-TIGA PULUH DELAPAN-

1.1K 67 6
                                        

Mobil Raka terhenti tepat di depan pagar rumah Elsa dan Adam. Raka menatap ke belakang. Di mana Elsa duduk, karena Tiara duduk di kursi depan. Tiara tersenyum saat Elsa mengemasi isi tasnya yang tadi tak sengaja tercecer.

"Makasih ya kak?" Elsa tersenyum dan memberikan kecupan kecil di pipi Raka.

"Hati-hati ya Elsa?" ucap Tiara.

Elsa menganggukan kepalanya. Segera keluar dan menyeret kopernya. Elsa melambaikan tangan saat mobil Raka kembali melaju.

Elsa kembali menghela napas. Memutar tubuhnya dan kembali menyeret koper berisi bajunya yang tak seberapa. Ada sedikit rasa kesal saat ia mengingat Adam. Laki-laki itu menggagalkan rencananya untuk bersama Raka. Walaupun hanya dua minggu. Dan laki-laki itu menggagaljan semua rencana yang sudah ia susun bersama Tiara.

Dengan malas Elsa membuka pintu. Sempat berhenti saat melihat seluruh ruangan gelap. Elsa menggelengkan kepalanya. Sempat melihat ke atas dan hanya kamar Adam yang bercahaya.

"Dam?"

Elsa meletakan kopernya di dekat sofa. Melepas tas yang menggantung di pundaknya. Segera melangkah menuju saklar dan menyalakan lampu.

"Adam?"

Elsa kembali memanggil nama Adam. Lalu, segera melangkah ke lantai atas. Mencoba menemui Adam dan memastikan apakah laki-laki itu benar-benar sakit atau hanya pura-pura sakit.

Mengetuk pintu kamar. Dan kembali memanggil nama Adam. Tapi tak ada jawaban sama sekali. Adam tak menjawab panggilan Elsa sedikit pun. Elsa menghela napas dan segera membuka pintu.

"Adam"

Elsa kembali menghela napas sekian kalinya. Melihat Adam yang memejamkan mata dan meringkuk di dalam selimut tebal. Elsa mendekat. Terduduk di tepi ranjang. Melihat Adam memejamkan mata, gadis itu meletakan punggung tangannya pada kening Adam.

Tidak panas atau pun hangat. Biasa saja.

"Lo beneran sakit?" tanya Elsa.

Perlahan Adam membuka matanya. Menatap Elsa yang kini duduk di tepi kasur king size miliknya. Ada senyum tipis yang menghiasi wajah Adam saat ini. Laki-laki itu dengan cepat menarik Elsa. Memaksa gadis itu untuk berbaring di sampingnya. Tindakan yang sontak membuat jantung Elsa berhenti berdetak.

"Elsa? Kamu masa gak bisa ngerasain kalau aku meriang?" tanya Adam.

Elsa menautkan alisnya. Ada yang berbeda dengan kosa kata Adam. Tapi detik selanjutnya Elsa meletakan punggung tangannya di kening, pipi, dan leher Adam.

"Gak panas. Lo gak usah bohong deh." ucap Elsa.

"Pake aku-kamu! Jangan lo-gue!" ucap Adam penuh penekanan.

Elsa kembali menautkan alisnya. Merasa Adam aneh hari ini. Bukan seperti Adam yang biasanya. Adam meraih tangan Elsa, meletakan telapak tangan Elsa di dadanya. Lalu tersenyum.

"Aku meriang Elsa. Merindukan kasih sayang." ucap Adam.

Elsa membulatkan matanya. Dan detik selanjutnya ia tertawa. Sejak kapan Adam berubah seperti ini? Manis. Aku kamu. Kerasukan setan apa Adam hari ini? Elsa benar-benar bingung.

"Elsa. Jadilah wanitaku."

Elsa yang semula tertawa tiba-tiba terdiam setelah Adam mengutarakan satu kalimat. Kalimat yang sejak dulu Elsa harapkan.

"Dam?" desis Elsa.

"Jadi wanitaku, Sepenuhnya" jawab Adam.

Elsa menatap dalam mata Adam. Mencari sebuah kebohongan atau permainan di sana. Tapi yang ada hanya ketulusan. Adam tulus mengucapkan itu. Tapi saat Elsa akan mengangguk. Bayangan Shiren tiba-tiba melintas.

"Lo- kamu serius?" tanya Elsa.

Adam mengangguk. "Aku serius Elsa. Aku cinta sama kamu. Aku gak mau kehilangan kamu" jawabnya.

"Shiren?" tanya Elsa.

"Putus" jawab Adam singkat.

Ada senyum yang tiba-tiba mengembang di wajah Elsa. Tapi lagi lagi saat Elsa ingin mengangguk. Tapi bayangan perjanjian itu melintas. Membuat Elsa kembali ragu.

"Perjanjian?" tanya Adam yang seolah mengerti arti dari sorot mata Elsa.

Elsa hanya menganggukan kepalanya dengan wajah sedih. Statusnya sebagai 'Nyonya Rahardian' akan segera usai. Dan Elsa tidak ingin setelah ia menyerahkan diri pada Adam. Adam akan menceraikannya.

"Aku gak mau nyerain kamu. Aku mau kamu jadi istri aku selamanya. Jadi cemprengku selamanya. Jadi Nyonya Rahardian selamanya. Jadi milik Adam selamanya. Dan jadi ibu dari malaikat kecil aku yang akan lahir dari sini" ucap Adam tulus. Di akhiri dengan menyentuh perut ramping Elsa.

Terharu. Elsa merasa tersentuh saat Adam mengucapkan semua keinginannya. Terutama saat Adam mengutarakan tentang malaikat kecil yang akan lahir dari rahimnya. Elsa tidak percaya jika Adam akhirnya jatuh cinta padanya. Dan ingin membatalkan perjanjian yang sudah Adam buat.

"Please Elsa. Jadi wanitaku. Aku janji bahagia-in kamu. Dengan hati, cinta, sayang dan seluruh hidup aku. Aku minta kamu buat jadi pendampingku. Wanitaku"

Mata Elsa berbinar. Benarkah Adam setulus ini? Tapi dorongan cinta yang kuat dari hati Elsa, akhirnya Elsa menganggukan kepala. Menerima Adam menjadi laki-lakinya dan ia menjadi wanita Adam.

Adam tersenyum. Mendekat dan mengecup kening Elsa cukup lama. Malam ini, akan menjadi malam mereka berdua. Menjadi malam di mana Elsa akan benar-benar menjadi wanita milik Adam seutuhnya. Menjadi milik Adam sepenuhnya. Malam ini mereka akan bersatu.

***

Silau matahari tampak mengusik hidupnya yang tenang. Merasa lelah dengan. Kejadian semalam. Elsa membuka mata. Mendapati wajah Adam di hadapannya. Perlahan senyumnya mengembang. Senyum kemenangan atas apa yang ia dapat. Adam miliknya sekarang dan ia milik Adam. Adam masih memeluknya. Memeluk tubuhnya yang kini di balut dengan selimut yang sama dengan Adam. Menyentuh pipi Adam dan memperhatikan wajah tampan suaminya yang terlihat mendekati sempurna.

"Kebahagiaan terbesar aku yang pernah ada itu, kamu. Kamu kebahagiaan aku, Dam. Dan aku mohon jangan pernah sakiti aku kayak dulu lagi. Aku sayang kamu."

Suara Elsa hanya terdengar seperti bisikan sengau yang hilang di bawa angin. Mengecup kening Adam cukup lama dan kembali tersenyum. Melepaskan lingkaran tangan Adam dari pinggangnya dan bergegas meraih dress yang semalam ia kenakan. Dan berlari kecil menuju kamar mandi. Membiarkan Adam terlelap bersama mimpinya.

***

"Pagi"

Elsa tersenyum saat dua lengan itu melingkar di perut rampingnya. Elsa tak membalas ucapan selamat pagi yang Adam ucapkan. Hanya membalasnya dengan sebuah kecupan lembut di pipi kiri Adam. Itu sangat mudah Elsa lakukan karena Adam memeluknya dari belakang dan meletakan dagunya di bahu Elsa. Sedikit mengganggu Elsa yang tengah menyiapkan sarapan pagi.

"Makasih buat semalam. Kamu tahu? Meriang aku langsung hilang tau." ucap Adam. Di akhiri dengan kecupan lembut di pipi Elsa. Cukup membuat pipi Elsa merona.

"Udah deh, Dam. Tunggu di meja aja. Gak usah ganggu aku. Nanti gak selesai-selesai." ucap Elsa.

"Biarin. Pagi-pagi meluk kamu itu enak." ucap Adam.

Elsa menggelengkan kepalanya. Menepuk-nepuk lembut pipi Adam. Laki-laki itu benar-benar berubah. Kemana pun Elsa melangkah, Adam masih setia memeluknya. Elsa sudah mengatakan bahwa ia risih beraktivitas seperti ini. Di peluk Adam. Tapi semakin Elsa meminta Adam menjauh. Laki-laki itu justru mengeratkan pelukannya.

MasihBersambungYa😂

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang