5

7.1K 204 4
                                    

Diam-diam ku keluarkan ponselku. Dan, "cekrek". Berhasil, kudapati wajah lelaki itu, lelaki yang membocorkan identitas satu-satunya teman yang ku kenal, Yuda. Maafkan aku Ihdan, mati kau sekarang.

Aku membuka applikasi pesan milikku, lalu, ku cari kontak Yuda. Dan, mulai mengirimi ia sebuah pesan.

"Yuda, sorry, aku gabisa jaga amanah, tapi, sumpah, ini bukan kesalahan ku, bukan aku yang melakukan ini, tapi, dia"

"Yuda, sorry, aku gabisa jaga amanah, tapi, sumpah, ini bukan kesalahan ku, bukan aku yang melakukan ini, tapi, dia"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(In frame : Robin, Netherland)

Terkirim, ya, pesan ku pada Yuda telah terkirim, begitu pula dengan fotonya.

Sial, Yuda tidak sedang menggunakan ponselnya, mungkin ia masih sibuk, sudahlah. Ku masukan kembali ponselku kedalam tas.

Oya, yang terpilih menjadi ketua koordinasi desa itu adalah Rama, bukan Yuda, syukurlah setidaknya itu tidak terlalu mengecewakan Yuda.

Lalu, setelah itu aku kembali mendengarkan pembicaraan yang sedang berlangsung, kali ini, mereka tengah membahas, mengenai survey kesana.

"Gimana, kalian setuju ga kalau besok kita survey? Tempat pertemuannya disamping gedung serba guna, sekitar jam 5 pagi, karena, ya kalian tahu sendiri, kita belum tahu lokasi secara nyatanya, dan belum tahu juga jarak tempuhnya, jadi untuk mengantisipasi, kita akan berangkat pukul 5 pagi" jelas Rama, lagi-lagi dia yang mengarahkan, baguslah.

"Setuju!" Jawab mereka serempak, kecuali aku.

Aku mulai mengeluarkan suara emasku.

"Maaf, tapi, kayaknya besok aku ga janji deh"

"Loh kenapa?" Tanya Rama.

"Aku gaakan dapat izin dari orang tua ku" jelasku.

"Tenang Ri, aku bisa ko minta izin buat ajak kamu kesana" jawab Rama.

"Astaga, kenapa dia malah berani meminta izin", gumamku. Aku kan memang sengaja ga mau ikut, selain karena ga dapet izin, ya aku ga maulah panas-panasan survey, jauh juga, better stay home and wait for the result, right?

"Eh tapi, aku ga janjiin deh, mama ku garang!" Jelasku untuk meyakinkan, tapi dalam hati, aku kembali bergumam.

"Maaa, ampun ma, aku ga ada maksud jelek-jelekin mama, aku cuma ga mau ikut survey, nanti kalau aku hitam gimana? Kan nanti mama marah"

Kami terdiam, aku, Rama, dan yang lainnya diam. Tidak ada satupun suara, hanya sayup-sayup dedaunan yang saling bergesekan dan menimbulkan berbunyi.

"Haha, aku ga percaya!" Tiba-tiba Rama bersuara.

"Percaya aja napa!" Bentakku.

Hening kembali melanda, sebelum akhirnya aku bersuara kembali.

"Maaf, aku tidak bermaksud membentakmu, aku hanya ingin kau percaya Rama" jelasku, aku tertunduk malu.

"Jangan sedih cantik, aku percaya ko, ya lagian masih banyak anak-anak yang lain yang ikut survey ko, kamu dirumah aja tunggu kabar ya hehe" ucapnya menenangkan.

"Terima kasih Rama" jawab ku sambil berkaca-kaca. Tenang, itu hanya aktingku ko, aku tidak sungguh berkaca-kaca karena ucapannya haha!

"Yauda yuk, karena sekarang udah mulai sore, yang lain bisa pulang ko, tapi khusus untuk humas, hari ini bantu saya ya" jelasnya.

Sialan, selalu ada caranya untuk membuatku tertahan dikampus lebih lama, ah Rama, kamu menyebalkan!

"Syap!" Jawab Trisal dengan penuh semangat.

Hatiku kembali mencelos ketika mendengar jawabannya yang begitu semangat, dengan penuh kepura-puraan aku jawab.

"Siap"

Trisal menggandengku, aduh, ini sungguh sangat membuatku risih, sebelumnya aku tidak pernah sedekat ini dengan teman wanitaku, sedekat-dekatnya aku dengan sahabat-sahabatku, ga pernah tuh sampai gandengan tangan, tapi ya mau gimana lagi, ku terima sajalah nasib ku yang seperti ini.

Aku berjalan gontai, seolah-olah terseret oleh semangatnya Trisal yang sedari tadi mengoceh di sampingku, entahlah apa yang sedang dia bicarakan, tapi yang ku tangkap, dia membicarakan all about Korean, baik itu drama nya, musiknya atau budayanya.

"Nanti, aku bakalan bawa laptop, biar bisa nonton drakor bareng disana" jelasnya.

Secinta-cintanya aku pada negara gingseng, tapi, aku masih bisa dikendalikan diri ko.

Akhirnya, pembicaraan mengenai Korea terhenti, ketika kami telah sampai disebuah bangunan, yang cukup sangat kental budayanya bagiku, oya, ngomong-ngomong, kampusku memang masih menggunakan bangunan-bangunan yang sangat kental budayanya.

KKN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang