"Minggu depan kita liburan ketempat Om, ya?"
Elsa yang saat itu tengah membaca sebuah buku tiba-tiba saja terkejut dengan ucapan Raka. "Minggu depan, Kak?" tanya Elsa.
"Iya, sekalian kakak libur kuliah," jawab Raka.
Elsa terdiam beberapa detik. Tiba-tiba saja ia teringat ucapan Bunda Rika tadi sore. Dan ia ingat kalau ia belum sempat membatalkan pernikahan konyol itu karena tak tega merusak suasana hati Bunda Rika yang saat itu tengah bahagia. Selama ia di rumah Adam pun laki-laki itu hanya diam. Sesekali tersenyum saat Bunda Rika memintanya mencoba sesuatu.
"Kayaknya aku gak ikut kak," ucap Elsa.
Raka yang semula sibuk dengan ponselnya kini beralih menatap Elsa. Menatap adik semata wayangnya itu dengan alis bertaut. Raka meletakkan ponselnya dan kemudian menatap Elsa dengan serius.
"Kenapa? Kamu sakit?" tanya Raka.
Elsa menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis."Enggak, Kak. Aku lagi banyak tugas kampus. Jadi aku gak bisa ikut Kakak," alibi Elsa.
"Yaudah. Tapi kamu gak papa kakak tinggal sendiri?" tanya Raka lagi.
Elsa dengan cepat mengangguk dan tersenyum. "Gak papa, Kak." jawab Elsa.
Raka menghela napas dan menganggukan kepalanya. Meraih ponselnya dan beranjak dari duduknya. Melangkah menghampiri Elsa, tersenyum dan mengacak-acak rambut Elsa dengan gemas seperti biasa. Elsa hanya membalasnya dengan tersenyum getir. Otaknya masih bergelut dengan rencana pernikahan yang di susun Bunda Rika.
"Gimana caranya ngomong sama Kak Raka, ya? Lagian kenapa aku bego banget sih gak protes ke Bunda tadi sore?" gumam Elsa.
Elsa menggembungkan pipinya saat mulai merasa pusing memikirkan apa yang ia hadapi sekarang. Elsa menutup bukunya dan segera pergi ke kamar mengingat malam larut dan besok ia harus bangun pagi untuk pergi ke sekolah.
-OurDestiny-
Suara sendok dan garpu yang beradu dengan piring memecah kesunyian di atas meja makan. Raka terlihat menikmati menu sarapan pagi ini. Berbeda dengan Elsa yang terlihat tidak nafsu melihat makanan di hadapannya. Tapi demi menghargai masakan Raka, ia berusaha terlihat nyaman memakan makanan di hadapannya.
Elsa mengedarkan pandangannya ke arah kaca jendela. Sembari mengunyah makanan di dalam mulutnya. Seketika Elsa membulatkan matanya saat melihat sosok Adam yang kini duduk di atas motornya dan menatap ke arahnya. Adam terlihat seperti memberikan kode pada Elsa agar membuka ponselnya.
Elsa yang mengerti segera membuka ponselnya dan membaca isi pesan singkat yang Adam kirim.
'Cepetan, kita berangkat bareng.'
Elsa menggigit bibir bawahnya. Tidak membalas pesan Adam sama sekali dan tetap menatap ke arah jendela. Hal itu cukup membuat Raka menautkan alisnya bingung.
"Kamu liat apa sih?" Raka yang merasa penasaran sedang memutar kepalanya untuk melihat objek yang Elsa perhatikan sejak tadi. Tapi dengan cepat Elsa berteriak agar Raka tidak melihat keberadaan Adam di luar rumah.
"Kamu kenapa?" tanya Raka.
"Enggak, itu tadi tiba-tiba aja pengen teriak. Eem... yaudah kak, aku berangkat dulu, ya?"
Elsa segera beranjak dari duduknya dan meraih tas yang menggantung di punggung kursi. Melangkah mendekati Raka dan mencium punggung tangan kakak laki-lakinya itu.
"Berangkat sama Sasa kan?" tanya Raka. Elsa tersenyum tipis dan beberapa detik selanjutnya ia menganggukan kepalanya. Dan Raka hanya membalasnya dengan senyuman manis tanda ia percaya pada Elsa.
Elsa berlari kecil agar segera bisa menemui Adam. Raka hanya menggelengkan kepalanya dan kembali menghabiskan sarapannya. Kali ini ia percaya pada adik perempuannya itu.
Dan akhirnya Elsa bernapas lega saat berhasil keluar dari dalam rumah. Menatap Adam yang hanya menatapnya datar seperti biasa. Dengan langkah cepat Elsa menghampiri Adam.
"Eh, kamu gila dateng kerumah aku? Gimana kalo kakak aku tau. Bisa-bisa abis aku," bisik Elsa. Namun penuh penekanan.
"Bodo." ucap Adam santai.
Elsa menatap Adam tak percaya. Ingin rasanya Elsa mencekik Adam saat ini. Laki-laki itu benar-benar tidak peduli jika Elsa kepergok Raka. Adam segera melepaskan jaketnya lalu mengikat jaket itu di pinggang Elsa untuk menutupi paha Elsa yang memakai celana jeans yang lumayan ketat. Lalu menyerahkan helm pada Elsa dan meminta Elsa agar memakainya.
"Cepet naik." ucap Adam dingin.
Elsa hanya bisa menghela napas dan kemudian memakai helm pemberian Adam dan kemudian naik di atas boncengan motor Adam. Sesekali melirik ke arah jendela kaca untuk melihat Raka. Takut jika Raka melihatnya dan pasti akan marah lagi seperti sebelumnya.
-OurDestiny-
Sasa melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah. Senyumnya mengembang sempurna pagi ini. Beberapa orang menyapanya dengan ramah dan memuji kecantikan Sasa.
Tapi langkah Sasa terhenti saat ia melihat Elsa dan Adam datang bersamaan dan Elsa yang mengenakan jaket milik Adam di pinggangnya. Sasa menautkan alisnya saat melihat Elsa melepas helm dan jaket milik Adam dengan wajah cemberut.
"Heh! Jangan nekat dateng ke rumah aku lagi kalo kamu gak mau dapet amukan dari kakak aku!" tegas Elsa.
"Lagian. Kenapa sih kamu itu kemarin gak protes sama Bunda kalau aku gak mau nikah sama kamu? Kamu malah setuju-setuju aja lagi. Oh, aku tau... kamu pasti suka kan sama gue? Tapi kamu gak berani ngomong dan kamu merasa beruntung dengan Bunda yang salah paham soal kejadian di kamar waktu itu. Ngaku kamu!" bentak Elsa.
Adam diam, hanya menatap datar. Sangat datar. Dan sikap Adam itu membuat Elsa ingin sekali mencakar wajah tampan itu agar bisa tersenyum.
"Hai? Tumben pada berangkat bareng."
Elsa dan Adam mengalihkan pandangannya ke arah Sasa yang kini berdiri di samping Elsa. Gadis berpipi chubby itu tersenyum sangat manis. Menatap satu persatu antara Elsa dan Adam.
"Hai juga, Sa." Adam membalas sapaan Sasa.
Elsa tercengang saat secara tiba-tiba Adam membalas sapaan Sasa dengan sangat lembut. Bahkan laki-laki itu kini tengah tersenyum manis. Adam bisa selembut ini pada Sasa tapi Adam bersikap dingin padanya.
"Oh iya, ko tumben ya kalian berangkat bareng? Ada apa ini? Oh, jangan-jangan kalian udah mulai akrab ya? Ciee." Sasa tersenyum manis. Dan bertepuk tangan pelan melihat Elsa dan Adam yang mulai akrab.
"Engga kok, gue cuma disuruh Bunda aja jemput si suara cempreng ini." jawab Adam.
Bugh! Elsa menatap Adam tajam. Tak terima jika suaranya dibilang cempreng. Sasa hanya terkikik melihatnya. Melihat Adam yang sedikit meringis dan menatap tajam ke arah Elsa.
"Apaan sih lo?!" bentak Adam.
"Kamu yang apaan? Ngatain aku cempreng mulu. Dasar muka aspal." balas Elsa.
"Udah-udah. Elsa kita ke kelas yuk? Dam, kita duluan ya. Bye?" Sasa segera menarik lengan Elsa menjauh dari Adam.
Adam melambaikan tangannya pada Sasa dan tersenyum manis. Tapi memasang wajah datar ketika Elsa menjulurkan lidahnya untuk meledek Adam. Gadis itu memang menyebalkan. Andai saja bukan Bundanya yang meminta Adam menikahi Elsa. Adam pasti akan menolak dari awal. Sayangnya, Adam tidak bisa pernah bisa menolak permintaan Bundanya. Dari kecil, Adam memang selalu menuruti keinginan Bundanya tanpa terkecuali.
Bersambung...
Ayo vote dan komenn
Follow;
rtarisa_
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
Teen Fiction'INI TAKDIR KITA. KITA YANG DISATUKAN OLEH HAL KONYOL, DAN KITA YANG DI PISAHKAN OLEH HAL YANG SUNGGUH MENYAKITKAN' Sebuah cerita yang berawal dari sebuah kekonyolan dan salah paham. Cerita itu berlanjut dengan tidak serius. Tapi, kisah ini berakhir...