bicara bahwa terakhir ia menelepon Elsa sekitar empat jam yang lalu, setelah Revan mengantarnya pulang.
Raka tak berucap apapun lagi. Melempar ponselnya ke arah meja dan memejamkan matanya. Merutuki dirinya sendiri yang terlalu mengkhawatirkan Elsa. Padahal gadis itu sudah aman bersama Adam. Mungkin.
-ourdestiny-
Alunan nada tak kelas keluar dari bibir Adam seiring dengan perasaannya yang terasa sempurna. Adam mengunci pintu rumah dan dengan langkah riang ia menuju anak tangga. Tapi langkahnya segera terhenti saat menatap meja makan yang sampai saat ini masih penuh dengan makanan hasil buatan Elsa.
Yang membuat Adam mendekat adalah Elsa yang tertidur di meja makan. Gadis itu tidur dengan posisi duduk dan kepala yang di letakkan di meja. Adam menghela napas. Menyentuh bahu Elsa agar gadis itu bangun dan pindah kedalam kamar. Adam sempat melirik jam dinding yang saat ini menunjukkan pukul sebelas malam.
"Udah pulang? Kok aku gak denger?" ucap Elsa dengan suara parau.
Adam membulatkan matanya, merasa ada yang aneh di wajah Elsa. Adam segera menyentuh kedua pipi Elsa, menatapnya dengan raut wajah khawatir.
"Lo mimisan?" tanya Adam.
Elsa segera menyentuh hidungnya dan melihat tetesan darah mengalir di sana. Tapi Elsa hanya tersenyum dan menatap Adam dengan tatapan tenang.
"Ini emang sering terjadi sama aku kalau aku kecapean terus kalau aku kedinginan. Ini udah biasa terjadi sama aku, dari kecil." jawab Elsa.
Adam menghela napas lega. Menurunkan kedua tangannya dari pipi Elsa. Tapi meskipun begitu Elsa masih bisa melihat sisa-sisa kekhawatiran di wajah Adam.
Elsa menarik napas panjang dan segera beranjak. Berniat untuk pindah ke kamar dan kembali melanjutkan acara tidurnya. Tapi Elsa sempat hampir terjatuh ketika sampai di tangga. Tapi untungnya Elsa segera bangkit dan pergi ke kamar.
Adam menghela napas, menatap makanan yang sudah dingin di atas meja. Belum tersentuh sedikit pun. Dan kemungkinan besar Elsa juga belum menyentuhnya. Semuanya masih terlihat sangat rapi dan bersih.
Perasaan iba itu muncul lagi dan akhirnya memaksa Adam untuk meraih satu piring. Berusaha untuk memakan makanan yang sudah Elsa buat untuknya. Memang sudah dingin dan kemungkinan besar sudah tidak terlalu enak untuk di makan. Tapi demi menghargai Elsa. Adam meraih makanan itu cukup banyak dan mulai memakannya.
"Pinter juga si Cempreng masak," gumam Adam.
Adam kembali memakan masakan istrinya itu. Meskipun sebenarnya ia sangat kenyang setelah makan di cafe sebelumnya. Tapi saat melihat Elsa yang sampai tertidur di sini membuat Adam merasa sangat iba. Hanya iba.
-ourdestiny-
Elsa menengadahkan kepalanya, menyumpal salah satu hidungnya dengan tissue agar darahnya berhenti mengalir keluar. Memejamkan matanya dan menghela napas. Kenapa ia bisa mimisan?
Padahal Elsa tidak merasa lelah atau pun kedinginan. Tapi Elsa memang sering mengalami ini sejak kecil. Terutama saat ia kelelahan atau terlalu kedinginan. Ini bukan penyakit. Elsa sudah pernah memeriksakannya ke dokter. Dan hasilnya Elsa sehat.
"Lain kali jangan kecapean lagi atau kedinginan. Nanti gue yang repot."
Elsa membuka mata dan menatap ke arah Adam yang saat ini meletakkan kotak p3k di atas nakas. Lalu tertunduk di tepi kasur Elsa. Adam menautkan alisnya saat melihat tissue yang Elsa gunakan sudah berlumuran banyak darah. Dan Adam segera menariknya.
"Biar gue yang bersihin. Lo mimisan gini kan karena gue juga. Karena masak buat gue," ucap Adam.
Dengan telaten, Adam membersihkan darah di hidung Elsa sampai bersih. Mengobatinya dengan sangat lembut. Elsa hanya bisa diam, membiarkan Adam membersihkan darah mimisannya.
Elsa kini sibuk dengan detak jantungnya yang mulai di luar kendali. Ekspresi wajah serius Adam sungguh membuatnya tak bisa berkedip. Laki-laki itu terlalu tampan dan Elsa mengakuinya sekarang.
"Udah berhenti. Sekarang lo istirahat. Besok gue panggilin taksi buat nganter lo ke kampus. Tenang aja, gue yang bayar." ucap Adam datar.
Adam segera beranjak dan meraih kotak p3k yang sebelumnya ia bawa. Lalu keluar begitu saja dari kamar Elsa. Tidak peduli dengan Elsa yang saat ini masih menatapnya. Bahkan sampai pintu kamar itu tertutup kembali.
Entah kenapa Elsa merasa sangat berat untuk tersenyum. Dan Elsa menyadari bahwa napasnya kian sesak. Perasaan aneh yang coba Elsa tampik sejak beberapa hari yang lalu. Sebelum ia menjadi istri Adam Rahardian. Tapi semakin Elsa menampik. Perasaan itu seolah secara perlahan menguat. Elsa menggelengkan kepalanya. Menganggap perasaan itu hanya perasaan biasa.
Bersambung...
Vote dan komen,
Follow;
rtarisa_
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
Teen Fiction'INI TAKDIR KITA. KITA YANG DISATUKAN OLEH HAL KONYOL, DAN KITA YANG DI PISAHKAN OLEH HAL YANG SUNGGUH MENYAKITKAN' Sebuah cerita yang berawal dari sebuah kekonyolan dan salah paham. Cerita itu berlanjut dengan tidak serius. Tapi, kisah ini berakhir...