-DUA PULUH TIGA-

1K 61 5
                                    

Bertemu Adam selama di kelas membuat Elsa merasa jenuh. Terlebih sikap Adam yang selalu menganggapnya tak ada. Di tambah Adam yang selalu mencari topik pembicaraan bersama Sasa membuatnya merasa cukup gerah. Tapi Elsa yakin Sasa tak menaruh hati pada suami tampannya itu. Terlebih Sasa sudah resmi menjalin hubungan dengan Revan.

Elsa meraih ponselnya dan mencari kesibukan dengan ponsel tersebut. Berusaha menghiraukan gelak tawa yang kini menghiasi pembicaraan Adam dan Sasa. Tapi Elsa sempat beberapa kali melihat Sasa melirik ke arahnya dengan raut wajah bingung.

"Dam? Duduk sama Elsa lagi gih?"

Elsa menengadahkan kepalanya saat mendengar permintaan Sasa. Elsa sempat melihat Adam melirik malas ke arahnya dan kembali menatap Sasa yang ada di sampingnya.

"Iya deh. Tapi janji yang tadi tepatin. Bantuin gue, oke?" Adam mengangkat jari kelingkingnya di hadapan Sasa dan dengan senang hati Sasa mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Adam.

"Iya. Udah sana pindah!" ucap Sasa mantap.

Adam menghela napas berat dan segera beranjak, meraih tasnya dan kembali duduk di samping Elsa yang saat ini 'so' sibuk dengan ponselnya.

"Ngapain balik lagi ke sini?" tanya Elsa sinis. Adam menghela napas dan mengeluarkan satu buku dan menulis sesuatu seperti biasa ketika Elsa bertanya.

Elsa berdecak ketika Adam menggeser bukunya dan meminta Elsa untuk membacanya. Dengan malas Elsa meraih buku itu dan membacanya. Ia yakin Adam akan mencelanya lagi seperti biasa. Tapi Elsa terdiam dan tanpa di perintah, kedua sudut bibirnya membentuk sebuah lengkungan manis setelah tau apa yang Adam tuliskan di atas buku tersebut.

'Gue kangen sama suara cempreng lo! Makanya gue balik lagi!'

Elsa merasa ada yang menggelitik perutnya saat ini. Ingin berteriak ketika Adam mengaku bahwa ia merindukan suara Elsa yang menurutnya sangat jelek dan menyakitkan di telinga siapapun yang mendengarnya.

"Lo serius?" tanya Elsa sembari mengembalikan buku milik Adam. Berusaha untuk bersikap biasa di hadapan Adam.

"Engga!"

Senyum yang semula menghiasi wajah Elsa seketika menghilang dan tergantikan dengan raut wajah cemberutnya yang menggemaskan. Elsa meninju pelan bahu Adam dan kemudian bersidekap dada dengan kesal.

"Makanya jangan gampang percaya sama omongan gue. Gak ada yang gue kangenin selain barbie gue yaitu Shiren. Ngerti?" ucap Adam sedikit berbisik.

"Barbie? Kamu suka Barbie? Cowok kok mainin barbie," ucap Elsa dengan santai. Dan sembari memainkan kuku-kukunya yang bersih.

Adam berdecak. Cukup merasa kesal dan akhirnya menoyor kening Elsa yang membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya. Lalu menatap kesal ke arah Adam seraya mengusap-usap keningnya.

"Berani lo ngomong gitu lagi. Gue lakban mulut lo," ucap Adam sedikit kesal.

"Yaelah, gitu aja marah. Sensi banget." desis Elsa.

"Bodo. Lo bawa-bawa Shiren!" jawab Adam.

Elsa berdecak kesal dan kemudian meraih mp3 miliknya. Bukan mp3 yang dulu di tahan Adam yang akhirnya membuat pernikahan konyol ini terjadi. Tapi yang Elsa pakai saat ini adalah mp3 baru yang ia beli beberapa hari yang lalu. Elsa memasang earphone berwarna putih itu di kedua telinganya.

"Lo juga jadi penghalang gue sama Shiren. Kan gara-gara lo, gue gak bisa ngenalin Shiren ke Bunda. Malah gue harus ngenalin lo. Coba aja waktu itu lo gak narik tangan gue dan Bunda gak liat semua itu. Pasti sekarang Shiren udah jadi tunangan gue," gumam Adam.

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang