Raka terlihat berpikir. Sesekali melirik jam tangannya yang kini melewati batas jam delapan malam dan kini ia masih terjebak di dalam restoran bersama Tiara. Hujan lebat di luar belum mau berhenti sejenak. Setidaknya sampai Raka mengantar pulang Tiara dan memastikan gadis itu selamat sampai kos.
"Ra? Pulang telat gak papa? Maaf banget." ucap Raka seraya menunjukan wajah bersalah di hadapan Tiara.
"Gak papa, Ka. Kita tunggu hujannya reda. Kalau kita mau nekad, takutnya kamu nanti sakit," ucap Tiara.
"Aku malah takut kalau kamu yang sakit. Sekali lagi aku minta maaf karena bawa kamu sampai jam segini," ucap Raka.
Tiara tersenyum dan kembali menatap keluar kaca restoran. Menghiraukan Raka yang kini terlihat bingung sendiri mengetahui bahwa sekarang sudah hampir jam setengah sembilan. Masih sore sebenarnya. Tapi bagi Raka jam delapan itu sudah sangat larut malam bagi seorang gadis seperti Tiara. Hal ini dulu juga berlaku untuk Elsa.
-ourdestiny-
Adam berlari meraih selimut yang tadi sempat membalut tubuhnya ketika tidur. Kembali ke dapur, membalut tubuh Elsa dengan selimut itu. Berusaha membuat Elsa merasa hangat. Adam yakin jika kondisi Elsa ini di sebabkan karena hawa dingin di dalam rumah ini. Adam bahkan sudah mematikan semua AC di dalam rumah ini.
"Elsa? Please bangun," desis Adam.
Laki-laki itu memeluknya, membersihkan darah yang mengalir di hidung Elsa dengan sapu tangan pribadinya. Tapi gadis itu masih belum mau membuka matanya. Adam terlihat sangat panik. Dulu saat Elsa masuk rumah sakit karena hal yang sama, Adam juga panik. Tapi kali ini terlihat panik karena di rumah ini hanya ada dirinya dan Elsa yang saat ini seperti ini.
Adam mengangkat tubuh mungil Elsa dengan pelan. Membawanya ke kamar. Mematikan AC kamar dan kembali menyelimuti Elsa dengan selimut lainnya. Memakaikan Elsa kupluk miliknya. Berusaha membuat Elsa sehangat mungkin dan darah dari hidung Elsa berhenti.
"El. Elsa bangun. Please? Elsa? Okey, kalau lo bangun. Gue janji bakal habisin makanan yang udah lo buat. Elsa please! Jangan buat gue takut Elsa!" desis Adam.
Adam beralih membuka lemari. Meraih selimut lainnya dan kembali menutupi Elsa dengan selimut ketiga. Adam hanya ingin Elsa merasa hangat. Adam menyalakan semua lampu paling terang. Nerharap lampu itu segera panas dan mengusir hawa dingin yang melingkupi kamar Elsa.
Adam terlalu panik. Sampai ia lupa mengatur napasnya yang kini terengah. Adam duduk di samping ranjang di mana Elsa masih belum sadar. Adam memasukan kedua tangannya ke dalam selimut. Meraih tangan Elsa dan menggenggamnya dengan sangat erat.
Ponsel Adam bergetar. Hanya melepaskan satu tangan dari lengen Elsa. Meraih ponselnya dan melihat Shiren melakukan panggilan padanya. Dengan lelah Adam menggeser tombol hijau pada layar ponselnya.
"Ya sayang?
'Katanya kamu mau datang? Mana?'
Adam menghela napas dan memejamkan matanya saat mendengar suara manja Shiren di seberang telepon. Adam mengeratkan gengaman tangannya pada tangan Elsa di balik selimut.
"Aku gak jadi kesana. Aku ada urusan-"
'Urusan apa?! Urusan sama Elsa?! Ish! Kamu mah nyebelin!'
Adam mendengus kesal saat Shiren memutuskan sambungan teleponnya begitu saja. Tapi Adam tak segera menghubung Shiren seperti biasa ketika gadis cantiknya itu marah. Adam malah menyandarkan kepalanya di tepi ranjang. Menatap bibir Elsa yang kering. Gadis itu benar-benar kedinginan.
"Gue gak tau kenapa bisa se-khawatir ini sama lo. Tapi yang pasti, gue gak mau lo kenapa-kenapa." desis Adam.
Adam mengeratkan genggamannya. Sesekali tangan kirinya mengusap pelipis Elsa. Berusaha memberikan perhatian pada gadis itu saat ini.
Adam terdiam ia ingat Elsa masak banyak hari ini. Adam segera melepaskan genggaman tangannya dan menuju meja makan.
Sempat terdiam saat menatap makanan dingin di hadapannya. Tapi demi menghargai Elsa yang saat ini sakit. Adam mencoba menghabiskan semua makanan itu. Bagaimana pun caranya ia harus bisa menghabiskan makanan itu.
-ourdestiny-
Elsa mengerjapkan matanya beberapa kali saat matanya yang baru terbuka langsung bertemu dengan cahaya lampu yang sangat terang di kamarnya. Elsa baru menyadari bahwa kini ia tertidur di bawah tiga selimut sekaligus. Di tambah kupluk cokelat milik Adam yang kini melingkar di kepalanya. Melindungi kedua telinganya dari hawa dingin.
Matanya beralih menatap ke arah pintu saat mendengar suara denting sendok dan piring. Perlahan senyumnya mengembang. Walaupun hanya terlihat tipis.
"Akhirnya kamu makan masakan aku. Makasih udah hargai masakan aku, Dam." desis Elsa.
Gadis itu memang selalu seperti itu. Elsa kembali memejamkan matanya, merasa sangat mengantuk dan semakin mengeratkan ketiga selimut yang kini melindunginya. Berharapi saat ia bangun, ada Adam di sini. Di sisinya.
Bersambung...
Vote dan komen,
Follow;
rtarisa_
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
Fiksi Remaja'INI TAKDIR KITA. KITA YANG DISATUKAN OLEH HAL KONYOL, DAN KITA YANG DI PISAHKAN OLEH HAL YANG SUNGGUH MENYAKITKAN' Sebuah cerita yang berawal dari sebuah kekonyolan dan salah paham. Cerita itu berlanjut dengan tidak serius. Tapi, kisah ini berakhir...