48

1.9K 38 10
                                    

Singkat cerita, aku dan beberapa teman-teman yang lain termasuk Edward, mencari kunci motornya yang hilang. Namun, nihil. Hampir 1 jam lebih kami mencari.

Karena kelelahan, kami akhirnya memutuskan untuk kembali kepenginapan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Di penginapan. Aku mengucek-ngucek mataku. Rasanya gatal sekali akibat pasir pantai yang terbawa angin. Lalu aku mengambil kaca kecilku. Dan saat ku lihat. Mataku memerah, dan sedikit membengkak.

Aku terdiam, lalu mencari dompetku. Mengambilnya dan bergegas pergi ke minimarket.

Tiba-tiba Banyu datang menghampiri.

"Mau kemana malam-malam?" Tanyanya.

"Beli tetes mata" jelasku tanpa menatapnya. Kalian pernah denger ga sih? Kalau kita (orang yang matanya merah) jangan sampe natap orang, nanti orang tersebut bakalan ketularan? Dan aku, masih percaya dengan hal-hal seperti itu. So, ya.

"Aku temenin"

Aku enggan untuk berdebat, dan juga ini sudah terlalu malam untuk pergi sendiri. Aku mengiyakan permintaannya, lalu berjalan di belakangnya.

Minimarketnya cukup dekat dengan penginapan kami, hanya perlu waktu 5-10 menit saja. Sebelum berangkat. Aku sempet lihat jam dinding yang menempel di ruang tv. Saat itu, jam menunjukan pukul 10.45. Aku berjalan santai, ya seimbang dengan Banyulah. Karena pikirku, minimarket di daerah pantai mah 24 jam bukanya. Tapi, faktanya. Saat aku sampai disana, pegawainya udah siap-siap untuk pulang dong. Bahkan Banyu harus memohon-mohon kepada mereka.

"Plis, sebentar aja. Ini mata teman ku iritasi. Kalian bisa tolongin kami kan?"

"Hm" suara helaan nafas dari pegawai toko tadi. Aku sempat mendengarnya, sedikit kesal sih, ada orang yang urgent minta tolong, tapi ya gimana juga kan namanya pegawai, udah masuk waktunya pulang ya pulang.

"Memangnya disini tidak 24 jam ya?" Celetukku. Mereka menggeleng-gelengkan kepala, lalu menjawab.

"Lha siapa yang mau belinya ka? Disinikan sepi ga kaya di pantai sana"

Ah, pantas saja.

"Baiklah, saya ambilkan dulu tetes matanya ya" jelasnya lagi, seraya berjalan menuju ke dalam minimarketnya lagi.

"Alhamdulillah" ucap Banyu. Aku tersenyum.

"Terima kasih ya" ucapku.

Tidak lama, pegawai tadi datang, dengan tetes mata di tangan kanannya.

"Ini ka" ucapnya, sambil menyerahkan tetes mata. Kemudian aku mengambilnya.

"Terima kasih ya mas" ucapku, lalu mengeluarkan uang yang sudah ku siapkan di dompet. Tiba-tiba Banyu berkata.

"Ini biar dari aku aja Ri"

"Gausah Banyu, kan aku yang beli"

"Yaelah gitu doang mah aku juga masih bisa beliin buat kamu"

"Tapikan tadi kamu bilangnya cuma temenin aja"

"Sudah sudah ka, itu sebagai hadiah dari saya saja ya. Semoga kaka cepat sembuh ya ka. Saya pamit pulang dulu" jelasnya. Sepertinya dia kesal dengan drama yang terjadi barusan. Asli loh, ini terjadi bukan karena kami rencanakan, ini murni terjadi begitu saja.

Banyu mengajaku kembali ke penginapan.

Di penginapan, aku langsung terlentang di kursi depan. Niatku ingin segera meneteskan tetes mata tadi. Namun Banyu rebut.

"Sini, biar ku bantu, bangun dulu" ucapnya, aku bangun, dia duduk di kursi yang tadi ku tiduri. Lalu menepuk-nepuk pahanya. Ya, aku tau maksudnya. Dia menyuruhku untuk meletakan kepalaku di atas pahanya.

Skip.

Akhirnya, Banyu selesai meneteskannya. Aku berkedip-kedip mencoba menetralkan kembali mataku.  Namun tiba-tiba muka Banyu semakin mendekati mukaku. Fyi. Posisi kita masih sama ya. Dan seperti manusia normal lainnya. Jantungku mulai berdenyut kencang.

Dia semakin mendekat, hingga akhirnya kedua pasang bola mata kami saling berpandangan.

Lalu..

KKN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang