Elsa dan Sasa melangkah beriringan. Sesekali membalas sapaan teman-temannya. Elsa masih tampak kesal dengan ledekan Adam sebelumya. Tapi berkali-kali Sasa ingatkan bahwa itu hanyalah lelucon yang Adam gunakan agar bisa akrab dengan Elsa.
"Sa? Kok Adam bisa lembut gitu sih sama kamu?" tanya Elsa.
Sasa tersenyum dan mengangkat kedua bahunya. "Gak tau." jawab Sasa.
Elsa hanya menganggukan kepalanya dan kembali melangkah beriringan. Sebenarnya ada yang aneh di mata Elsa ketika ia memperhatikan Sasa hari ini. Gadis itu terlihat sangat cantik. Rambutnya yang biasa di kuncir ke belakang kini terurai dengan indah dan di hiasi dengan poni miring kanan. Sepanjang koridor ini Sasa selalu tersenyum. Padahal biasanya Sasa jarang sekali tersenyum.
"Kamu kenapa sih?" tanya Elsa.
Sasa yang semula membalas sapaan beberapa siswa kini mengalihkan pandangannya ke arah Elsa dan menatapnya dengan kedua alis terangkat. Bibirnya masih menebar senyum manis.
"Kenapa?" tanya Sasa.
"Engga, kamu aneh hari ini. Gak biasanya kamu seneng kayak gini. Ada apa?" tanya Elsa.
Sasa tersenyum manis dan menepuk bahu Elsa. "Kenapa? Gue gak boleh gitu senyum? Terus gue harus cemberut?" tanya Sasa.
"Enggak sih, cuma kamu beda aja hari ini." ucap Elsa.
Sasa menepuk bahu Elsa dan kemudian beralih menarik lengan Elsa agar segera sampai dikelas. Elsa hanya menggelengkan kepalanya dan mengikuti arah tarikan tangan Sasa.
-ourdestiny-
Adam terduduk di salah satu bangku kantin kampus. Menikmati kopi cappucino yang baru saja ia pesan. Sesekali jemarinya membuka lembaran buku di hadapannya, membacanya ketika selesai menyesap cappucino.
Suara langkah kaki sedikit membuat Adam mengalihkan pandangannya. Melihat dua gadis itu berjalan menuju kursi di seberangnya. Sempat memperhatikan Elsa beberapa detik sebelum akhirnya Sasa memberikan senyum untuk menyapa Adam dan langsung di balas dengan senyum oleh Adam.
"Mau makan apa?" tanya Sasa.
"Gue cappucino aja deh, lagi gak mood makan." jawab Elsa.
Sasa tersenyum penuh arti menatap Elsa yang kini menatap lurus ke depan. Tapi gadis itu sadar jika Sasa memperhatikannya sejak tadi.
"Kenapa sih?" tanya Elsa.
"Ciee, cappucino ya? Sehati banget sama Adam," ucap Sasa.
Elsa menghela napas, hanya melirik sekilas ke arah Adam dan kemudian kembali menatap lurus kedepan. Sasa tak berucap apapun dan segera berdiri memesan cappucino pesanan Elsa.
Drrtt..
Fokus Elsa beralih pada ponselnya yang bergetar. Dan segera membaca pesan singkat yang berasal dari Bunda Rika. Perasaan Elsa mulai tak enak jika sudah menyangkut Bunda Rika. Wanita paruh baya itu pasti akan membicarakan soal pernikahan konyol itu lagi.
’Nanti sore dateng kerumah. Kamu harus nyobain gaun yang kemarin. Hari ini sudah jadi. Ditunggu ya sayang.’
"Gaun?"
Elsa terkejut saat secara tiba-tiba saja Sasa membaca pesan singkat dari Bunda Rika. Elsa segera menutup ponselnya dan kembali memasukan ponsel itu ke dalam saku seragam sekolahnya. Elsa tersenyum dan menegakan posisi duduknya saat Sasa meletakan cup cappucino yang ia pesan.
"Lo mesen gaun?" tanya Sasa lagi.
"Eh, iya. Buat acara ulang tahun Kak Raka bulan depan. Soalnya kata kak Raka, dia mau buat tema ulang tahunnya itu princess dan pangeran. Jadi aku di suruh mesen gaun dari sekarang," alibi Elsa.
Sasa hanya meng’oh’kan jawaban Elsa. Dan menyeruput cappucino di hadapannya. Sesekali melirik ke arah Adam yang masih fokus pada bukunya. Elsa tak menghiraukan Sasa. Gadis itu segera membalas pesan singkat dari Bunda Rika agar wanita itu tidak akan terus menerus menghubunginya. Dan membuatnya pusing memikirkan cara membatalkan pernikahan itu atau berbicara dengan Raka.
-ourdestiny-
Elsa terduduk di samping Adam. Kembali duduk berdua di belakang sekolah. Membiarkan angin menyapa mereka dengan lembut. Sasa tidak tau jika sejak Adam dan Elsa mengalami masalah ini. Mereka berdua sering datang ke belakang sekolah untuk berbicara berdua. Memikirkan solusi yang tepat agar pernikahan konyol ini tidak akan pernah terjadi.
"Kenapa bisa kayak gini? Semua ini gara-gara kamu muka aspal," gumam Elsa. Adam tampak menautkan alisnya dan menatap Elsa dengan tatapan seperti biasanya.
"Kenapa lo nyalahin gue terus? Jelas-jelas lo yang narik tangan gue sampe gue jatuh kan dan Bunda liat." ucap Adam tak terima jika Elsa terus menyalahkannya.
"Lah kamu ngapain nyuruh aku kerumah cuma buat balikin mp3 aku? Kan kamu bisa ngasih mp3 aku di kampus. Liat kan? Dari mp3 jadi nikah. Kan gak masuk akal, Dam." ucap Elsa.
Gadis itu mencebikkan bibirnya. Merasa tidak ada jalan keluar untuk masalah ini. Bunda Rika juga tetap ngotot untuk menikahkan Adam dan Elsa apapun yang terjadi. Adam hanya diam. Tak lagi membalas ucapan Elsa yang memang benar.
"Gak bisa jawab kan kamu?"
Adam masih tak menjawab. Hanya diam dan diam. Elsa melirik jam tangannya dan berdecak kesal. Gadis itu beranjak. Berniat pulang. Tidak peduli dengan permintaan Bunda Rika yang memintanya untuk mencoba gaun yang kemarin Elsa lihat dirumah Adam.
Tapi langkah Elsa terhenti saat Adam mencekal lengannya dan memaksa Elsa untuk menatapnya. Elsa hanya menatap Adam. Hanya menatap dengan wajah polos tanpa ekspresi. Menunggu Adam mengucapkan sesuatu.
"Gue yang bakal ngomong sama kakak lo, kalau gue bakal nikahin lo," ucap Adam.
Elsa membulatkan matanya. Tak percaya jika Adam akan berbicara pada Raka mengenai pernikahannya.
"Kamu gila? Kalau kakak aku tau aku bakal nikah sama kamu. Apalagi aku baru aja masuk kuliah. Aku bisa di bunuh." ucap Elsa kesal.
"Gak di bunuh. Palingan juga di gantung." ucap Adam lagi.
"Iish, kamu!" Elsa memukul lengan Adam cukup keras. Tapi laki-laki itu sepertinya tidak merasakan apapun. Adam melangkah pergi meninggalkan Elsa yang masih berdiri menatapnya. Elsa menghela napas. Mulai melangkahkan kakinya mengekor dibelakang Adam.
Bersambung...
Vote dan komenn!:)
Follow;
rtarisa_
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
Teen Fiction'INI TAKDIR KITA. KITA YANG DISATUKAN OLEH HAL KONYOL, DAN KITA YANG DI PISAHKAN OLEH HAL YANG SUNGGUH MENYAKITKAN' Sebuah cerita yang berawal dari sebuah kekonyolan dan salah paham. Cerita itu berlanjut dengan tidak serius. Tapi, kisah ini berakhir...