Bunda tampak benar-benar menyayangi Elsa. Wanita cantik itu menemani Elsa kemana pun dan kapan pun. Mulai dari membeli susu ibu hamil. Baju ibu hamil. Sepatu datar yang cocok untuk bepergian agar Elsa tak harus memakai high heels yang bisa membahayakannya.
Sampai masuk bulan kedua pun. Semua yang mengurus keperluan Elsa adalah Bunda. Adam? Dia hanya di perlukan Elsa ketika wanita itu memasuki usia kehamilan ketiga dan masuk masa ngidam.
Memang Adam hanya di butuhkan Elsa ketika wanita itu ngidam atau sangat menginginkan sesuatu. Tapi itu yang paling beresiko. Adam pernah di teriaki maling dan hampir di hajar masa saat Elsa memaksanya mengambil satu buah mangga pukul dua pagi. Dan hal yang paling konyol yang pernah Elsa minta adalah naik komedi putar selama satu jam dan Adam harus berpakaian ala bayi lengkap dengan empeng yang berjejal di mulutnya.
Adam merasa tidak kuat sebenarnya. Tapi Elsa akan marah jika Adam tidak mau menuruti permintaannya dan wanita itu akan mengunci Adam diluar kamar. Sama sekali tidak mengijinkannya untuk masuk dan tidur di kamar sebelum Adam menuruti permintaannya.
Adam menghempaskan tubuhnya begitu saja di atas bed kasur. Melepas semua topi bayi, celemek, empeng dan popok yang melekat di tubuhnya. Ia baru saja selesa menemani Elsa naik biang lala di salah satu taman hiburan. Tergambar jelas wajah malu yang sangat besar di wajah Adam.
"Sayang. Bangun,"
Adam mendesah saat Elsa menarik tangannya untuk bangun dari posisinya.
"Mau apalagi sih sayang? Aku capek. Tidur bentar ya?" lirih Adam.
"Bangun. Kalau gak bangun aku siram!" bentak Elsa.
Dengan wajah malas Adam beranjak dari tidurnya. Berdiri di hadapan Elsa dan menunggu wanita itu mengutarakan niatnya. Elsa memperlihatkan telapak tangannya. Meminta Adam untuk menunggu sejenak.
Elsa melangkah menuju lemari. Tampak mengusap ujung dagu dan berpikir. Adam hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis. Tingkah Elsa semenjak hamil sangat berubah. Sampai akhirnya Elsa kembali ke hadapan Adam dengan jas hitam, kemeja putih dan celana.
"Kamu pake ini." ucap Elsa. Tangannya terulur menyerahkan setelan formal itu pada Adam.
"Mau ngapain pake baju gini?" tanya Adam. Menerima baju-baju itu dari Elsa.
Elsa tersenyum. Menyentuh kedua bahu Adam dan memiringkan wajahnya. Menatap Adam dengan sebuah senyuman manis.
"Aku mau ngajakin kamu foto. Aku mau kita foto berdua. Aku mau foto kamu peluk aku dari belakang sambil pegang perut aku. Malaikat kecil kita kan udah mau masuk empat bulan. Dan kata orang kalau usia kandungan masuk empat bulan itu. Bayinya udah bernyawa. Dan aku mau di saat dia udah berkembang lebih pesat, aku sama kamu ada satu foto yang ngabadiin pertumbuhan dia. Dan rencananya setelah kita foto. Aku mau foto itu kita pajang di atas kepala kasur. Kita gedein fotonya." ucap Elsa panjang lebar.
Adam tersenyum manis saat mendengar apa yang Elsa inginkan. Wanita itu sejak tadi mengusap perutnya yang mulai membuncit. Adam mendekat. Mengusap pipi Elsa dan memberikan satu kecupan ringan di ujung bibir Elsa.
"Kamu tunggu di bawah ya? Nanti aku nyusul." ucap Adam.
Elsa mengangguk dengan cepat. Segera melangkah keluar dan menemui Bunda sembari menunggu Adam siap-siap.
***
"Adam lama ih." desis Elsa.
Bunda Rika yang tengah membaca majalah di atas sofa tampak tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Lalu kembali sibuk dengan majalah di tangannya.
Dering dan getaran ponsel membuat wajah cemberut itu sedikit menghilang. Lalu meraih ponselnya. Wajahnya tiba-tiba berubah sumringah saat melihat nama Sasa tertera dengan jelas di layar ponselnya.
"Hallo chubby!" Elsa berteriak histeris sesaat setelah menerima sambungan telepon dari Sasa.
'Ck. Lo histeris banget sih. Kangen ya sama gue?'
"Banget. Sekarang kan kita jarang banget ketemu. Gue kangen banget sama lo, Chubby."
'Iya iya gue juga kangen banget sama lo. Oh iya, besok lo ada waktu gak? Main ke sini dong, ke kosan gue. Sekali-kali temenin gue ngerjain tugas. Kan sekalian buat lo persiapan masuk kuliah semester depan'
Elsa tersenyum. Matanya menerawang, mengingat apakah besok ia ada jadwal mengerjai Adam seperti hari ini atau tidak.
"Oke. Gue besok ke kosan lo jam sepuluh." ucap Elsa.
'Wuahh yang bener? Ah sumpah gue kangen sama lo. Eh tapi, emang lo tahu gue kos di mana? Kan lo tahunya rumah gue.'
"Ck. Tenang sms aja, gue pasti nyampe kok."
'Okey kalo gitu. See you babe'
Elsa menautkan alisnya dan akhirnya terkikik saat Sasa memutuskan sambungan teleponnya. Lalu melirik ke arah tangga. Melihat Adam turun dengan santai. Laki-laki itu tampak memperbaiki kancing kemeja di bagian lengannya.
Elsa tersenyum. Sempat menatap Bunda Rika sebelum akhirnya berdiri menghampiri Adam. Berdiri di hadapan laki-laki itu dan kemudian merapikan kemeja yang sedikit tidak rapi. Lalu menepuk-nepuk kedua bahu Adam. Elsa tersenyum membalas senyuman Adam.
"Bunda, kita pergi dulu ya? Assalamualaikum"
Elsa sempat memberikan satu kecupan di pipi Bunda dan berhasil membuat Bundanya tersenyum. "Hati-hati, waalaikumsalam. Oh iya, jangan pulang kemaleman."
Adam menunjukan jempolnya pada Bunda. Sebelum menarik lengan Elsa menuju mobil sedan silver yang terparkir rapi di halaman.
***
Raka menghela napas. Melemparkan remote televisi-nya ke sembarang arah setelah tak menemukan satu pun acara yang bisa membuat kondisi hatinya membaik. Sudah sejak satu jam yang lalu ia mencoba menghubungi Elsa. Tapi adiknya itu tidak menjawab teleponnya sama sekali.
Hanya Tiara yang sesekali mengirim pesan.
"Tuhan!" Raka menggeram kesal. Merasa putus asa dan gagal melepaskan Elsa. Sampai saat ini Raka masih belum bisa melupakan Elsa dan mengembalikan perasaannya menjadi seorang kakak.
Raka memejamkan matanya. Merasa kesal dengan dirinya sendiri. Kesal tidak bisa melupakan Elsa yang jelas-jelas tidak akan pernah bisa ia dapatkan lagi.
***
"Bagus?" tanya Adam.
Elsa menganggukan kepalanya. Masih berada di dalam studio foto dan melakukan beberapa pose romantis yang Elsa inginkan. Selalu melibatkan perut Elsa yang membuncit.
"Yang ini di gedein ya." ucap Elsa seraya menunjuk satu foto yang di mana Elsa berdiri dan Adam tampak bersimpuh, mendekatkan telinga dan menyentuhkan tangannya di perut Elsa.
Di foto itu Adam tampak melirik Elsa dengan senyum manis. Dan Elsa sangat menyukai foto itu.
Adam menghela napas. Mengusap bahu Elsa. Saat ini Elsa terduduk di satu kursi. Melihat-lihat hasil fotonya. Elsa tampak sangat bahagia selama masa hamilnya, dan itu membuat Adam tidak mengkhawatirkan lagi kebiasaan mimisan dan pingsan Elsa yang sewaktu-waktu bisa saja kembali mengganggu Elsa.
"Besok aku ke kos-an Sasa ya?" Elsa menatap Adam dengan tatapan memohon.
"Boleh. Tapi, cuma sampai siang ya? Kasian Bunda kalau di rumah sendirian nungguin kamu." ucap Adam.
"Oke tenang aja. Aku cuma mau ketemu Sasa sebentar kok."
Adam tersenyum. Meraih satu botol air mineral lalu memberikannya pada Elsa. Meminta Elsa untuk minum. Wanita itu terus tersenyum. Menunjukan pada dunia betapa bahagianya ia saat ini.
***
Bersambung..
Sorry for typo:)insta; resha.taa
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
Teen Fiction'INI TAKDIR KITA. KITA YANG DISATUKAN OLEH HAL KONYOL, DAN KITA YANG DI PISAHKAN OLEH HAL YANG SUNGGUH MENYAKITKAN' Sebuah cerita yang berawal dari sebuah kekonyolan dan salah paham. Cerita itu berlanjut dengan tidak serius. Tapi, kisah ini berakhir...