-TIGA PULUH LIMA-

1.1K 61 0
                                    

Raka membuka pintu rumahnya. Menghela napas lelah setelah melakukan kebohongan pada kedua orang tua Tiara. Tapi Raka sedikit tersenyum mengingat sejauh ini Tiara berusaha membantunya untuk melupakan Elsa. Gadis itu sebenarnya tak berhasil menghapus nama Elsa di dalam hatinya. Tapi Raka tak menampik jika Tiara sudah membuatnya nyaman.

"Kakak!"

Raka membulatkan matanya saat seorang gadis keluar dari kamar yang hampir setahun ini tak berpenghuni. Gadis itu. Elsa. Berlari dan merentangkan tangannya untuk memeluk Raka.

Sukses. Elsa kini tenggelam di dalam dekapan Raka yang sudah lama tak ia rasakan. Merasakan lagi betapa tulus dan hangatnya pelukan seorang Raka.

"Kamu kok bisa di sini? Di antar siapa?" tanya Raka. Lalu merenggangkan pelukannya.

Elsa tersenyum manis dan matanya berbinar. "Sepuluh menit yang lalu di anter Adam." jawab Raka.

Raka balas tersenyum, mengacak rambut Elsa dan membuat adik cantiknya itu terpejam sesaat dan kemudian tertawa. Ia rindu dengan perkuan Raka yang selalu memanjakannya. Memberikan semua yang Elsa inginkan. Di mata Elsa. Raka adalah sosok yang sama berharganya dengan sebuah berlian paling mahal dan hanya ada satu di dunia. Raka, terlalu berharga untuknya.

"Kak? Aku boleh kan nginep di sini sampai pengumuman kelulusan? Aku kangen suasana rumah dan aku, kangen kakak." ucap Elsa yang di akhiri dengan sebuah cengiran yang selalu membuat Raka merasa gemas melihat Elsa.

-ourdestiny-

Helaan napas itu terdengar berat. Adam menghempaskan tubuhnya begitu saja di atas sofa. Memejamkan mata dan memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Adam baru ingat tentang Shiren. Tentang apa yang ia ucapkan semalam saat Shiren yang tak tahu tentang kondisi Elsa dengan sengaja mendorong tubuh mungil Elsa ke kolam. Menyebabkan Elsa hampir saja kritis karena fisiknya yang memang lemah dan tak bisa kedinginan.

Adam membuka matanya saat ponselnya mengalunkan sebuah lagu di iringi dengan getaran-getaran yang saling bersahutan. Adam meraih ponselnya. Menghela napas saat melihat sebuah nama tertera dengan sangat jelas di layar ponselnya.

-ourdestiny-

"Apa lagi sih, Shi? Aku udah capek sama kamu. Aku bosen sama tingkah kamu yang kadang kayak anak kecil. Dan tadi malam, kamu tau apa yang terjadi kalau sampai Elsa tenggelam dan aku telat nyelametin dia? Shi, kamu hampir aja bunuh Elsa. Elsa itu gak kayak kamu yang bisa bebas ngelakuin apapun yang kamu mau. Sampai kamu capek pun kamu bakal baik-baik aja. Beda sama Elsa. Dia gak bisa capek, dia gak bisa kedinginan. Dia lemah di banding kamu."

Shiren menatap Adam yang saat ini berada di hadapannya dengan mata berkaca. Kata 'Bosan' yang sempat Adam lontarkan untuknya cukup melukai hatinya dan semakin menguatkan rasa bencinya untuk Elsa.

"Terus? Gimana sama hubungan kita ke depannya, Dam?" tanya Elsa. Suaranya terdengar bergetar dan tertahan.

"Kita jalan masing-masing. Aku, aku cinta sama Elsa. Bukan kamu." ucap Adam santai.

Shiren merasa napasnya tercekat. Terlebih saat Adam beranjak dari duduknya dan berniat keluar dari caffe ini. Dan meninggalkan Shiren. Tapi gadis itu tidak terima. Shiren berdiri dan memasang wajah marah.

"Ini balasan kamu atas semua kesetiaan aku?"

Pertanyaan Shiren menghentikan langkah Adam. Samar Adam mendengar isak tangis yang cukup memilukan. Tapi Adam sama sekali tak berniat memutar tubuhnya dan kembali menghampiri Shiren.

"Ini balasan kamu setelah aku ngasih semuanya ke kamu? Tanpa kamu sadari yang jahat sebenernya bukan aku! Tapi kamu!" suara Shiren yang bergetar perlahan membentak. Cukup membuat hati Adam berteriak dan meminta Adam untuk berbalik dan memeluk Shiren.

"Aku ngasih semuanya buat kamu karena aku percaya kalau Elsa itu hanya sementara buat kamu! Tapi aku salah, kamu hanya ngorbanin aku demi dia. Permaluin aku di depan semua orang cuma karena dia. Kamu pikir aku gak sakit hati? Kamu pikir aku gak cape pacaran diem-diem gini! Aku capek, Dam! Tapi demi hubungan kita. Demi kita! Aku rela nanggung semuanya. Aku rela nahan rasa sakit hati aku saat aku lihat kamu menikah sama dia! Dan aku adalah perempuan paling bodoh sama omong kosong kamu! Janji-janji kamu yang nyatanya busuk! Aku nyesel udah kenal sama kamu! Aku nyesel nyerahin semuanya sama kamu!"

Bentakan demi bentakan yang shiren lontarkan membuat tubuh Adam kaku. Di tambah Shiren yang kini melangkah pergi dari caffe. Membiarkan Adam menjadi bahan tontonan para pengunjung lain yang saat itu menyaksikan bagaimana marahnya seorang Shiren.

'Maaf Shi. Tapi aku gak bisa bohong. Aku udah gak cinta sama kamu. Aku cinta sama Elsa dan aku butuh Elsa untuk hidup aku.'

Adam memejamkan matanya. Merasakan dadanya sesak saat ingatan tentang apa saja yang sudah ia lewati bersama Shiren berputar bak roll film yang panjang dan memukul kepala Adam dengan bongkahan batu besar. Membuat Adam merasakan kekecewaan yang Shiren alami.

Adam hanya berharap kedua kakinya segera melemas dan ia bisa melangkah pergi dari tatapan-tatapan datar pengunjung cafe yang lebih mirip dengan tatapan mengintrogasi.

-ourdestiny-

Elsa baru saja meletakkan masakan terakhir saat ia mendengar bell rumah berbunyi. Elsa segera melepaskan celemek yang melekat di tubuhnya dan menyambut tamu yang kini berkunjung.

Elsa membuka pintu dan memasang senyum manis saat melihat gadis cantik itu berdiri di depan pintu.

"Kak Tiara?" gumam Elsa.

"E-elsa?" canggung. Yah, Tiara merasa canggung saat berhadapan dengan Elsa. Pasalnya ini adalah pertemuan kedua setelah di rumah sakit dulu. Ketika Elsa masih di temani Bunda dan Kak Ita.

"Kakak cari kak Raka?" tanya Elsa. Gadis itu memasang wajah manis di hadapan Tiara saat ini.

"Iya," jawab Tiara singkat.

Elsa menganggukan kepalanya. "Oh iya, Kak Raka lagi mandi di atas. Dan aku baru aja selesai masak. Gimana kalau kakak cobain masakan aku?"

Tiara terdiam dengan alis terangkat. Elsa tak menunggu persetujuan Tiara. Gadis itu segera menarik lengan Tiara menuju meja makan dan meraih piring. Meletakannya di atas meja dan segera meraih beberapa makanan. Meminta Tiara untuk mencicipinya.

"Ini kamu masak sendiri?" tanya Tiara. Di tangannya sudah ada sesendok makanan yang siap ia santap. Tapi gerakannya terhenti untuk mendapat jawaban dari Elsa yang hanya sebuah anggukan kepala.

"Gimana kak? Enak gak?" tanya Elsa saat makanan itu sudah sampai ke dalam mulut Tiara.

Tiara terdiam, mengunyah dan merasakan bagaimana cita rasa masakan Elsa. Si calon adik iparnya. Yah, Tiara harap begitu.

"Enak! Enak banget. Kamu pinter masak ya?" puji Tiara.

Tiara tampak lahap menghabiskan makanan di hadapannya. Membuat Elsa tertawa renyah dan merasa bangga saat Tiara berkali-kali melontarkan pujian untuk Elsa. Sampai akhirnya Raka datang dan bergabung bersama dua gadis itu di ruang makan.

"Masakan adik kamu enak banget sumpah!" ucap Tiara menunjukan ekspresi yang terlalu kagum pada keterampilan Elsa dalam memasak.

"Elsa itu jiplakannya Mama. Dia mirip banget sama Mama. Dari sikap, sifat dan rasa masakannya itu mirip banget sama Mama. Dan perlu kamu tau, Ra. Mama aku itu dulu kepala chef di restoran Papa yang sekarang di pegang sama Paman." ucap Raka.

Tiara menganggukan kepalanya. Lalu tersenyum saat Elsa terlihat bangga di sandingkan dengan Sang Mama yang sudah meninggal. Raka tersenyum. Merasa bahagia melihat Elsa bisa dengan cepat mengakrabkan diri dengan Tiara yang bisa di bilang baru saling kenal dan bertemu dua kali. Mungkin dengan akrabnya mereka. Raka akan dengan mudah melupakan rasa cintanya pada Elsa.

Bersambung...

Vomment;)

follow;

rtarisa_

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang