10

4.7K 150 0
                                    

Aku masih merasa sangat bahagia ketika melihat kedatangan mereka. Hingga aku dikejutkan oleh tangan yang nempel pada keningku.

"Kamu kenapa?" Tanya Banyu.

"Hah?"

"Kamu kenapa?"

"Eh aku gapapa, emang aku kenapa?"

"Lah kamu dari tadi senyum-senyum sendiri, are you ok?"

Aku mengangguk, lalu melirik tangannya yang masih menempel di keningku.

"Sorry" ucapnya. Dia menurunkan tangannya. Aku terdiam. Kami menjadi canggung. Lalu, Rama memberi kami intruksi untuk menurunkan barang bawaan kami.

"Rama, jangan disini turuninnya" ucapku.

"Iya juga sih ya, mendingan didalam sana aja, tapi muat mobil ga?"

"Muat ko"

***

Setelah menurunkan barang bawaan. Kami bergegas membereskan barang-barang.

Seperti pada umumnya setiap wanita atau mungkin pria juga, akan berebutan kamar jika berada dalam satu rumah yang sama.

Aku, satu kamar bersama dengan Debbo, Intan, dan Ashila.

Sementara yang lainnya, mereka menyulap ruang tamu untuk dijadikan kamar, dan kamar yang lainnya dijadikan tempat penyimpanan koper juga barang bawaan yang lainnya.

Hari ini, kami sangat disibukan dengan kegiatan beres-beres. Kami sudah tau, sehingga kami sudah melakukan antisipasi sebelumnya. Berdasarkan rencana awal, kami makan dengan bekal yang telah kami persiapkan dari rumah. Dan seperti rencana sebelumnya juga, bahwa kami akan selalu makan bersama-sama, sehingga kami memiliki waktu untuk bersama.

Mama dan papa telah pulang, ketika kami beres-beres.

Setelah makan dan merapikan kembali tempat, kami berganti pakaian, karena, sedari tadi kami masih menggunakan pakaian wajib kampus kami, yaitu hitam putih.

Tidak lama setelah itu, karena kami masih belum memiliki tugas yang jelas. Kami masih main-main bersama warga disekitar. Sementara anak laki-laki pergi ke atas, ke lapang, di depan desa.

"Keatas yuk!" Ajak Trisal.

"Mau apa?" Tanyaku.

"Main voli bareng anak laki-laki" jelasnya.

"Ga ah, aku ga bisa, aku disini aja" jawabku.

"Eh iya hayu, sekalian cari sinyal diatas" timpal Ashila. Oya, di desa ini sinyal sangatlah susah ditemui, seakan jual mahal, sehingga kami harus mengejarnya ke atas.

Akhirnya, mau tidak mau aku mengikuti mereka untuk pergi ke atas. Sebenarnya, aku tidak ingin mencari sinyal. Karena aku sudah berkomitmen untuk tidak menggunakan internet sama sekali selama KKN, dan untuk membuktikan bahwa aku juga bisa hidup tanpa menggunakan internet.

Setibanya kami di atas, orang-orang begitu ramah menyambut kami. Ada beberapa anak kecil yang berlari-lari girang menyambut kedatangan kami, sambil berlarian dan berteriak-teriak. "KKN!" "KKN!" "KKN!" Seperti itu, mereka lalu menghampiri kami. Aku yang sangat menyukai anak kecil, begitu senang ketika dihampiri mereka. Mereka menyalami tangan kami, anak-anak KKN secara bergantian. Momen seperti ini tidak lupa kami abadikan, aku mengeluarkan ponselku, lalu membuka applikasi kameraku dan "cekrek" aku berhasil mengajak anak-anak itu berfoto bersamaku.

Mereka mengajak kami ke lapang yang memang sedari tadi itu tujuan kami kesini.

Ternyata, anak laki-laki sudah ada disana, mereka bermain voli bersama dengan para pemuda desa.

Banyu yang sedari tadi sedang berkutat dengan bola voli, seakan ingin menunjukan keahliannya pada kami, eh mungkin kepadaku.

Beberapa anak laki-laki yang kurang mahir, belajar pada Rama, yang memang jagonya dalam bidang olahraga.

Kira-kira pukul 17.30 mereka telah selesai. Lalu, Banyu menghampiriku.

"Makasih ya"

"Buat apa?"

"Udah dateng kesini"

"Tapi kan bukan cuma aku yang dateng kesini, bilang terima kasih sama yang lain juga dong, lagian emangnya aku kesini buat liat kamu gitu?"

Banyu terdiam. Apa mungkin aku kejam? Atau bahkan sangat kejam?

"Maaf, aku tidak bermaksud seperti itu" aku memutar-mutar minuman yang sedari tadi ku pegang. Dan tanpa sadar, aku menyerahkan minuman tersebut kepadanya.

"Makasih Ri"

Astaga, kenapa aku? Kenapa aku kasih dia minuman itu. Ah, menyebalkan, aku selalu seperti itu jika aku merasa bersalah. Dan, dasar si Banyu! Kepedean sekali dia!

KKN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang