24

2.5K 76 0
                                    

Ketika baru sampai ke posko. Ponselku kembali berbunyi. Begitu pula dengan ponsel Edward. Secara bersamaan kami membuka ponsel masing-masing, lalu melihat notifikasi yang masuk.

"Pemberitahuan, kepada seluruh rekan yang telah mengikuti kegiatan sensus diharapkan untuk segera kembali, sebab, ada beberapa kesalahan yang perlu diperbaiki. Terima kasih"

Aku dan Edward seketika saling bertatapan, lalu, memanggil Ihdan serta Andri.

***

Diperjalanan, Edward memacu motor dengan kecepatan yang sangat tinggi. Aku sudah memasrahkan diriku kepadanya dan kepada Tuhan saja.

Ketika baru setengah perjalanan, seseorang memanggilku.

"Chel!"

Edward berhenti, mengerem motornya mendadak. Lalu kepala kami berbenturan, untung saja kami berdua dilindungi helm.

Lalu, Edward membalikan arah motor ke sumber suara.

Ternyata, Demi yang memanggilku. Aku segera turun, lalu menghampirinya.

"What's wrong?" Tanyaku.

"Ayo makan" ajaknya. Aku dan Edward saling bertatapan, heran dengan apa yang kami dengar.

"Ayo, jangan ngelamun aja" sambung bapak sekretaris desa. Ternyata, jamuan ini, khusus diperuntukan untuk kami atas bantuan yang telah kami lakukan.

Pada akhirnya, kami makan nasi liwet, nasi yang khas dari daerah kami serta bakar ikan, dan tidak lupa sambal kecap. Biasanya, aku selalu mengabadikan setiap makanan yang akan ku makan, hanya untuk kenangan saja, tapi, kali ini, karena sudah terlalu lapar, aku hanya makan tanpa sempat mengabadikannya.

 Biasanya, aku selalu mengabadikan setiap makanan yang akan ku makan, hanya untuk kenangan saja, tapi, kali ini, karena sudah terlalu lapar, aku hanya makan tanpa sempat mengabadikannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Source by Google)

Kira-kira seperti inilah gambar dari nasi liwet dan bakar ikan yang kami makan. Rasanya gurih, juga pedas karena sambal yang kami makan.

Setelah selesai menyantap makanan yang dihidangkan, kami beristirahat sejenak, lalu bercengkrama dan memandangi setiap orang yang berlalu lalang disekitar kami, karena, posisi tempat makan kami ini berada disebuah saung dipinggir jalan.

Kira-kira 10 menit kemudian, kami berpamitan kepada warga yang ikut makan bersama kami. Lalu kembali ke posko.

***

Keesokan harinya.

Hari ini adalah hari minggu, rekan-rekan ku yang lain kembali menjalani aktivitas biasa, sementara aku yang sedang piket memutuskan hanya untuk berdiam diri saja diposko, dikarenakan orangtua ku pun, akan datang berkunjung.

Aku telah mengenakan pakaian yang rapi untuk menyambut kedatangan mereka, juga telah membereskan posko.

Kira-kira, pukul 10, mama menghubungiku. Untung aku sedang dengan sengaja duduk diluar untuk mencari sinyal.

"Hallo ma?"

"Kamu dimana?"

"Didepan kolam, mama sudah sampai?"

"Iya, ini didepan toko yang waktu pertama kali datang"

"Ok, tunggu sebentar ya ma, aku kesana sekarang"

Setelah menutup saluran telepon, aku langsung bergegas menemui mereka.

Tidak lama, aku menemukan mobil yang begitu sangat familiar. Ternyata, bukan hanya orangtua ku yang datang, melainkan juga nenek, tante, mbak serta om.

Setelah ku tanya, kenapa semua orang bisa ikut mengunjungi ku ke posko KKN, ternyata, alasannya mereka akan melakukan kunjungan juga kerumah sodaraku yang ada disekitar tempat KKN.

Aku mengajak keluarga ku berkunjung keposko. Tapi, aku tidak mengajak mereka ke posko laki-laki, karena pada saat itu posko laki-laki sedang kosong, karena semua sedang ada aktivitas masing-masing.

"Jadi berapa orang yang tinggal disini?" Tanya nenek.

"12" jawabku.

"Serius?" Tanyanya kembali. Aku mengangguk. Lalu mama memberikan pakaian bersih bawa dari rumah, lalu, makanan juga. Aku menerimanya, dan mengeluarkan pula pakaian kotorku. Menyerahkannya kepada mama.

Aku bercerita panjang lebar mengenai kehidupan KKN ku disini sambil memasukan pakaian baruku kedalam koper.

Tiba-tiba mama bertanya.

"Kaki kamu kenapa?"

Aku langsung menatap kakiku yang ditunjuk mama. Ternyata, ada beberapa lebam dikakiku. Warna nya biru dan ada pula yang ungu.

Aku heran, aku tidak jatuh atau apapun itu. Tapi, kenapa bisa lebam?

"Aku tidak tahu kenapa ma" ucapku sambil menggelengkan kepala. Mama menyentuhnya.

"Sakit ga?" Tanyanya. Aku menggeleng kembali.

"Makanya, kalau mau tidur berdoa dulu" ucapnya.
"Terus, kalau abis dari tempat yang baru kamu kunjungi, mandi atau cuci muka" sambungnya.

"Iya ma" jawabku mengangguk.

Lalu, kami melanjutkan perbincangan yang lain.

"Teman-teman KKN nya gimana?" Tanya mama lagi.

"Baik" jawabku.

"Yaampun Ing coba lihat, ini makanan punya Ichel masih numpuk" ucap tante ketika dia melihat makanan yang menumpuk didalam tas besar. Ing itu nama panggilan mama ku, kebetulan, mama memiliki keturunan etnis tionghoa.

"Astaga, kau makan atau tidak sih?" Tanya mama.

"Jelas aku makan ma, lihat saja, aku semakin gemuk disini" jelasku.

"Lantas, kamu makan apa? Makanan milikmu saja masih menumpuk didalam tas"

"Ma, kita disini masak dan makan menggunakan uang yang waktu itu kami kumpulkan. Lagian teman-teman KKN ku juga baik ko, banyak yang sering kasih aku jajan, makan, eskrim juga. Oya, tetangga disini juga baik ma, ibu yang punya posko saja sering beri kami makanan" jelasku. Memang seperti itu adanya. Sehingga makanan dan uang ku masih tetap awet, sementara aku semakin gemuk.

KKN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang