Tata tersenyum saat melihat Elsa datang ke taman ini. Tidak di temani Adam, tapi di temani Sasa. Gadis cantik yang sering Elsa panggil chubby, sama seperti Tata.
"Bunda kok balu dateng? Tata udah nunggu Bunda dali tadi."
Elsa tersenyum saat Tata menghampirinya dan menyerahkannya sebuket bunga lili putih segar. Dan panggilan 'Bunda' yang Tata gunakan itu adalah atas permintaan Elsa, Elsa hanya ingin merasakan bagaimana rasanya di panggil dengan sebutan 'Bunda'
"Maaf ya sayang, tadi Ayah lagi gak ada jadi Bunda nunggu kak Sasa dateng dan bawa Bunda ke sini." ucap Elsa seraya tersenyum manis.
Sasa hanya tersenyum miris melihat Elsa dan Talita yang benar-benar mirip seperti anak dan ibu. Terlebih wajah Elsa semakin hari semakin pucat. Membuat Sasa sering merasakan dadanya sakit dan berakhir dengan sebuah tangisa yang cukup menyesakkan dadanya.
Tata tersenyum. Lalu mengalihkan pandangannya ke arah perut Elsa. Mengusapnya dengan jari mungil yang selalu membuat Elsa terkikik merasakan geli.
"Dede apa kabar? Dede gak boleh nakal ya cama Bunda, dede jangan nendang Bunda terus. Kacian Bundanya, tuh liat makin hali muka Bunda makin pucat. Awas kalau Bunda main cakit, nanti kalau kamu udah ada di gendongan Bunda. Kakak bakal cium kamu sampe nangis."
Elsa tertawa pelan mendengar ucapan Tata yang tampak masih sangat pokos. Gadis kecil yang selalu membuat Elsa rindu dengan tingkahnya yang lucu dam selalu menanyakan kabar si kecil.
"Ee... Bunda gak bisa turun dari sini ya? Padahal kan Tata pengen banget main sama Bunda." lirih Tata.
"Gak bisa Sayang. Nanti kalau Bunda sembuh, Bunda janji bakal main sama Tata. Kita lari-larian, okey?"
Sasa membekap bibirnya yang hampir mengeluarkan isakan. Mendengar ucapan Elsa membuat hatinya serasa tercubit. Sakit, Elsa sudah tidak bisa berjalan lagi. Wajahnya semakin pucat, lebih sering mimisan, lebih sering mengeluh sakit di bagian dadanya dan lebih sering pingsan. Itu menunjukkan betapa buruknya kondisi Elsa sekarang.
"Bunda! Bunda kok beldalah?!" sontak terialan Tata membuat Sasa tersadar dari lamunannya. Dan segera melihat apa yang terjadi pada Elsa.
Elsa mencoba tersenyum. Segera menepis darah yang kini keluar dari hidungnya, Tata tampak sangat panik, menggenggam tangan Elsa dengan tangan mungilnya yang bergetar.
"Elsa? Kita balik ke rumah sakit ya?" Sasa seger membuka kunci kursi roda Elsa. Tapi Elsa dengan cepat mencekal tangan Sasa. Menghentikan pergerakan sahabatnya itu dan tersenyum ke arah Tata.
"Tata... Boleh peluk Bunda, sayang? Bunda sayang banget sama Tata. Mungkin setelah ini, Bunda akan jarang main ke sini. Peluk Bunda, Tata." ucap Elsa lirih.
Elsa merentangkan tangannya. Berharap Tata segera memeluknya, tapi yang ada gadis kecil itu masih sibuk menangis melihat darah yang terus mengalir dari hidung Elsa. Tapi detil selanjutnya Tata mendekat mendekap. Dan membenamkam wajahnya di leher Elsa. Menangis dengan sangat kencang.
Elsa tersenyum mendengar Tata menangis kencang di pelukannya. Menunjukkan betapa sayangnya ia pada Elsa, dan Elsa memejamkam matanya saat dadanya terasa sangat sakit. Rasanya hatinya seperti hancur, berusaha melawan takdir Tuhan untuknya. Tapi rasa sakit itu menguat dan akhirnya membuat Elsa memejamkam mata.
"BUNDA!"
***
"Dimana Elsa?!" Adam membentak. Mengguncang bahu Sasa yang saat itu berdiri di depan ruang ICU. Sasa menggelenglan kapalanya, membiarkan isak tangis itu kembali meremang. Lalu jarinya menunjuk ruang ICU yang masih tertutup rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
Teen Fiction'INI TAKDIR KITA. KITA YANG DISATUKAN OLEH HAL KONYOL, DAN KITA YANG DI PISAHKAN OLEH HAL YANG SUNGGUH MENYAKITKAN' Sebuah cerita yang berawal dari sebuah kekonyolan dan salah paham. Cerita itu berlanjut dengan tidak serius. Tapi, kisah ini berakhir...