-TIGA PULUH SEMBILAN-

1.1K 56 3
                                    

​Adam memarkirkan mobilnya di parkiran mall. Berlari kecil menghampiri pintu mobil sebelah kiri. Membukakan pintu mobil untuk Elsa. Adam tersenyum. Mempersilakan wanitanya itu turun.

"Kamu mau kemana dulu? Makan? Jalan-jalan? Atau belanja?" tanya Adam.

Elsa tersenyum mendengar pertanyaan-pertanyaan Adam. Laki-laki itu dengan santainya memeluk pinggang ramping Elsa. Menapaki lantai mall. Elsa merasa berbeda. Adam sangat manis padanya.

"Foto box." ucap Elsa.

Jari telunjuknya mengarah pada foto box yang terletak tak jauh dari eskalator turun. Adam mengacak rambut Elsa. Lalu menariknya menuju foto box yang Elsa tunjuk.

Elsa tampak tersenyum puas. Adam mengajaknya mencoba beberapa pose saat berfoto. Dan waktu yang singkat kadang di manfaatkan Adam untuk mencuri ciuman wanita itu. Memang hanya di pipi. Tapi itu cukup membuat Elsa sedikit kesal. Suaminya itu terlalu banyak modus.

Tapi meskipun begitu, Elsa menyukainya. Merasa baru mengenal Adam. Elsa menarik Adam keluar setelah foto box selesai. Mengajak Adam kembali keliling mall.

Banyak yang mereka lakukan di sana. Makan ice cream. Membeli satu kembang gula. Membeli boneka hello kitty yang sepasang, laki-laki dan perempuan. Membeli baju couple. Berfoto dengan manekin yang mengenakan baju-baju cantik. Berfoto dengan topi pantai yang tak mereka beli sama sekali.

"Daam.."

Suara Elsa tampak berirama. Adam yang masih menikmati setengah cup ice cream sisa Elsa hanya berdehem. Sedangkan wanita itu kini melingkarkan tangannya di lengan Adam dan menyandarkan kepalanya.

"Main komedi putar yuk?"

Adam menghentikan aktivitas menyendok ice cream di hadapannya. Menatap Elsa yang menatapnya dengan mata memohon.

"Tapi kan itu buat anak kecil, Sayang"

Elsa tampak mengerucutkan bibirnya. Kembali menatap Adam dengan wajah yang jauh lebih memelas di banding sebelumnya.

"Tapi itu bisa buat orang dewasa. Lagian aku baru delapan belas tahun. Masih remaja tahu belum tua. Yayaya, naik ya?" Elsa semakin memelas saat Adam menatapnya dengan alis terangkat. Dan detik selanjutnya Adam tersenyum miring.

"Remaja? Kalau kamu masih remaja gak mungkin kali ta-"

"Iyayaya aku udah dewasa ah! Gak usah di bahas yang semalem! Ayo naik." Elsa tampak seperti anak kecil. Seperti sifat aslinya jika bersama Raka. Merengek sampai permintaannya di turuti.

Adam menghela napas. Kembali menyendok ice cream di hadapannya. Membiarkan Elsa menarik lengan kemejanya. Lalu menarik-narik tangannya. Dan wanita itu hampir saja membuatnya tersedak saat Elsa terus merengek dan menarik kerah kemejanya. Memaksa Adam untuk menatapnya yang tengah memasang puppy eyes. Dan wajah yang memelas. Dan akhirnya wajah melas itu berhasil membuat Adam menghela napas dan menganggukan kepalanya.

"Iya udah. Tapi cuma sekali ya?"

Senyum seketika mengembang di wajah Elsa. Wanita itu segera mengangguk dan berdiri dari duduknya. Dengan antusias menarik tangan Adam menuju wahana komedi putar yang kebanyakan di dominasi oleh anak-anak.

Adam hanya memasang wajah datar. Sebenarnya malu menaiki wahana ini. Melihat hampir seluruhnya di isi oleh anak-anak yang kini terkikik melihatnya naik di salah satu kuda yang paling kecil dan Elsa duduk di kuda yang lebih tinggi. Di sampingnya.

'Kalau gak Sayang. Mana mau gue begini'

Adam kembali menghela napas. Sempat tersentak saat wahana itu mulai berputar dan kuda-kuda yang di tumpangi mulai naik-turun secara bergantian sesuai irama lagu anak-anak yang terputar. Adam melirik ke sampingnya. Melihat Elsa yang bertepuk tangan saat kuda yang ia naiki naik turun mengikuti irama lagi.

Adam tersenyum melihat wanitanya tersenyum. Meskipun sedikit malu di perhatikan ibu-ibu yang menemani anak mereka yang tengah main wahana ini. Tapi Adam puas bisa melihat Elsa tersenyum.

Sampai sekitar tiga puluh menit baru Elsa mau turun dari wahana membosankan itu. Padahal waktunya hanya dua sampai tiga lagu. Tapi sampai ganti beberapa anak, Elsa tetap tak mau turun. Wanita itu baru mau turun setelah melihat wajah Adam yang pucat dan laki-laki itu mulai mual. Bayangkan saja, di putar-putar tiga puluh menit dengan kondisi tempat duduk yang selalu bergerak naik-turun mengikuti lagu yang di putar.

"Kamu gak papa kan?" tanya Elsa. Wanita itu menuntun Adam untuk keluar dari mall dan menuju parkiran. Elsa masih sesekali memijit tengkuk Adam saat laki-laki itu kembali mual.

"Harusnya kamu bilang kalau kamu gak bisa di puter-puter selama itu. Jadi kan kita bisa turun lebih awal. Aku gak akan marah kok kalau tau kamu bakal kayak gini." ucap Elsa.

"Udah gak papa, Sayang. Aku baik-baik aja. Yang penting kamu seneng." ucap Adam. Di iringi senyum yang terlihat meyakinkan agar Elsa percaya jika ia baik-baik saja.

"Cie yang so sweet." Elsa tersenyum. Melingkarkan tangannya di lengan Adam menuju mobil sedan silver milik Adam yang tampak berjejer rapi.

Tapi saat Adam sudah membukakan pintu. Elsa tidak segera masuk. Wanita itu tampak memperhatikan sesuatu.

"Sayang?"

Adam mencoba membuat Elsa menatapnya. Tapi wanita itu masih menatap ke satu arah. Adam menautkan alisnya, mengikuti arah tatapan Elsa.

"Shiren?" desis Adam.

Shiren. Ia melangkahkan kakinya dengan santai. Hanya melirik sinis ke arah Adam dan Elsa. Jelas tergambar bahwa Shiren sangat membenci Adam dan Elsa. Sampai akhirnya Shiren menghilang di balik tikungan.

"Udah ayo masuk"

Elsa menatap Adam sekilas dan kemudian tersenyum. Segera masuk ke dalam mobil dan membiarkan Adam memasangkan seatbelt untuknya sebelum menutup pintu dan berlari kecil menuju kemudi mobil.

***

Semakin hari Adam semakin manis. Selalu merecoki Elsa yang tengah sibuk hingga akhirnya wanita itu menyerah dan istirahat bersamanya. Sasa berkali-kali menghubungi Elsa dan meminta bertemu. Tapi Elsa selalu saja di sibukkan dengan tingkah Adam yang, yah begitulah.

Bahkan waktu dua minggu itu berlalu dengan sangat cepat. Sayangnya saat pengumuman kelulusan itu Elsa kembali gagal menemui Sasa. Saat itu Elsa terlalu kelelahan dan akhirnya mimisan itu kembali datang. Adam melarangnya untuk sekolah. Dan akhirnya Adam memberitahukan melalui telepon bahwa Elsa lulus.

Malam ini Elsa di balut dress selutut berwarna peach dengan bagian perut yang pas dan ramping. Kaki jenjangnya di balut dengan high heels pemberian Tiara dua minggu lalu. Rambutnya yang panjang hanya di gerai dengan pita peach yang tersemat di rambut sebelah kirinya. Ditambah tatanan wajah yang natural dengan lipgloss peach yang senada dengan dress yang ia kenakan. Cantik.

"Jangan cantik-cantik. Aku gak mau malam perpisahan kayak gini ada yang centil sama kamu karena kamu terlalu cantik."

Pelukan Adam dari belakang membuat Elsa tersenyum dan mengusap lembut pipi Adam. Membiarkan laki-laki itu menghujaninya dengan kecupan-kecupan kecil di pipi dan pelipisnya.

"Kamu sebenernya masih pusing gak sih? Kalau kamu masih sakit mending gak usah dateng." ucap dan tanya Adam.

"Aku gak papa kok. Lagian kan pas pengumuman dua minggu lalu aku gak ikut. Masa sekarang aku gak ikut perpisahan juga."

Adam tersenyum. Adam hanya khawatir jika terjadi sesuatu dengan Elsa. Mengingat akhir-akhir ini istri cantiknya itu sering sakit.

"Aku sama kamu kok. Aku janji gak akan jauh-jauh biar kamu bisa ngawasin aku terus kalau terjadi sesuatu sama aku." ucap Elsa.

Wanita itu menatap Adam dengan tatapan yakin. Yakin bahwa ia sudah baik-baik saja. Dan senyum Elsa mengembang sempurna saat Adam tersenyum dan mengecup keningnya sekilas.

"Yaudah kita berangkat sekarang,"

Adam segera menarik lengan Elsa. Menggenggamnya cukup erat. Takut jika Elsa masih merasakan pusing dan pingsan tiba-tiba seperti kemarin sore.

SeeyouNextPart😊

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang