18

3.2K 101 2
                                    

Setelah selesai berbincang-bincang mengenai potensi apa saja yang dimiliki oleh dusun yang sedang kami kunjungi ini. Bapak kepala dusun mengajak kami berjalan-jalan kesekitar dusun tersebut. Tidak jauh dari rumahnya, kami menemukan sebuah tempat dimana gula diproduksi. Masih sangat alami, dan ini menjadi pengalaman pertama ku untuk melihat prosesnya. Beberapa teman ku mencicipi gula yang baru saja jadi, aku tidak tahu rasanya bagaimana, apakah sama dengan yang biasa kami makan atau berbeda, aku tidak tahu karena tidak mencobanya, hanya saja, yang aku tahu lidah mereka sedikit ngilu akibat gula yang masih panas.

Tidak lama dari itu, kami berpamitan. Karena kami rasa waktu sekarang sudah hampir menjelang petang.

***

Diposko tidak banyak yang kami lakukan selain kegiatan seperti biasanya. Anak laki-laki pergi membantu warga yang sedang membangun rumah. Sementara kami para wanita tidak memiliki aktivitas, jadi beberapa diantara kami ada yang tiduran, ngobrol dan menyetrika pakaian. Sementara aku ikut menemani teman ku yang sedang menyetrika pakaiannya.

Tidak ada perbincangan yang terjadi diantara kami berdua. Oya, kami berada di posko laki-laki, karena kalau kami menyetrika di posko perempuan itu hanya akan membuat listrik di posko kami padam seketika.

Tiba-tiba ada seorang kakek yang mengucap salam.

"Assalamualaikum"

Aku dan Debbo terperanjat, kami saling bertatapan. Debbo mengangkat alisnya pertanda dia kebingungan, aku pun sama.

Ku beranikan diri untuk menemui kakek tersebut. Lalu bertanya.

"Waalaikumsalam pak, ada apa ya?"

"Ini neng, ada tamu" jelasnya sambil menunjukkan tamu tersebut kepadaku. Aku melihatnya. Seorang laki-laki dengan motor besar berwarna merah sedang membelakangi kami. Membenarkan posisi tas punggungnya.

"Oh iya pak, terima kasih ya" ucapku.

"Baik neng, saya permisi dulu ya" ucap kakek tersebut berpamitan. Aku tersenyum kepadanya. Lalu kembali memandangi lelaki tersebut. Dan tiba-tiba Debbo berteriak.

"Ri siapa?"

Aku belum sempat menjawabnya. Laki-laki itu menolehku sebelum aku menjawab pertanyaan Debbo.

"Arthur" gumamku.

Dia tersenyum. Lalu aku menyalaminya. Senang rasanya dikunjungi orang yang ku kenal pada saat kita berada ditempat baru.

"Ayo masuk" ajakku sambil meraih tangannya. Arthur mengikutiku.

"Debbo, kenalin, ini Arthur, teman ku!" Jelasku ketika memperkenalkan Arthur pada Debbo. Mereka berdua bersalaman, saling mengucapkan nama masing-masing.

Aku dan Arthur duduk di atas kursi yang biasa kami gunakan.

"Kamu ko ga bilang sih mau kesini"

"Kan biar jadi kejutan" jelasnya. Aku tersenyum, bahagia sekali. Arthur memindahkan tas yang sedari tadi menempel di punggungnya.
"Oya, aku ada sesuatu" sambungnya.

Aku terdiam, Debbo menatapku.

"Ehem, aku jadi nyamuk nih. Aku pergi dulu ya" ucap Debbo.

"Eh jangan, bahaya kalau kami hanya berdua disini" cegahku. Untung saja Debbo berhasil ku cegah, kalau tidak mungkin akan timbul gossip.

Arthur mengangguk, lalu membuka Tasnya. Ia mengeluarkan sebuah tas dari dalam tasnya. Jadi ada tas di dalam tas haha, kalian mengertikan maksudku?

"Ini" ucapnya sambil memberikan aku tas tersebut.

"Ini apa?" Tanyaku.

"Kamu buka saja"

Aku membuka tas tersebut, didalamnya ternyata ada sebuah boneka minions. Dengan sebuah bantal berbentuk love ditangannya. Tulisannya "Love Guard's Minions #ABS" ABS ini merupakan singkatan dari nama Arthur. Arthur Banny Sadam.

(Foto ini diambil setelah selesai KKN)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Foto ini diambil setelah selesai KKN)

"Ini buat aku?" Tanyaku, seolah tidak percaya. Dia membawakan ku sebuah boneka yang sangat aku sukai. Lalu ia mengangguk.

"Terima kasih Arthur! Terima kasih, aku sangat beruntung memiliki teman sebaik kamu!" Ucapku sambil memeluknya. Ini reaksi yang sangat tidak bisa ku kendalikan ketika aku begitu sangat bahagia. Arthur mengelus-elus puncak kepalaku.

"Oya, disitu ada suratnya, tapi, kamu baca, kalau aku sudah pulang ya" jelasnya. Aku mengangguk mengerti.

"Kamu mau temenin aku makan ga? Aku lapar nih" jelasnya. Aku menatap wajah Debbo memelas, untuk mendapatkan izin darinya. Untunglah Debbo mengerti, dia mengizinkan ku. Lalu kami berdua berangkat.

KKN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang