35

2K 53 0
                                    

Setelah pergi meninggalkannya sendirian begitu saja tanpa memperhatikan apa yang ia lakukan selanjutnya, aku pergi menuju posko perempuan. Tidak memerlukan waktu yang lama, aku sampai di tempat tujuan ku. Lalu dengan segera aku berkemas.

"kamu jadi pulang?" tanya Debbo. Aku mengangguk mengiyakan.

"sama siapa?" tanyanya. Astaga, aku lupa mengabari papa dan mama perihal keinginan ku untuk pulang. Tanpa menjawabnya, aku berjalan menuju keluar pekarangan posko dengan ponsel yang ku genggam. kalian juga tahu sendirikan bahwa di dalam posko tidak ada sinyal.

ketika aku keluar, aku menemukan Aurel disana, seperti biasa, ia sedang melakukan saluran udara entah dengan siapa. Aku mulai mencari kontak mama untuk segera menghubunginya.

"Hallo?" 

sapaku, ketika mendengar telepon sudah tersambung. Sungguh sinyal disini sangat mengkhawatirkan, karena aku tidak dapat mendengar dengan jelas apa yang mama ucapkan, namun sedikit demi sedikit aku bisa memahaminya.

"ya sayang? tumben telepon?"

"ma, tolong bilang papa dong, besok Ichel mau pulang, bisa tolong jemput?"

pintaku, aku mendengar suara mama tengah berbicara yang sudah pasti dengan papa. Lalu ponsel milik mama diambil alih oleh papa.

"kamu besok mau pulang jam berapa emangnya?"

tanya papa.

"terserah papa. kapanpun aku siap ko pa"

"hm, yauda papa rencananya besok mau pergi dari sini sekitar jam 7an deh, jadi kira-kira paling lambat jam 9 papa baru sampe sana, gimana?"

Aku mengangguk, padahal sudah dapat ku pastikan bahwa papa tidak dapat melihat reaksi ku tersebut.

"baik pa, Ichel mah udah siap sih, tinggal berangkat aja"

"oya, nanti bawa sekalian cuciannya ya"

Jelas saja, pasti aku membawa cucian yang sudah sangat menumpuk disini, karena, seperti yang sudah diketahui oleh banyak orang bahwa orang tua ku tidak memperbolehkan aku mencuci disini, karena khawatir dengan warna pakaian yang akan menjadi berubah. Percakapan antara aku dan papa akhirnya selesai. Aku masuk kembali kedalam berkumpul bersama yang lainnya.

***

Hari Minggu, 21 Januari 2018.

Setelah menunaikan ibadah, aku hanya duduk-duduk saja sambil menonton televisi yang ada di posko, enggan rasanya pergi ke posko laki-laki untuk makan bersama nanti. Aku sedang tidak ingin bertemu dengan Banyu, dan rasanya sangat ingin menjauh dari dirinya, tapi, mau tidak mau, aku harus menyingkirkan perasaan itu, selama sisa waktu kkn ini.

kira-kira pukul 7, aku memberanikan diri dan memantapkan hati untuk pergi kesana, posko laki-laki, untuk makan bersama.

Aku berpapasan dengannya, mata kami saling beradu, namun, tidak ada kata yang terucap baik dari mulutku ataupun miliknya. Yang ada hanya kecanggungan. Aku yang pergi bersama Demi, akhirnya disadarkan dengan deheman yang keluar dari mulutnya.

"Ehem, tatap-tatapan aja terus, ngomong kagak, kalian lagi main hipnotis-hipnotisan ya?" jelas Demi.

Aku tidak menggubris perkatannya, lalu menarik tangan Demi untuk segera berlalu.

"kalian kenapa sih?" tanya Demi padaku.

"nanti ku ceritain setelah makan ya"

Demi pun mengangguk pertanda ia memahami apa maksudku. Lalu kami makan bersama. Jarak antara aku dan Banyu sungguh sangat mencolok, biasanya, kami duduk sangat dekat seakan tidak ada jarak, tapi, kali ini berbeda. Beberapa orang ada yang menatapku penuh tanya, sementara aku hanya menggelengkan kepala, aku tidak ingin membahasnya disini.

Setelah makanan ku habis, aku tidak ingin berlama-lama berada disini, di posko laki-laki, aku memutuskan untuk pergi, namun, baru saja aku beranjak dari tempat duduk ku, Banyu mendekat, lalu menarik tangan ku.

"apa sih Banyu, lepasin!" pintaku, sambil tetap berusaha melepaskan cengkraman tangannya, namun ia tidak menggubris permintaan ku. Aku sempat melihat Demi hendak mencegahku, namun Rama berkata.

"biarkan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri"

Aku ditarik paksa oleh Banyu menuju pintu belakang posko laki-laki, sakit rasanya, sebab terjadi tarikan antara tangan ku dan Banyu, sehingga menimbulkan bekas cengkraman yang berwarna kemerahan di sekitar area pergelangan tanganku.

"aku minta maaf" ucapnya tiba-tiba, setelah ia melepaskan pegangannya pada tangan ku. Aku masih diam tanpa kata.

"Riana, aku minta maaf" ucapnya lagi, namun aku masih tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun untuknya.

"Riana, aku minta maaf, jangan menjadi diam dan berjalan menghilang meninggalkan ku sendirian seperti ini" ucapnya lagi seraya berlutut di hadapan ku. Ia mencoba menggenggam tangan ku, kali ini dengan lembut dan penuh perasaan, aku tahu, ia meminta maaf dengan tulus, aku memaafkannya kali ini.

"bangunlah" ucapku. Banyu menatapku tanpa melakukan pergerakan yang lain.

"bangunlah Banyu" ucapku seraya menarik tangannya untuk segera berdiri.

"aku memaafkan mu Banyu"

"sungguh?" tanyanya tidak percaya. Aku mengangguk.

"jadi, kamu yakin tidak akan pulang ke rumah bersamaku?" tanyanya lagi.

"sudahlah Banyu, aku baru saja memaafkanmu, jangan memulai lagi"

"Haha, aku bergurau saja Chel"

Tiba-tiba Rama datang menghampiri kami berdua.

"sudah maaf-maafannya?" tanyanya. Aku tersipu malu, sementara Banyu menjawab dengan simple.

"sudah"

"Chel, papa mu ada di depan" ucap Rama.

"serius kamu?" tanyaku, Rama mengangguk pasti. Aku berjalan menuju pintu depan untuk menemui papa, sementara Rama dan Banyu masih berbincang.

"ayo perkenalkan dirimu pada Ayah mertua" ucap Rama.

"haha, siap boskuuuh" jawab Banyu.

KKN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang