40

1.8K 48 0
                                    

Yap, mereka meninggalkan ku sendiri, berlalu begitu saja meninggalkan aku yang diserang rasa cemas. Mungkin perasaan ku berlebihan, aku bukan takut tidak tahu jalan untuk kembali pulang ke posko, namun, aku takut ketika harus menghadapi banyak bapak-bapak sendirian.

"maaf ya dik mengganggu waktunya sebentar" ucap kepala desa. Aku tersenyum, lalu menganggukan kepala pertanda bahwa itu tidak menjadi masalah. Bapak-bapak tersebut mengosongkan sebuah kursi untuk ku duduki. Sepertinya, aku akan diinterogasi oleh mereka.

"neng, apa saja persiapan perpisahan yang akan kalian lakukan?" ucap salah satu bapak yang ada di sebelah kiri ku.

"mampus, aku kan belum tahu apa-apa"

Gumamku dalam hati. Aku tidak menjawab pertanyaan mereka dengan memuaskan, karena aku takut salah menyampaikan sebuah informasi, yang pada dasarnya aku sendiri pun belum mengetahui akan seperti apa perpisahan yang akan kami adakan.

"mohon maaf pak, karena saya juga belum mengetahui dengan jelas bagaimana perpisahan yang akan kami lakukan nanti, karena saat ini, kami sedang fokus dengan acara yang sebentar lagi akan kami laksanakan" jelasku. Aku harap bapak-bapak memaklumiku.

Beberapa dari mereka mengangguk-ngangguk, mencoba untuk memahamiku.

"hm, begini dik, saya ingin memberitahu adik, jikalau adik memiliki kesulitan untuk mencari properti atau yang lainnya, adik bisa menghubungi kami, sebisa mungkin kami pasti akan membantu" jelas kepala desa.

"betul itu" sambung bapak topi putih.

"Alhamdulillah, terima kasih banyak ya pak" ucapku. Ini akan menjadi hal pertama yang akan ku sampaikan kepada teman-teman ku di posko.

"dan, saya selaku kepala desa disini, akan sangat senang membantu kalian, saya telah menyiapkan sebuah panggung jika kalian tidak keberatan dengan bantuan saya"

"bapak serius?" tanyaku. Beliau mengangguk yakin, lalu kembali berkata.

"adik tahu tidak, di samping rumah saya kan ada sewa sound, saya akan sewakan sound itu untuk menunjang acara perpisahan kalian"

"Ya Allah pak, semoga Allah bisa membalas kebaikan bapak kepada kami. Semoga Allah selalu melindungi bapak, keluarga bapak dan juga seluruh masyarakat desa ini" ucapku mendoakan mereka.

Setelah perbincangan itu, kami melanjutkan perbincangan-perbincangan ringan lainnya, lebih pribadi, seperti menanyakan alamat rumahku di kota sana, bagaimana cara agar anak-anak mereka bisa berkuliah seperti kami, karena seperti yang sudah aku ceritakan anak-anak disini memiliki semangat yang sangat tinggi untuk melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi.

Yaampun, waktu sudah menunjukan pukul 3 sore, sebentar lagi adzan ashar berkumandang, tapi perbincangan kami belum selesai juga. Aku mengeluarkan ponsel yang ada di dalam kantong celana ku, saat ku lihat terdapat beberapa pesan masuk dari teman-teman ku di posko, Arthur, adik ku, juga teman-teman kampusku. Dari sekian banyak pesan yang masuk, aku memprioritaskan pesan dari teman-teman ku di posko. Mereka sangat banyak berkirim pesan di grup, untuk menanyakan kabarku yang lama sekali kembali ke posko.

"chel, kamu dimana?" tanya Milly

"chel anteng banget si" - Trisal.

"kamu ngapain sih, ko belum balik posko" - Banyu.

"tenang teman-teman, aku baik-baik saja, and I have a good news for you guys, oiya, Rama jemput aku dong, I am just boring, and a lilbit exhausted"

"sabar ya, aku jemput kamu sekarang" jawab Banyu.

"kan aku mintanya Rama"

"oh ok" jawab Banyu.

"Haha, selow bang, biar Rama jemput Chel buat abang" timpal Debbo.


Tidak lama setelah itu Rama datang menjemputku, tapi dia tidak langsung mengajakku pulang, namun basa-basi sebentar dengan bapak-bapak tadi.

KKN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang