Suara denting sendok yang beradu dengan piring menghiasi keheningan di meja makan pagi ini. Bunda Rika hanya sesekali tersenyum ke arah Elsa yang hari ini terlihat sedikit murung. Sedangkan Adam tampak terlihat santai seperti biasanya. Begitu pula Kak Ita.
"Dam? Nanti kamu pulang cepet ya?"
"Bunda sama Kakak mau keluar sebentar. Jadi Bunda harap kamu gak ada acara sama anak UKM setelah jam pulang. Jadi kamu bisa temenin Elsa di rumah." jawab Bunda Rika.
Elsa menghentikan aktivitasnya saat ini dan menatap ke arah ibu mertuanya itu. Lalu menatap Adam yang saat ini masih terdiam. Elsa yakin Adam pasti sedang mencari alasan agar tak menemaninya di rumah setelah pulang sekolah.
"Gak usah, Bun. Lagian nanti pulang sekolah aku mau ke rumah Kak Raka. Aku mau nengokin dia," ucap Elsa. Gadis itu tersenyum meyakinkan Bunda Rika dan membuat Adam tersenyum tipis. Lalu mengusap lembut pelipis Elsa.
"Bunda denger kan? Elsa itu kan selalu ngertiin aku. Lagian tugas UKM aku juga gak bisa di tinggalin gitu aja. Makasih sayang udah ngertiin aku," ucap Adam yang di akhiri dengan senyum manis untuk Elsa. Tapi Elsa hanya membalasnya dengan senyum tipis dan terkesan terpaksa.
"Yaudah kalau gitu. Bunda sama Kakak pulang jam delapan ya? Soalnya Kakak mau jengukin temen Kakak juga yang di rumah sakit." ucap Kak Ita yang hanya di balas dengan anggukan kepala dari Adam dan Elsa.
Elsa menghela napas dan tersenyum tipis. Ucapan Adam semalam masih bisa ia ingat dan jelas. Saat Adam mengucapkan bahwa ia adalah penghalang di hubungan Adam dengan Shiren. Pernyataan itu cukup membuat Elsa tau bahwa dirinya kini berdiri sebagai orang ketika di antara Adam dan Shiren.
-ourdestiny-
Elsa hanya diam tak berani melakukan apapun ketika kini ia duduk di atas boncengan motor Adam. Bahkan berpegangan pun Elsa gugup. Elsa hanya meremas jaket milik Adam yang kini terikat di perutnya untuk menutupi rok sekolah yang Elsa kenakan.
Tapi, Elsa mulai merasa curiga ketika Adam menghentikan motornya. Elsa takut jika Adam akan menurunkannya di sini. Padahal jarak sekolah masih terbilang cukup jauh.
"Turun!" ucap Adam datar.
"Kamu gila? Kamu nurunin aku di sini? Kampus kan masih jauh, Dam?" tanya Elsa.
Adam berdecak dan segera meminta Elsa untuk turun dari motornya. Dan meskipun Elsa merasa sangat kesal. Gadis itu akhirnya turun. Di ikuti Adam yang saat ini berdiri tegak di hadapannya. Adam melangkah lebih dekat, melingkarkan tangannya di pinggang Elsa, membuat jarak yang begitu dekat. Dan Elsa berdiri tepat di depan dada bidang Adam. Adam menggerakan tangannya, melepas jaket yang melingkar di pinggang Elsa dan dengan segera melangkah mundur.
"Supir taksinya udah gue telepon buat jemput lo di sini. Gue harus pergi sekarang, gue gak mau Shiren marah gara-gara gue telat jemput dia. Dan itu karena lo." ucap Adam.
Adam segera mengenakan jaketnya dan kembali melaju dengan motor yang semula ia naiki berdua dengan Elsa. Meninggalkan gadis itu sendirian di sini, dengan sesak yang selalu Elsa coba tahan. Elsa menunduk, ucapan Adam semalam kembali berputar di benaknya.
"Begonya aku tadi udah seneng berangkat bareng Adam. Tapi ternyata itu cuma terjadi di depan Bunda. Kalau aku boleh jujur. Kamu itu munafik, Dam. Kamu munafik di depan Bunda sama Kakak. Dan kemunafikan kamu itu buat aku jatuh di lubang yang salah," gumam Elsa.
Elsa menengadahkan kepalanya saat sebuah taksi berhenti tepat di hadapannya. Elsa menghela napas dan segera masuk ke dalam taksi. Tak ingin segera terlambat hanya karena memikirkan Adam.
-ourdestiny-
Shiren tersenyum manis saat motor Adam berhenti di depan pagar sekolah. Adam menghela napas dan tersenyum saat Shiren tak mau melepaskan pelukannya dan segera turun.
"Udah sampai. Ayo turun. Apa kamu mau aku telat ke kampus? Nanti kalau aku di hukum gimana? Terus aku pulangnya jadi telat dan gak bisa jemput kamu gimana?" Tanya Adam seraya mengusap lembut tangan Shiren yang masih melingkar erat di pinggangnya.
"Kamu tadi gak di peluk Elsa kan?" bukan menjawab. Shiren malah balik bertanya.
Adam tersenyum dan dengan susah payah ia menyentuh pipi Shiren dan mengusapnya dengan lembut. "Engga kok sayang. Tenang aja. Udah gih turun, liat nih aku hampir telat." ucap Adam seraya menunjukkan jam tangannya di hadapan Shiren.
Shiren tersenyum dan segera melepaskan lingkaran tangannya dan segera turun dari motor Adam. Di ikuti Adam yang memeluk Shiren terlebih dahulu sebelum melepaskan jaketnya yang semula di pakai Elsa dari pinggang Shiren. Adam tersenyum dan mengusap lembut pipi Shiren.
"I love you," bisik Adam lembut.
Shiren tersenyum dan sedikit berjinjit lalu mencium pipi Adam dengan lembut."Love you too. Aku masuk ya? Dan inget! Kamu jangan genit sama istri sementara kamu itu. Okey?" Shiren mengusap lembut pipi Adam dengan tatapan lembut. Adam tersenyum dan menganggukan kepalanya.
"Okey princess." Adam memberikan sebuah kecupan lembut di kening Shiren.
Shiren tersenyum dan segera melambaikan tangannya. Melangkah pergi masuk ke dalam sekolah. Membiarkan Adam pergi dari sekolahnya. Adam tersenyum dan segera pergi dari sini ke sekolah. Merasa puas saat Shiren mencium lembut pipinya dan membalas ucapannya.
***
"Elsa!"
Elsa merentangkan kedua tangannya saat Sasa berlari kecil ke arahnya seraya merentangkan tangannya. Sasa merasa sangat bahagia bisa melihat Elsa kembali masuk sekolah. Sasa segera memeluk Elsa dengan erat dan sesekali menghentakan kakinya.
"Elsa, gue kangen banget sama lo!!" teriak Sasa histeris.
Elsa tertawa mendengar teriakan antusias Sasa. Sahabatnya itu memang selalu mengkhawatirkan Elsa dan selalu merasa panik jika tak bertemu Elsa dalam satu hari saja.
"Kamu itu ya? Kita kan gak ketemu kemarin doang. Kamu udah kayak setahun gak ketemu aku." ucap Elsa.
Sasa merenggangkan pelukannya dan menatap Elsa dengan mata berbinar. "Gue kan khawatir sama lo. Soalnya kemarin kata Adam, lo sakit." ucap Sasa.
Elsa tersenyum tipis dan menghela napas. Membiarkan Sasa dengan wajah antusiasnya. Elsa merasa sedikit jengah ketika Sasa menyebutkan nama Adam. Padahal sebelumnya Elsa sudah melupakan semua tentang yang Adam ucapkan semalam.
"Elsa!"
Elsa mengedipkan matanya dan menatap Sasa yang kini menghela napas. Mungkin secara tak sadar Elsa melamun dengan sendirinya. "Ke kelas yuk, Sa?" Elsa segera menarik lengan Sasa dan segera melangkah menuju kelas.
"Lo gak papa? Kok muka lo kayak bete gitu?" tanya Sasa. Gadis berpipi chubby itu masih mengikuti arah tarikan tangan Elsa. Melihat wajah Elsa yang semula berbinar kini berubah lemas.
"Aku gak papa kok." jawab Elsa dengan berusaha tersenyum. Sasa mendengus. Ia tahu Elsa berbohong. Pasti ada yang di sembunyikan Elsa darinya. Tapi akhirnya Sasa hanya diam. Tak mau bertanya lebih detail yang ia tau akan lebih merusak mood Elsa yang seperti tengah tak baik.
Bersambung...
Vote dan komen,
Follow;
rtarisa_
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
Ficção Adolescente'INI TAKDIR KITA. KITA YANG DISATUKAN OLEH HAL KONYOL, DAN KITA YANG DI PISAHKAN OLEH HAL YANG SUNGGUH MENYAKITKAN' Sebuah cerita yang berawal dari sebuah kekonyolan dan salah paham. Cerita itu berlanjut dengan tidak serius. Tapi, kisah ini berakhir...