Apa hal yang melintas dalam pikiran kalian, ketika mendengar KKN? Tinggal disuatu kampung atau desa? Susah sinyal? Cinta lokasi? atau beberapa hal lainnya?
Ini adalah kisah KKN milikku, bukan milikmu. Aku akan mengajak kalian masuk dan mengikuti alu...
Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya, ada beberapa orang yang telah selesai, dan siap untuk berangkat, termasuk Yuda, yang sedari tadi paling susah ku bangunkan.
"Chel" panggil Yuda yang masih mengenakan jaket kebanggaannya serta celana Jersey salah satu tim sepak bola kesukaannya. Aku bangkit dari posisi duduk ku untuk menyetarakan diri dengannya.
"Aku ga ikut ke sekolah ya" jelasnya, sambil menyesap sebatang rokok yang ada di tangan kanannya.
"loh kenapa?" tanyaku heran.
"aku udah izin sama Rama ko"
"oh okey deh"
Yuda pun berlalu, tidak lama setelah itu, mereka, maksudku anak laki-laki tengah siap untuk pergi menuju sekolah.
*di sekolah
Beberapa orang seperti, Rama, Milly dan Debbo, menemui kepala sekolah untuk konfirmasi kedatangan. Sementara yang lainnya masih menunggu di sekitar gerbang sekolah.
Tiba-tiba Trisal berkata,
"Chel, baju kamu sama si abang couple ya?"
"hah?" aku menatap Banyu yang ada di sebelahku, ternyata memang benar, baju kami memiliki warna yang senada, pantas saja Trisal berkata seperti itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tidak lama setelah itu Rama, Milly dan Debbo datang menghampiri kami, lalu mengajak untuk segera bersiap di aula sekolah.
Semua orang khususnya logistik sedang mempersiapkan layar untuk menampilkan gambar dari slide persentasi juga video serta alat pengeras suara untuk MC serta pemateri, sedangkan yang lainnya sedang mempersiapkan tempat duduk audience, dan mempersilahkan audience masuk.
Banyu mendekat dan berbisik kepadaku.
"Semangat!"
Aku menatapnya, lalu tersenyum kepadanya.
Setelah mendapat aba-aba dari teman-teman yang ada di belakang, aku dan Debbo langsung membuka acara sosialisasi di sekolah ini.
***
Sekitar satu setengah jam kemudian, kegiatan sesi pertama telah selesai. Acara dapat ku tarik kesimpulan berjalan dengan lancar. Saat ini siswa sedang melaksanakan istirahat begitupula dengan kami.
Hujan mengguyur pagi itu, ketika kami baru saja keluar dari ruangan aula sekolah.
Anak-anak berhamburan kesana kemari, termasuk kami yang kelaparan, bukan karena tidak makan, melainkan karena kami kelelahan, berpikir dan melakukan sebuah presentasi itu melelahkan dan memerlukan sejumlah energi.
Aku berjalan menuju keluar sekolah, karena aku tahu, di depan sekolah dan di samping sekolah terdapat warung, yang cukup menyediakan makanan pengganjal perut.
Meskipun hujan disertai angin yang cukup kencang, aku tetap pergi menuju warung tersebut. Dan, ternyata anak laki-laki sedang berada disana, sementara anak perempuan sedang mengelilingi abang penjual bakso tusuk.
Setelah kenyang, kami kembali ke sekolah untuk kembali melakukan sosialisasi untuk anak-anak kelas 2 SMP.
Aku mengambil alat pengeras suara milikku, lalu dengan segera melakukan Check Sound. Namun ternyata, alat tersebut tidak berfungsi. Aku langsung melambaikan tangan ku ke arah anak-anak logistik, lalu mereka dengan segera menghampiri.
Setelah beberapa saat mereka melakukan sebuah aktivitas dengan kabel yang menghubungkan pengeras suara dan speaker, Banyu menyuruhku untuk melakukan Check Sound kembali. Namun, masih tidak ada reaksi apapun. Aku bingung, teman-teman yang lain pun juga sama, hingga salah satu dari kami mencoba untuk menyalakan lampu ruangan dari aula yang sedang kami tempati. Dan, tidak ada reaksi apapun.
"ah, sial lampunya mati" geram Banyu.
Dengan sangat terpaksa, kami melakukan presentasi tanpa menggunakan pengeras suara juga tanpa bantuan layar untuk menampilkan gambar dan video.
Sekitar setengah jam, presentasi kami berjalan seperti itu, untung saja tidak untuk selamanya, karena pada akhirnya listrik kembali menyala.