Deru ombak pesisir pantai terdengar merdu di telinga seorang gadis manis, matanya terpejam menikmati setiap belaian angin yang ia rasakan. Membiarkan rambut panjangnya yang tergerai berterbangan mengikuti arah angin yang menyapanya.
Matanya yang indah dengan bola mata cokelat itu perlahan terbuka, menatap luasnya laut yang ada di hadapannya saat ini. Mulai berimajinasi dengan dunianya sendiri, mencoba merasakan hidup bebas tanpa ada hambatan sedikit pun. Berbuat sesukanya.
"Ayo pulang...."
Imajinasi gadis itu perlahan buyar saat salah seorang sahabatnya datang dan menarik tangannya untuk pulang. Gadis itu hanya mendengus kesal, mengikuti arah tarikan tangan sahabat perempuannya itu.
"Bisa gak bentar lagi?"
Gadis itu berucap dan menghentikan langkah sahabatnya.
"Mau ngapain lagi sih, Elsa? Kita disini udah dua jam. Nanti kalau Kak Raka tau lo disini selama dua jam, gue bisa di cekek tau gak? Tahu sendiri kan kakak lo over protektive kalau udah menyangkut tentang lo? Udah ah ayo pulang."
Gadis itu kembali menarik tangan gadis bernama Elsa, membawanya pulang sebelum kakak laki-laki dari Elsa itu akan memarahinya habis-habisan karena sudah membawa Elsa pergi terlalu lama.
Elsa hanya mencebikkan bibirnya. Mengikuti arah tarikan tangan sahabatnya itu dan merelakan imajinasinya hilang begitu saja.
'Susah kalo punya kakak cowok. Ngeselin, mau ini gak boleh, mau itu gak boleh.'
-OurDestiny-
Suara bel rumah yang berbunyi terlihat mengusik aktivitas laki-laki tampan yang berada dalam rumah. Laki-laki itu terlihat tengah sibuk dengan laptopnya dan beberapa buku besar di atas meja.
Laki-laki itu segera berdiri dan membuka pintu, melihat siapa yang mengganggu aktivitasnya dengan tugas kuliah yang begitu penting.
"Dari mana?" tanya laki-laki itu saat ia baru saja membuka pintu, lalu menatap jam tangannya dan menunjukannya pada dua gadis yang berada dihadapannya, "Jam segini baru pulang?" lanjutnya.
"Ya ampun, kak. Ini masih jam lima kali, khawatir banget," ucap gadis itu seraya bersidekap dada.
"Elsa, kakak cuma gak mau terjadi sesuatu sama kamu-"
"Aku ini udah gede kak Raka. Gak perlu kakak sekhawatir ini sama aku. Aku pergi sama Sasa dan aku cuma ke pantai, please, gak usah terlalu over protektive. Kalau kakak kayak gini terus, gak akan ada cewek yang mau sama kakak!" ucap Elsa tegas.
Elsa segera menabrak bahu Raka dan masuk ke dalam tanpa mempedulikan Sasa yang kini menunduk tak berani menatap wajah sangar Raka, sebenarnya tidak sangar. Hanya datar.
"Lebih baik lo pulang, Sa," ucap Raka yang secara halus mengusir Sasa. Gadis berpipi chubby itu hanya mengangguk samar dan segera memutar tubuhnya dan pergi dari rumah berlantai dua tersebut.
Raka menghela napas, menutup pintu dan segera menghampiri Elsa di kamarnya. Tidak ada niatan untuk meminta maaf pada adik perempuannya itu, hanya ingin melihat adiknya dan aktivitas apa yang dilakukan Elsa saat ini.
"Elsa?"
Raka mengetuk pintu kamar Elsa saat menyadari pintunya di kunci dan menyebabkan Raka tidak bisa masuk.
"Apa?!" teriak Elsa, lebih tepatnya seperti sebuah bentakan.
"Buka pintunya-"
"Gak mau!" potong Elsa cepat.
Raka menghela napas, mungkin Elsa sangat marah atas sikapnya yang terlalu membatasi pergaulan Elsa. Bahkan Elsa hanya boleh berteman dan bersahabat dengan Sasa, hanya Sasa. Raka tersenyum samar lalu membalik badannya dan kembali ke kamar, menyelesaikan tugas kuliahnya yang belum selesai.
Bersambung...
Jangan lupa tinggalkan vote dan komment;)

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
Genç Kurgu'INI TAKDIR KITA. KITA YANG DISATUKAN OLEH HAL KONYOL, DAN KITA YANG DI PISAHKAN OLEH HAL YANG SUNGGUH MENYAKITKAN' Sebuah cerita yang berawal dari sebuah kekonyolan dan salah paham. Cerita itu berlanjut dengan tidak serius. Tapi, kisah ini berakhir...