Hari Sabtu ini, aku dan teman-teman yang lain tengah bersiap-siap. Kami semua memiliki tugas masing-masing. Ada yang kekantor desa, ada yang rapat kecil diposko, ada yang kesekolah, dan hari ini aku, Edward, Andri, dan Ihdan pergi untuk membantu aparat desa melakukan sensus kepada penduduk.
"Kita tunggu didepan kantor desa ya" ucap Andri. Lalu Andri dan Ihdan pergi.
Aku masih menunggu Edward yang masih berkutat dengan motornya.
"Kenapa motornya Ed?" Tanyaku.
"Gapapa ko, aku cuma memeriksanya saja, aku takut kenapa-kenapa. Tadi Banyu titip pesan sama aku"
"Pesan apa?"
"Titip kamu katanya"
Yaampun, seketika mukaku berubah menjadi warna merah.
"Udah selesai nih, ayo, ditunggu yang lain" ucapnya. Aku mengangguk, lalu duduk dibelakangnya.
Jarak antara posko dengan kantor desa itu tidaklah jauh, jadi kami hanya memerlukan waktu lima menit saja untuk sampai disana.
***
Di depan kantor desa.
"Hey, kamu sudah punya applikasinya?" Tanya Ihdan.
"Belum" jawabku.
Lalu, Ihdan mengirimiku sebuah applikasi.
"Ayo cepat, perjalanannya lumayan jauh" ucap seorang lelaki yang akan memandu kami, bapak sekretaris desa. Lalu kami bergegas. Selama perjalanan, aku dan Edward tidak banyak berbincang. Sebab, aku sangat menikmati perjalanan yang memang jarang sekali aku lakukan ketika berada di kota.
Sekitar 20 menit, akhirnya kami sampai disuatu dusun. Dusun terjauh di desa ini.
Edward berhenti disebuah warung terakhir, sebelum kita akan mulai melakukan sensus.
"Beli makanan dulu yuk" ajaknya.
"Nanti aja deh" jawabku.
"Tapi, nanti kita gaakan menemukan warung lagi" jelasnya.
"Hm, yaudah deh"
Kamipun memasuki warung tersebut, Edward mengambil beberapa makanan dan rokok juga tentunya. Aku mengambil air, karena sedari tadi aku tidak melihat ia memasukan air kedalam belanjaannya.
"Berapa bu?" Tanyanya, ketika selesai berbelanja. Ibu warung tersebut langsung menghitung belanjaan kami. Lalu mengucapkan sejumlah harga. Edward mengeluarkan uangnya dari dalam dompet. Lalu setelah itu kami kembali kearah motor.
"Nanti uangnya ku ganti ya" ucapku.
"Gausah" ucapnya.
"Tapikan"
"Sudah, anggap saja aku lagi baik" jelasnya. Aku tersenyum. Lalu Edward membenarkan posisi motornya untuk diparkir.
"Ayo" ucapnya.
"Motornya ditinggal?" Tanyaku. Ia mengangguk. Lalu berjalan didepan ku. Aku mengikutinya saja. Kemarin, ketika aku dan Banyu mengirimkan surat-surat, beberapa anak termasuk Edward, Ihdan, Andri, Demi, Milly dan Trisal juga melakukan sensus.
Kita tiba disebuah lokasi yang jalanannya becek, licin dan dipenuhi lumpur. Tidak lupa pula, ada banyak pohon yang besar tumbuh disekitar sini.
"Aduh, aku lupa arahnya kemana" ucap Edward tiba-tiba.
"Terus gimana dong?" Aku mulai panik.
"Sebentar, aku coba hubungi Ihdan dulu" jelasnya, aku mengangguk. Untungnya disekitaran sini, sinyal masih bisa ditemui, meskipun tidak sebanyak ketika kami berada disekitaran kantor desa.
***
Hello semuanya!
Author minta maaf ya, karena baru sempet update lagi. Dikarenakan minggu ini emang jadwal lagi padet. Dimulai dari 2x presentasi dan ada Test English Language Proficiency juga yang diadakan kampus. Maaf menunggu lama ya, tapi alhamdulillah hari ini Author bisa menyempatkan menulis lagi. Dan, masih ada banyak part yang akan dipublish hari ini, ditunggu ya!
Salam literasi<3
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN?
AdventureApa hal yang melintas dalam pikiran kalian, ketika mendengar KKN? Tinggal disuatu kampung atau desa? Susah sinyal? Cinta lokasi? atau beberapa hal lainnya? Ini adalah kisah KKN milikku, bukan milikmu. Aku akan mengajak kalian masuk dan mengikuti alu...