45

1.8K 35 0
                                    

30 Januari 2018.

Setelah kita mendapatkan izin dari kepala desa, kita langsung bergegas untuk packing.

Jujur saja, ini adalah packing pertamaku untuk melakukan short trip. Biasanya, pasti mama yang melakukannya.

Aku berencana untuk tidak memberitahu keluargaku mengenai rencana perjalanan ku ke pantai bersama teman-teman. Aku tahu ini salah. Tapi aku tidak ingin berdiam diri di posko sendirian, sementara yang lain pergi. I'm so sorry mom. Jika saja aku memberitahu keluargaku perihal rencana perjalanan ini, pasti aku tidak akan diperbolehkan untuk mengikuti, terlebih mama. Ia pasti menyuruhku untuk diam di posko, terlebih ketika mama tahu aku akan menggunakan motor untuk pergi ke pantai.

Tidak lama, kami semua telah siap. Lalu, kami berkumpul di sekitar posko. Aku mendatangi posko laki-laki untuk melihat kondisi yang sedang terjadi disana. Dan, ternyata, packing anak laki-laki tidak secepat packing anak perempuan. Mereka masih dengan malasnya membereskan ini dan itu, memasukan barang ke dalam tasnya.

Oh come on, ini sudah sangat siang. Dan pasti kita akan panas-panasan di jalan. Aku memberi wejangan sedikit, no I mean aku menggerutu, mengoceh atau apapun itu. Aku hanya kesal dengan molornya jadwal.

15 menit kemudian. Semua teman-teman laki-laki dan perempuan ku sudah siap. Dan, kami sedang mendiskusikan posisi pemberangkatan, siapa saja yang berangkat menggunakan mobil, juga motor. Ya tentu saja aku tidak ingin menggunakan mobil, yang harus kalian tahu. Di dalam satu mobil tersebut harus muat untuk 10 orang, karena, kami hanya memiliki 5 motor. Yang berarti 5 motor diisi 2 orang jadi ada 10 orang yang di motor dan 10 orang yang di mobil.

Banyu tidak membiarkan aku dibonceng oleh siapapun. Trisal dengan Ihdan. Edwin dengan wanita idamannya di posko wanita, hehehe. Debbo dengan Yudha. Rama dengan Yoona. Sisanya menggunakan mobil.

Akhirnya, kami bersiap untuk pergi.

***

Disepanjang perjalanan, Banyu banyak mengoceh, mulai dari gombalan-gombalannya. Seperti;

"Ri"

"Iya?"

"Nanti, aku bakalan cerita sama anak-anak ku, gimana aku ketemu sama ibu mereka"

"Lalu?"

"Iya, nanti aku bakalan bilang, kalau kita ketemu di KKN"

"Eh?"

"Lalu, kita pergi ke pantai bareng, ibu mu papah bonceng nak, gitu"

Seketika aku malu, mukaku aku rasa berubah menjadi sedikit ke merahan, setelah aku merasakan panas yang begitu menyengat di muka ku. Tanpa sadar aku mencubit pinggang Banyu, hingga ia terperanjat dari motornya. Sebenarnya ini bukan motornya, ia meminjam motor punya teman laki-laki yang tidak ingin mengendarai motor dan memilih untuk menggunakan mobil.

Masih banyak gombalan-gombalan yang ia berikan kepadaku, jujur saja, aku tidak terlalu menyukai gombalan. Karena aku gampang tersipu malu hanya dengan gombalan. Oiya, selain gombalan, ia juga bercerita mengenai keluarganya. Bagaimana ia dibesarkan dengan orang tua yang sibuk dengan karirnya. Ya, mungkin dia memiliki banyak materi, namun tidak untuk cinta dan kasih, orang tuanya terlalu sibuk dengan pekerjaannya, hingga mereka melupakan akan anak-anaknya. Sehingga tidak jarang Banyu beserta adik juga kakaknya pergi ke luar kota bahkan luar negeri untuk traveling, meski tanpa orang tua.

Aku jauh lebih mengenali latar belakang dia saat ini. Hubungan ku dengan Banyu semakin akrab, tapi berbanding terbalik dengan Arthur. Karena sulitnya sinyal yang bisa ditangkap di posko, aku menjadi terbiasa tanpa ada kabar darinya. Dan, saat ini, aku menerima banyak sekali pesan dari Arthur karena keluar jauh dari posko, aku pun langsung membalasnya, namun pesan tersebut tidak terkirim, entahlah, mungkin ia sedang ada di tengah laut.

Mobil memang jalan terlebih dahulu dari pada kami yang menggunakan motor. Lalu, kami melihat ada mobil desa yang berhenti di suatu mesjid. Ya, kita melaksanakan ibadah terlebih dahulu.

Lalu, setelah itu kami melanjutkan kembali perjalanan kami.

KKN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang