23

2.6K 79 2
                                    

Setelah menelpon Ihdan, aku dan Edward memutuskan untuk berdiam dulu sampai Ihdan dan Andri menemukan kami berdua.

Aku mengeluarkan tissu yang ada didalam ransel berwarna merahku, lalu setelah itu aku mulai membersihkan sepatuku yang berlumpur.

"Mau dong" ucap Edward. Aku memberikan beberapa tissu kearahnya. Setelah itu, kami hanya berdiam diri saja, menunggu kedatangan Ihdan dan juga Andri.

Lima menit kemudian. Aku dan Edward mendengar suara-suara seperti daun kering yang terinjak. Juga, kami mendengar ada banyak suara dentuman kaki.

Lalu.

"Edward!" Ucap seorang laki-laki, ya Ihdan.

"Hey, lama sekali" jawab Edward, aku mengangguk saja. Lalu aku dan Edward menghampiri mereka, dan berjalan bersama menuju kerumah salah satu warga.

Aku yang pada dasarnya memang tidak pernah main jauh, main kotor-kotoran, becek-becekan dan dipenuhi lumpur. Merasa perjalanan yang kami tempuh, menurutku itu paling menyeramkan. Tapi, jika menurutmu tidak, mungkin kamu memang suka kotor-kotoran.

Berjalan dijalan yang berlumpur itu tidak menyenangkan, licin sehingga membuatku beberapa kali tergelincir, untung saja tidak sampai ambruk. Kalau iya, mungkin aku akan sangat kotor dan malu.

Tiba-tiba, Edward dan yang lainnya sampai disebrang jalan. Ada sebuah jembatan yang harus kami lewati untuk bisa kesisi luar. Dan, jembatannya hanya terbuat dari batang pohon yang telah rapuh. Aku masih berdiam diri memikirkan bagaimana caranya agar aku mampu melewati jembatan ini.

Tiba-tiba, Ihdan datang menghampiriku. Lalu mengulurkan tangannya untuk membantuku menyeberang.

"Ayo, raihlah" ucapnya. Aku meraih tangannya. Lalu mulai melangkahkan kakiku perlahan. Jembatan tua itu mengeluarkan suara rintihan, seolah-olah akan patah.

Syukurlah, akhirnya kami telah sampai kejalan yang berbeda.

"Terima kasih" ucapku. Ihdan hanya membalasnya dengan senyuman.

Kami melanjutkan kembali perjalanan kami. Sekitar 10 hingga 15 menit, akhirnya kami sampai disebuah rumah yang ditempati warga.

Sungguh memprihatinkan kehidupan masyarakat disini. Sangat jauh dari kehidupan ku dikota sana. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang datang menghampiri kami, lalu dengan segera dia menceburkan dirinya kedalam kolam yang ada dipekarangan rumahnya. Kolam ikan.

"Yaampun pak" ucapku. Lalu, laki-laki itu muncul kembali kepermukaan dan menyalami kami.

"He he he, maaf neng, tadi saya kotor jadi saya cuci dulu diri saya dikolam" jelasnya.

Astaga, ternyata kolam itu adalah pengganti kamar mandinya. Ya tuhan, aku sangat bersyukur karena memiliki kamar mandi sendiri. Aku tidak pernah membayangkan bagaimana jadinya jika aku tidak memiliki kamar mandi, dan harus mandi dikolam seperti ini.

Lalu, kami dipersilahkan masuk kedalam rumahnya. Rumah yang berbentuk panggung ini telah ia tempati selama bertahun-tahun bersama istri dan dua orang anaknya. Anak yang pertama juga seorang perempuan, seperti anak yang keduanya yang ikut berbincang-bincang bersama kami. Hanya saja, anak pertamanya itu tidak berada disini, dia berada dipesantren di kota.

Beliau membicarakan kehidupannya, kehidupannya yang tidak layak, kehidupannya yang jauh dari kata cukup. Bahkan ketika aku melihat disana tidak ada gelas dari kaca satupun, yang ada hanya gelas yang terbuat dari pelastik bekas tempat minuman. Sungguh, aku sangat bersyukur atas apa yang aku miliki sekarang.

***

Tidak terasa, waktu sudah menunjukan pukul 2. Kami telah bertemu dengan banyak warga hari ini. Maka dari itu, kami memutuskan untuk mencukupkannya, dan kembali pulang ke posko.

Ponselku tiba-tiba berdering. Saat ku lihat ternyata panggilan masuk dari mama.

"Ya ma?"

"Besok mama mau kesana ya, sekalian bawa makanan sama baju ganti dan ambil cucian" jelasnya.

"Oh oke ma, jam berapa kira-kira?" Tanyaku.

"Mama belum tau, besok mama kabari lagi ya"

Perbincangan kami terputus, aku memang tidak diperbolehkan untuk mencuci bajuku selagi KKN. Karena, mama tau, air yang ada didaerah sini tidak jernih tidak terlalu bersih. Jadilah aku si anak manja yang sedang KKN. Seperti itulah panggilan teman-teman KKN ku.

KKN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang