-DUA PULUH ENAM-

1K 54 1
                                    

Elsa tersenyum tipis seraya menyisir. Menatap jari manis tangan kirinya yang kini di hiasi sebuah cincin cantik dengan berlian kecil berwarna ungu pudar. Elsa masih ingat jelas apa yang Adam ucapkan semalam. Dan ia benar-benar tak bermimpi. Ini nyata.

Semalam, Adam benar-benar pulang dan memberinya sebuah kejutan ulang tahun. Di tambah hadiah cincin yang Adam sematkan sendiri di jari manisnya. Bahkan semalam Adam menemani Elsa tidur di kamar Elsa. Hanya saja ketika Elsa terbangun. Laki-laki itu sudah tidak ada di sampingnya. Tapi tetap saja kejadian semalam membuatnya tak bisa melepaskan senyum.

Elsa mengusap lembut cincin yang kini melingkar apik di jari manisnya dan kemudian beranjak. Meraih tas dan segera berangkat menuju kampus. Sebenarnya hari ini dia tidak ada kelas, hanya saja, Elsa jenuh kalau harus diam di rumah seharian.

Elsa tersenyum, menutup pintu kamar dan mendapati Adam yang saat ini duduk di meja makan. Menikmati pop mie panas di hadapannya. Sesekali laki-laki itu tersenyum ketika ponselnya bergetar. Elsa melangkah mendekat berniat menanyakan tentang kejutan dan ucapan Adam semalam.

"Dam?" Elsa menarik kursi di hadapan Adam. Terduduk dan menatap Adam.

Adam melirik ke arah Elsa. Lalu menatap ponselnya yang kembali bergetar. "Makasih ya buat cincin-nya?"

"Jangan makasih sama gue. Makasih sama Sasa. Dia yang nyiapin semuanya." ucap Adam. Matanya masih fokus pada ponselnya.

"Maksudnya?" tanya Elsa dengan alis bertaut. Ada rasa was-was yang kini menggelayuti perasaan Elsa. Perasaan Elsa mulai tak enak, Adam tampak masih menatap ponselnya dan sesekali tersenyum.

"Cincin itu yang beliin Sasa. Dia maksa gue beberapa minggu lalu pas gue duduk sebangku sama dia. Dia minta gue buat bersikap romantis di depan lo saat lo ulang tahun. Yah terpaksa gue lakuin. Soalnya Sasa ngancem ngasih tahu Bunda soal Shiren," jelas Adam.

Elsa terdiam. Jadi cincin yang melingkar di jarinya bukan dari Adam. Tapi dari Sasa. Elsa merasa saluran pernapasannya kembali tercekat. Membuatnya sedikit kesulitan untuk bernapas.

"Terus... yang lo bilang i love you ke gue? Maksudnya apa?" tanya Elsa. Suaranya sedikit bergetar. Adam hanya melirik sekilas. Melihat mata Elsa yang mulai berkaca.

"Jangan di percaya. Itu cuma bohongan. Pemanis kado dari Sasa," jawab Adam santai.

Andai membunuh orang tidak ada hukumnya. Elsa pasti akan segera membunuh Adam saat ini juga. Laki-laki tampan itu terlihat sangat santai dan tak merasa bersalah. Sampai akhirnya ketukan di pintu rumah membuat Adam beranjak dari duduknya.

Elsa memejamkan matanya. Merasa ada yang terluka di dalam sana. Elsa merutuki dirinya sendiri yang terlalu berharap pada Adam. Mengira Adam memberinya kejutan dan menghadiahinya sebuah cincin cantik seperti yang melingkar di jari manisnya saat ini.

"Kita berangkat sekarang. Elsa! Gue duluan. Tiga menit lagi taksi lo dateng!" teriak Adam.

Elsa menghiraukannya. Meresapi rasa kecewanya pada Adam atas apa yang Adam ucapkan tadi malam. Berpura-pura dan menjadi kan kebohongan itu sebagai pemanis hadiah ulang tahun dari Sasa. Elsa menangkup wajahnya. Sekali lagi ia terjatuh setelah Adam Rahardian membawanya terbang. Elsa merasa dirinya begitu bodoh jatuh cinta pada Adam. Menaruh hati pada laki-laki berparas tampan itu adalah sebuah kesalahan besar yang sudah Elsa perbuat. Adam hanya laki-laki yang tidak ingin mengecewakan Bunda-nya dan menuruti permintaan Bunda-nya yang salah paham dan meminta Adam menikahi Elsa.

Sebenarnya Elsa ingin bercerai dengan Adam ketika ia menyadari bahwa ia mulai jatuh hati pada Adam. Tapi ia dan Adam sudah terikat sebuah perjanjian. Perjanjian yang Adam buat setelah mereka menikah.

-ourdestiny-

"Selamat ulang tahun Nyonya Rahardian. Maaf kakak baru bisa ngucapin ke kamu sekarang," Raka tersenyum. Terduduk di hadapan Elsa. Duduk di salah satu cafe.

Elsa hanya tersenyum tipis mendengar ucapan dari Raka. Elsa merasa harinya kacau dan semangatnya hilang. Sesak itu belum pergi sampai sekarang. Walaupun saat ini ia bersama Raka bukan Adam.

"Jangan manggil aku gitu, Kak." lirih Elsa.

Raka menautkan alisnya menatap Elsa yang saat ini terlihat murung. "Kamu kenapa? Kok ulang tahun murung gitu?" tanya Raka.

Elsa berusaha untuk tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Tak ingin jika Raka tahu tentang apa yang terjadi antara dirinya dan Adam. Raka tampak menghela napas, mengusap lembut pelipis Elsa.

"Kak? Kayaknya aku harus pergi. Aku mau ketemu sama Sasa. Soalnya tadi pagi aku belum ketemu sama dia," ucap Elsa. Gadis itu beranjak dari duduknya dan segera meraih tasnya.

Raka menghela napas, merasa sedikit kecewa karena Elsa harus pergi sekarang. Padahal ia masih merindukan adik kesayangannya itu. Raka memasang senyum ketika Elsa memberikan kecupan di pelipisnya seperti biasa ketika hendak pergi.

Raka merasa ada yang berbeda. Elsa tak seceria biasanya. Gadis itu terlihat murung di hari ulang tahunnya. Biasanya Elsa akan sangat ceria setiap hari ini tiba. Raka masih bisa melihat Elsa dari balik kaca cafe. Gadis manis itu memasuki taksi dan pergi.

Ponsel Raka bergetar, dengan malas laki-laki tampat bermata sipit itu membuka pesan singkat dari Tiara. Raka segera beranjak dan mengenakan lagi jaketnya. Meninggalkan selembar uang di atas meja.

Bersambung...

Vote dan komen,

Follow;

rtarisa_

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang