43

2K 37 2
                                    

30 Januari 2019.

Hari ini, kami akan melakukan aktivitas kami yang cukup padat. Aku akan menjalankan tugas ku sebagai humas bersama dengan Rama. Rama akan menyampaikan beberapa informasi kepada pihak-pihak terkait yang telah kami undang untuk sosialisasi di Kantor Desa.

Teman-teman yang lain mulai berkutat dengan beberapa potong kayu yang sedang mereka cat. Sementara yang lainnya sedang menggunting beberapa lembar kertas yang membentuk huruf, dimana mereka akan merangkai huruf-huruf tersebut menjadi beberapa kata, sebagai petunjuk jalan yang akan dipasang di potongan kayu tadi.

Aku dan Rama telah sampai di Kantor Desa. Kami sengaja datang lebih awal dari pada pihak-pihak yang kami undang, sehingga kami bisa mempersiapkan segala sesuatu terlebih dahulu.

10 menit kemudian, beberapa pihak telah memenuhi Aula untuk penyampaian sosialisasi. Termasuk kepala desa yang sedang duduk di barisan paling depan, bersama dengan sekretaris desa.

***

Penyampaian materi sosialisasi berjalan lancar. Tiba-tiba kepala desa memanggilku.

"Dik"

"Iya pak?"

"Kemarin bapak masih ada utangkan?"

"Hah utang?" Tanyaku bingung, sementara beliau mengangguk, lalu bersiap kembali untuk berbicara.

"Itu loh, bekas minuman saat pesta rakyat tempo hari" jelasnya. Ah yaampun bahkan aku sudah lupa mengenai hal tersebut.

"Oh itu, sudah pak tidak usah, kami sudah banyak merepotkan bapak, dan juga sudah banyak mendapatkan bantuan dari bapak, itu sudah lebih dari apapun pak" jelasku.
"Saya permisi dulu ya pak" ucapku berpamitan.

***

Aku sudah ada di bawah Aula, tepatnya di Kantor Desa. Aku hendak mencari Rama yang menghilang begitu saja. Aku mencarinya keluar dari Kantor Desa, namun apa yang kutemui? Milly, yap Milly, juga Rita. Dia sudah berada di dalam mobil desa yang entah akan kemana perginya.

"Chel hayu!" Ajak Milly.

"Kemana?" Tanyaku.

"Curug"

"Kalian berdua aja?" Tanyaku lagi. Sementara mereka mengangguk. Tiba-tiba A Endy berteriak dari dalam mobil, ia berada di kursi depan.

"Neng, hayu ikut"

"Ah iya a, nanti Ichel sampein dulu ke temen-temen biar barengan, ga enak kalau tiba-tiba pergi" jelasku. Mereka pun berpamitan. Kepala desa kembali menghampiriku.

"Kenapa ga ikut dik?"

"Ah, ga enak pak ninggalin temen-temen di Posko" jelasku.

"Hm, kalau ke Pantai mau ga?"

"Ya pasti maulah pak anak-anak mah" jawabku cepat.

"Yakin?"

"Tentu"

"Baiklah, kalian boleh bawa mobil desa buat liburan ke Pantai, ada yang bisa nyetir nggak?" Tanyanya.

"Hah? Serius pak?" Tanyaku. Beliau mengangguk.
"Baik pak, nanti saya infokan dulu kepada teman-teman, selanjutnya, setelah saya mendapatkan keputusan secepatnya saya kabari bapak ya" jelasku. Beliau tersenyum, dan pamit masuk ke dalam Kantor Desa. Kepergian beliau disambut kedatangan Rama.

"Dari mana aja sih?"

"Abis beresin kursi di Aula" jelasnya.

"Lah, ko ga minta bantuan aku sih"

"Lah, kamu aja pergi, gimana minta bantuan haha"
"Oiya, tadi pak kepala kasih aku uang, katanya bekas jualan kemarin yak?" Tanyanya lagi.

"Yaampun" aku menjelaskan detailnya kepada Rama, dan akhirnya dia pun mengerti, lalu kembali ke dalam untuk menemui kepala desa dan mengembalikan uang tersebut.

10 menit kemudian Rama kembali. Lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Katanya, gapapa, buat jajan aja"

Aku hanya tersenyum, aku bingung harus ku apakan uang tersebut.

***

Sepanjang perjalan aku terus memikirkan nasib uang tersebut.

"Rama"

"Hem" jawabnya.

"Gimana kalau kita bagi rata aja tu uang, jadi kalau kepala desa nanyain di alokasiin apa kita jawab bagi rata aja ke anak-anak"

"Setuju!"

"Serius nih?"

"Yess!!!" Jawabnya.

***

"Guys, aku boleh minta tolong ga?" Tanyaku kepada teman-teman di posko wanita. Seketika mereka menghentikan aktivitas mereka untuk mendengarkan ku.

"Jadi, ada beberapa informasi yang sangat urgent, dan harus aku sampaikan saat ini juga, tapi, aku gamau capek dua kali, ngumumin ini disini dan di posko laki-laki, jadi please banget, yuk ke posko laki-laki sebentar aja, setelah itu terserah kedepannya mau gimana-gimana juga" beberapa dari mereka langsung bangkit dari posisi santainya, lalu segera bersiap untuk pergi ke posko laki-laki, begitupula dengan aku, aku segera pergi ke posko laki-laki.

Sesampainya di posko laki-laki, aku datang dengan raut wajah yang penuh kebahagiaan. Aku menghampiri Rama dengan senyuman yang selalu terukir indah.

"Hello bro, sudah siap?" Tanyaku pada Rama. Ia mengangguk pasti.

Aku duduk di satu-satunya kursi yang disediakan oleh pemilik posko. Banyu mendekat.

"Ada apaan sih beb?"

"Nanti aja"

"Ko tumben ceria banget bawaannya" ucap Banyu, aku hanya bisa tersenyum.

***

KKN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang