Elsa terduduk di hadapan Raka yang kini menatapnya. Kakak laki-laki itu menatap Elsa dengan sebuah senyuman manis. Tiara baru saja pulang tiga puluh menit yang lalu. Menyisakan Elsa dan Raka berdua di rumah.
"Kak?"
Raka hanya mengangkat alisnya saat Elsa memanggil. Gadis itu kini sedikit menunduk dan itu membuat Raka bingung.
"Sebenarnya, kakak seneng gak sih aku nikah sama Adam?" tanya Elsa.
'Enggak!'
Raka tersenyum dan menganggukan kepalanya. Menunjukan tatapan yakin pada Elsa.
"Terus, kak Raka sama kak Tiara gimana?" tanya Elsa.
Raka terdiam. Melunturkan sedikit senyumnya. Ingatannya kembali berputar pada kejadian kemarin malam saat ia dengan pandai beralibi di hadapan kedua orang tua Tiara.
"Kakak sama Kak Tiara, akan menikah tahun depan."
Sontak Elsa membulatkan matanya saat mendengar ucapan Raka. Tapi detik selanjutnya senyumnya mengembang tak percaya. Tak percaya jika kakaknya akan segera menikah tahun depan.
"Tap-"
Ucapan Elsa terhenti saat ponsel di atas meja bergetar. Elsa menghela napas, menunjukan telapak tangannya di hadapan Raka bermaksud meminta Raka untuk menunggu. Elsa meraih ponselnya melihat nama Sasa tertera jelas di sana.
"Hallo?"
'...'
"Gue di rumah, Sya. Di rumah kak Raka."
'...'
"Emm, sampai semester satu berakhir."
'...'
"Oh iya? Shiren nemuin kamu? Ngapain?" raut wajah Elsa berubah tatkala nama Shiren di sebut.
Raka tersenyun saat Elsa menjauhkan ponselnya dari telinga. Gadis itu tampaknya menyudahi percakapannya dengan Sasa dan kini menyandarkan punggungnya.
"Kenapa?" tanya Raka.
Elsa menggelengkan kepalanya. Tersenyum tipis dan mengalihkan pandangan ke segala arah. Raka mengernyitkan alisnya saat Elsa terdiam dan seolah memikirkan sesuatu.
-ourdestiny-
Adam berlari mengejar Shiren yang kini merentangkan tangan untuk menghentikan taksi yang melintas. Adan semakin mempercepat langkah saat Shiren berhasil menghentikan taksi itu dan membuka pintu.
"Shie!"
Dapat! Adam berhasil meraih lengan Shiren dan menariknya menjauh satu langkah dari Shiren. Gadis itu menatap Adam dengan mata sembab. Air mata itu masih sesekali menetes dari balik kelopak matanya yang bengkak. Dengan cukup kasar Shiren menghempaskan tangan Adam yang mencengkram lengannya.
"Apa!" tanya Shiren membentak.
Adam menghela napas. Meraih kedua tangan Shiren dan menatapnya dengan wajah menyesal.
"Shie, aku minta maaf" lirih Adam.
Shiren mendesah. Tersenyum miring dan menatap Adam dengan tatapan kecewa yang mungkin sangat besar.
"Maaf. Lo pikir dengan maaf semuanya bisa balik, Hah? Lo pikir dengan maaf harga diri gue bisa balik? Lo pikir dengan maaf semua yang udah gue kasih ke lo bisa balik kayak dulu lagi? BISA?!"
Gadis itu tampak sangat marah dan sakit hati. Matanya memerah. Air matanya terus keluar. Seolah di dalam mata Shiren terdapat pompa otomatis yang membuat air mata itu terproduksi dalam jumlah yang banyak.
Adam menunduk. Mengakui semuanya salah. Salah sudah membiarkan hatinya mencintai Elsa. Salah sudah terperangkap hati Elsa. Dan Adam salah sudah merebut semua yang Shiren punya dengan janji yang selalu ia ucapkan dengan manis.
"Lepas! Aku benci sama kamu!"
Shiren menepis lengan Adam secara kasar. Menyeka kedua pipinya yang basah. Memejamkan mata dan tanpa aba-aba melayangkan tasnya. Memukuli Adam dengan tasnya. Meluapkan semua kekesalannya dan berharap Adam mati di tangannya. Terlalu berlebihan. Tapi Shiren kini memang sangat membenci Adam.
"Lo jahat. Lo tega. Lo gak punya hati. Gue benci sama lo, Adam! Gue benci. Lo bohong sama gue. Lo jahat! Lo ngancurin semuanya. Lo ngancurin gue. Lo brengsek!"
Shiren membentak dengan suara yang lebih mirip berteriak. Tangannya masih melayangkan tasnya ke tubuh Adam. Ia benar-benar membenci Adam dan sangat membenci Adam. Pukulannya semakin kencang seiring isak tangis yang semakin tak terkendali dan rasa sakit hatinya yang sudah tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata lagi.
"Shie!"
Adam membentak dan meraih kedua tangan Shiren. Mengehentikan pukulannya dan segera memeluk Shiren. Merasa sesak melihat Shiren begitu terluka mengetahui kini ia mencintai Elsa.
"Lo jahat!"
Di dalam dekapan Adam yang terasa sangat kuat. Shiren masih bisa memukul dada bidang Adam. Menangis hebat dalam dekapan Adam. Membuat Adam ikut menangis dan menguatkan pelukannya. Membiarkan sajahnya tertutup rambut Shiren yang tergerai. Adam tidak peduli dengan orang-orang yang kini menatapnya dengan tatapan bingung, kesal, terharu. Yang pasti Adam sadar. Kesalahannya pada Shiren sangatlah besar.
-ourdestiny-
Mobil sedan hitam itu berhenti di depan sebuah kost-an Adam melepaskan seatbelt yang memeluknya saat ini. Berlari kecil menghampiri pintu sebelah kiri. Membuka dan meraih tubuh Shiren. Gadis itu terlelap sekitar lima belas menit yang lalu setelah ia mengeluarkan semua cacian dan makian untuk Adam.
Menidurkannya di atas kasur berukuran single dan kemudian menarik selimut. Menariknya sebatas leher. Adam terduduk. Menatap wajah Shiren yang terlihat berantakan. Mata sembab, wajah merah, hidung merah, bibir pucat. Gadis itu terlihat sangat memprihatinkan.
"Maafin aku, Shie. Tapi aku gak bisa bohong kalau sekarang aku cinta sama Elsa. Aku, gak tahu kenapa aku gak bisa ngerasain apapun lagi saat sama kamu. Aku minta maaf, Shie. Dan mungkin kamu gak akan pernah bisa maafin aku." bisik Adam.
Shiren tampak menggeliat. Tapi setelah itu gadis itu terlihat kembali tenang. Adam tersenyum tipis, memberikan satu kecupan lembut di kening Shiren sebelum ia beranjak dan pergi.
-ourdestiny-
Elsa terduduk di teras balkon. Menatap langit yang tampak mendung malam ini. Malam ini, ia kembali ke kamarnya. Kamar yang sudah lama ia tinggalkan sejak ia menikah dengan Adam.
"Bentar lagi gue bakal balik ke kamar ini. Ninggalin rumah impian gue yang pasti bakal di tempatin Adam dan Shiren." ucap Elsa bergumam.
Elsa menghela napas. Wajah tampan Adam ketika tersenyum kembali melintas di benaknya. Membuat Elsa menyunggingkan sebuah senyuman manis. Helaan napas itu kembali terdengar saat Elsa memejamkan matanya. Elsa merasa berdiri di titik paling lemah saat ini. Mendapati sebuah kenyataan yang mendekati perjanjian. Kenyataan bahwa sebentar lagi ia akan melepas gelar 'Nyonya Rahardian' ketika ia sudah mengakui bahwa ia mencintai seorang Adam Rahardian.
"Tuhan, aku mohon. Aku cinta sama Adam. Aku sayang sama Adam. Aku gak mau pisah sama dia. Aku mohon pertahankan dia. Aku benar-benar mencintainya."
Tanpa sadar tangannya terangkat. Menyeka setetes air mata yang tiba-tiba jatuh dari kelopak mata indahnya. Setetes air mata harapan. Harapan untuknya tetap bersama Adam sampai akhir waktu.
Bersambung...
Vomment,
follow;
rtarisa_

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
Teen Fiction'INI TAKDIR KITA. KITA YANG DISATUKAN OLEH HAL KONYOL, DAN KITA YANG DI PISAHKAN OLEH HAL YANG SUNGGUH MENYAKITKAN' Sebuah cerita yang berawal dari sebuah kekonyolan dan salah paham. Cerita itu berlanjut dengan tidak serius. Tapi, kisah ini berakhir...