-TIGA PULUH SATU-

1.1K 59 1
                                    

Getaran ponsel di atas meja kantin membuat pandangan Adam beralih. Menatap ponselnya dan memasang wajah datar saat melihat nama itu tertera di layar ponselnya.

"Kenapa gak di angkat?" tanya Elsa.

Adam menggelengkan kepalanya. Kembali memakan mie kuah yang tadi di pesankan Elsa. Duduk di kantin seperti ini membuat Elsa harus ekstra menahan degup jantungnya.

"Dari Shiren?" tanya Elsa lagi.

Adam hanya menganggukan kepalanya. Dan masih fokus pada makanan di hadapannya.

"Lagi marahan ya sama Shi-"

"BISA DIEM GAK SIH? GUE LAGI MALES BAHAS DIA!" bentak Adam. Bahkan laki-laki itu menggebrak meja dan menyebabkan kuah mie di dalam mangkuk berhamburan keluar. Dan sontak bentakan itu membuat Elsa langsung terdiam.

Adam menghela napas. Meraih minuman di hadapannya dan segera pergi. Mulai malas berhadapan dengan Elsa yang seolah mengintrogasi dirinya tentang Shiren. Elsa menghela napas. Lalu menepuk jidatnya sendiri dan merutuki kebodohannya yang membuat mood Adam kembali jelek. Padahal jarang-jarang Adam sebaik ini dan mau menemaninya makan di kantin. Di tambah di meja ini hanya ada ia dan Adam.

Elsa berdecak. Beranjak dari duduknya dan berniat meminta maaf pada Adam yang mungkin saat ini tengah marah padanya.

-ourdestiny-

Adam memasang wajah datar. Meraih tasnya dan keluar lebih dulu di banding teman-temannya yang masih sibuk mengemasi buku dan alat tulis mereka. Elsa terlihat mengemasi barang-barangnya dengan tergesa. Lalu menghiraukan panggilan Sasa, Elsa berlari kecil keluar kelas.

Elsa belum sempat meminta maaf pada Adam sebelumnya. Laki-laki itu tak mau mendengar kata maaf dari bibir Elsa. Ketika Elsa mulai berbicara. Maka Adam akan langsung menutup kedua telinganya dengan earphone dan menyetel lagu dengan volume tertinggi.

"Adam!"

Elsa berjalan di belakang Adam seraya memanggil laki-laki itu. Berharap Adam berhenti dan menatap ke arahnya. Tapi Adam sama sekali tak mau mendengarkan panggilannya.

"Adam ih! Aku minta maaf soal yang tadi! Lagian emang salah kalau aku nanyain Shiren? Dia kan pacar kamu!" tanya Elsa.

Adam terlihat menghela napas dan menghentikan langkahnya. Perlahan Elsa menghela napas lega saat Adam memutar balik tubuhnya dan menatap Elsa yang saat ini tengah mengatur napasnya.

Adam kembali bedecak kesal dan melangkah menghampiri Elsa, melepaskan jaketnya dan seperti biasa melingkarkannya pada pinggang ramping Elsa. Elsa hanya diam dan mengatur napasnya yang secara tiba-tiba terputus.

Elsa membulatkan matanya saat Adam secara tiba-tiba menggendongnya. Lalu melangkah menghampiri motor Adam dan mendudukan Elsa di atas boncengan motor.

"Jangan suka lari-larian. Udah tau gak bisa capek! Gak usah bikin gue repot, ngerti?" ucap Adam.

"Gue gak papa kok. Tapi makasih ya, udah di gendong?" ucap Elsa.

Adam hanya menganggukan kepalanya. Menstarter motor dan pergi dari kampus. Adam sempat meminta Elsa untuk melingkarkan kedua lengannya pada perut Adam bermaksud meminta Elsa untuk berpegangan.

Gadis itu hanya tersenyum. Merasa ribuan kupu-kupu kini menyerang Elsa dan membuatnya merasakan geli yang akhirnya membuat Elsa tak bisa menahan lagi senyum manisnya. Dan jujur. Bagi Elsa pertengkaran Adam dan Shiren itu sangat menguntungkan. Karena Adam akan selalu bersamanya seharian. Alias diam di rumah.

Sebenarnya, Elsa penasaran apa penyebab mereka bertengkar. Tapi Elsa tak pernah mau bertanya karena setiap Adam menelepon Shiren. Adam maupun Shiren selalu membawa-bawa namanya dan itu membuat Elsa berpikir bahwa penyebab Adam Shiren bertengkar itu adalah dirinya.

-ourdestiny-

Raka merebahkan tubuhnya di atas kasur. Berukuran king size di dalam kamarnya. Menatap langit-langit kamar yang di dominasi warna putih. Senyum tipis mengembang saat ingatannya mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Saat ia mengatakan mulai biasa melupakan Elsa karena Tiara. Padahal kenyataannya sama sekali bukan begitu. Semakin Raka rindu ada Elsa setiap harinya. Rada itu malah semakin tumbuh dan mulai berakar panjang yang seolah sangat sulit untuk di cabut dan di singkirkan.

Sudah beberapa bulan ini Raka tak bertemu Elsa sama sekali. Bahkan adiknya itu sangat jarang memghubunginya. Setiap Raka ingin menghubungi adiknya itu. Elsa selalu tak menjawab telepon darinya dan membiarkan panggilan itu berakhir dengan sendirinya.

"Mungkin kamu mau kakak lupain kamu dengan cara kamu menghindar dari kakak." desis Raka.

Raka tersenyum miring. Mengusap wajahnya dengan kasar. Menganggap dirinya bodoh tak bisa mengubah rasa sayang itu kembali menjadi Kakak-Adik seperti seharusnya. Yang selalu Raka inginkan hanyalah takdir ini berubah. Takdirnya menjadi kakak dari Elsa itu sunggu membuatnya muak. Takdir itu membuatnya sulit untuk mencintai Elsa secara terang-terangan dan sulit untuk memiliki gadis pemilik mata cokelat dan senyum manis itu. Yah! Raka merasa Tuhan tidak adil. Yang harusnya ada di posisi Adam itu seharusnya Raka dan Adam ada di posisi Raka. Raka selalu berharap seperti itu. Tapi takdir tetaplah takdir. Dan tuhan sudah menentukan takdir Raka menjadi kakak dari seorang adik cantik bernama Elsa.

-ourdestiny-

"Elsa?"

"Hemm?"

"Kita jalan yuk?"

Elsa yang tengah 'sok' sibuk dengan ponselnya kini menatap Adam yang saat ini duduk di sampingnya. Elsa mengernyitkan alisnya. Menatap Adam yang saat ini masih fokus pada ponselnya.

"Kamu serius mau ngajakin aku jalan? Terus Shiren gimana?" tanya Elsa.

Adam menatap sinis Elsa yang saat ini masih menatapnya. Gadis itu terlihat menunjukan cengiran dan tak menanyakan hal apapun lagi selain mengangguk dan 'iya'.

"Yaudah ganti baju sana. Gue tunggu di mobil aja." ucap Adam.

"Eh, kita pake mobil?" tanya Elsa. Gadis itu mencekal lengan Adam dan memaksan Adam berhenti dari langkahnya.

"Iya. Cepetan." ucap Adam. Elsa tersenyum dan segera menunjukan jempolnya pada Adam. Lalu segera berlari menuju kamar dan mengganti baju.

-ourdestiny-

Melangkah beriringan dan sesekali terdengar gelak tawa itu adalah hal yang langka terjadi pada Adam dan Elsa. Keduanya melangkah menyusuri setiap sudut mall. Sesekali berfoto saat melihat sesuatu yang lucu, mulai dari boneka yang kecil, sedang dan besar, kaca mata, topi pantai, manekin, dan berbagai barang lucu lainnya yang bisa di coba.

Adam Rahardian merasa nyaman saat ini. Bersama Elsa dan menikmati waktu berdua tanpa gangguan siapapun. Ini adalah kali pertama Adam berani mengajak Elsa jalan keliling mall. Bahkan berpose di dalam foto box. Keduanya terlihat melupakan kebencian yang pernah terjadi saat awal pertemuan mereka.

Kedua kali ini benar-benar terlihat seperti sepasang suami-istri yang bahagia. Tanpa adanya orang ketiga atau pun sebagainya. Dan Elsa berharap Adam dan Shiren akan selamanya bertengkar dan akhirnya mengakhiri hubungan mereka. Dan takdir membawa Adam bersama Elsa untuk selamanya. Yah, Elsa harap seperti itu.

Bersambung...

Vote dan komen,

Follow;

rtarisa_

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang