-EMPAT PULUH TIGA-

1.1K 64 0
                                    

Bunda mengaduk susu khusus ibu hamil Elsa. Susu rasa cokelat yang baik untuk Elsa dan janin di rahimnya.

"Makasih Bunda." Bunda tersenyum dan mengusap rambut Elsa saat wanita itu kini mulai meminum susu buatannya dan segera meminumnya sampai habis.

"Oh iya sayang. Hari ini Adam pulang jam berapa?" tanya Bunda.

"Jam tiga, Bun. Katanya dia ada kuis hari ini." jawab Elsa.

"Terus kamu hari ini jadi ketemu sama temen kamu?"

Elsa segera menganggukkan kepalanya. Meraih satu biskuit yang berada di dalam toples. Hanya sesekali memperhatikan Bunda yang tampak mondar-mandir meletakkan sesuatu. Padahal Elsa ingin sekali membantu. Tapi Bunda melarangnya.

"Yaudah, Bun. Aku ketemu Sasa sekarang, ya? Taksinya udah dateng." Elsa beranjak. Meraih tasnya dan berjalan dengan pelan.

"Jangan lupa telepon Bunda kalau udah sampai."

"Okey, Aku pergi Bun. Assalamualaikum." Elsa segera melangkah keluar. Menemui supir taksi dan memberitahukan tujuannya. Sempat mendengar Bunda Rika membalas salam darinya.

***

Sasa tampak mengutak-atik laptop di hadapannya. Menyelesaikan beberapa tugas kuliah yang belum ia selesaikan. Sasa sesekali melirik keluar jendela. Takut jika Elsa datang dan salah masuk kos.

Senyum Sasa mengembang saat sebuah taksi berhenti di halaman kos-nya. Sasa segera men save datanya dan segera menutup laptopnya. Menyambut Elsa yang sudah hampir dua bulan ini tak ia temui.

"CHUBBY!"

Teriakan itu membuat senyum Sasa mengembang sempurna. Sasa segera berlari kecil menghampiri Elsa yang tampak berjalan pelan menghampirinya. Mata Sasa berkaca saat melihat perut Elsa yang membesar. Berhenti sejenak lalu memeluk Elsa dengan hati-hati.

"Gue kangen banget sama lo" bisik Sasa.

"Gue jauh lebih kangen lo, Sa. Sahabat gue yang paling chubby." Elsa membalas erat pelukan Sasa.

Sasa merenggangkan pelukannya. Masih tak percaya melihat Elsa yang sekarang terlihat lebih gemuk. Sasa segera menarik lengan Elsa untuk masuk ke dalam kamarnya. Tempatnya tinggal setelah lulus SMA.

"Lo tunggu disini ya? Gue buatin minum"

Elsa menganggukkan kepalanya. Terduduk di atas sofa cokelat. Menatap meja Sasa yang kini di penuhi dengan buku-buku yang berantakan. Elsa menghela napas. Senyum masih tampak menghiasi wajah ayunya saat ini. Menunggu Sasa yang tengah membuatkannya minuman.

Pandangan Elsa tiba-tiba terhenti saat melihat sebuah handycam tergeletak di atas meja dekat televisi. Senyum itu kembali memgembang. Rasa penasaran Elsa mulai kambuh. Pasalnya yang Elsa tahu Sasa tidak memiliki handycam.

Elsa meraihnya. Masih sesekali memperhatikan Sasa yang belum kembali. Elsa segera melangkah menuju sofa. Sesekali terkikik saat mulai menekan tombol on pada handycam di tangannya.

"Tumben nih anak punya handycam. Jadi penasaran isinya apaan. Jangan-jangan videonya dia yang lagi narsis. Buka ah"

Elsa segera mengotak-atik handycam di tangannya. Mencari video yang mungkin menarik untuk di tonton dan bisa menjadi bahan ledekan untuk Sasa.

Semula Elsa masih tersenyum saat video itu baru memasuki detik-detik awal. Tapi senyum itu luntur dalam sekejap saat melihat wajah Adam berada di dalam rekaman itu. Tidak sendiri, Adam tampak meletakkan handycam di atas sesuatu. Mengarah ke satu arah. Dan Elsa tahu itu di mana.

Kos Shiren.

"Elsa. Lo masih suka cokelat panas kan?"

Elsa merasa dadanya sesak. Telinganya tuli mendengar apa yang menjadi bahan tawaan Adam dan Shiren. Adam menertawakannya di video itu. Dan mulai bermain gila.

"Elsa balikin handycam-nya!" Sasa sedikit membentak dan meletakkan cokelat panas itu di sembarang tempat. Segera berlari menghampiri Elsa yang masih terpaku menonton video didalam handycam itu.

"Elsa matiin video nya!"

Sasa berusaha mengambil alih handycam itu dari tangan Elsa. Tapi Elsa tampak menguatkan genggamannya. Matanya masih fokus menatap apa yang saat itu di lakukan Adam bersama Shiren.

"Elsa-"

"Suami gue, Sa." lirih Elsa.

Tatapannya masih fokus pada video itu. Meskipun matanya sudah kabur karena genangan air sialan itu yang bergerumul. Elsa masih saja memutar video itu.

"Elsa udah. Balikin handycam gue" Sasa kembali berusaha meraih handycam itu dari tangan Elsa.

"Ternyata suami gue udah pernah dimiliki perempuan lain." lirih Elsa lagi.

Sasa menyerah. Membiarkan Elsa tetap memutar video tak senonoh dimana si pemeran utama adalah suaminya sendiri, Adam. Sasa terduduk di samping Elsa, segera memeluk Elsa dan masih berusaha membuat Elsa mematikan video itu.

"Elsa, please," lirih Sasa. Air matanya menggenang. Melihat Elsa yang kini berusaha menahan tangisnya. Meskipun sekarang pipi Elsa sudah lembab.

"Suami gue udah pernah tidur sama Shiren sebelum tidur sama gue." Elsa tampak mulai histeris. Tapi tangannya madih menggenggam erat handycam itu. Video itu berdurasi lebih dari dua puluh menit. Dan isi dari video itu benar-benar memukul batin Elsa yang tengah berbunga, membuat bunga-bunga cantik itu layu dalam sekejap.

"Ini yang mau gue kasih ke lo pas terakhir kita ketemu waktu itu, dan ini yang di kasih Shiren waktu dia nemuin gue di rumah. Gue gak jadi ngasih video ini ke lo setelah lo bilang kalau lo hamil. Gue pikir lo belum pernah ngelakuin apapun sama Adam, makanya waktu itu gue mau ngasih tahu lo soal ini. Tapi setelah gue tahu lo hamil, gue gak tega Elsa. Gue gak tega nyakitin lo dengan ngasih video ini." ucap Sasa.

Elsa hanya terdiam. Masih menatap video di hadapannya. Menghiraukan Sasa yang memeluknya dengan sangat erat. Sakit? Pasti. Apalagi di dalam video itu, sebelum Adam dan Shiren memulainya. Adam sempat berjanji akan menceraikan Elsa dan menikahi Shiren.

"Suami gue jahat, Sa." Sasa mengeratkan pelukannya. Merutuki kebodohannya yang sudah membuat Elsa dengan mudah menemukan handycam terkutuk itu. Dan bodohnya Sasa lupa untuk memusnahkannya.

***

Bunda Rika membuka pintu saat bel rumahnya berbunyi. Sempat tersenyum saat melihat Elsa pulang. Tapi senyumnya luntur melihat mata sembab Elsa dan langkah lemas Elsa yang menghampirinya.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Bunda.

Elsa segera menghambur dalam pelukan Bunda Rika, kembali menangis dalam dekapan Bunda-nya. Rasa sakit itu kembali terasa perih setelah ia berusaha menahannya sejak di jalan.

"Elsa, kamu kenapa? Kok nangis?" tanya Bunda lagi.

Bukan menjawab. Elsa semakin terisak di dalam dekapan Bunda. Membuat Bunda Rika bingung dan sedih, Bunda Rika menutup pintu. Menuntun Elsa menuju sofa dan kembali memeluk menantunya yang masih saja menangis tanpa bisa bersuara.

"Kamu kenapa? Jangan buat Bunda bingung sayang," tanya Bunda lagi.

"Adam jahat, Bunda" ucap Elsa. Suaranya tercekat, seperti ada yang mencekiknya saat ini. Membuat napasnya sesak dan suaranya tak bisa keluar untuk menjawab pertanyaan Bunda Rika.

"Maksud kamu apa?" tanya Bunda lagi.

Elsa tak menjawab, menunjuk tasnya. Bunda Rika meraih tas Elsa, meraih sebuah handycam yang Elsa tunjuk. Tanpa melepaskan pelukamnya, Bunda Rika mulai membuka salah satu video di antara tiga video lainnya. Elsa memejamkan matanya saat video itu mulai berputar.

Bunda Rika tertegun, terkejut. Tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Sebuah video tidak senonoh yang di lakukan putranya sendiri dengan seorang perempuan cantik.

"Astaghfirullah'aladzim."

***

To be continue..
Masih berlanjutt

insta; resha.taa

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang