Return 23

10.8K 637 11
                                    


Happy reading...

♡♡♡♡

"Ternyata kau di sini."

Jo mengalihkan tatapannya dari laptop yang ada di pangkuannya ketika ia mendengar suara Aika yang muncul dari pintu di belakangnya.

Saat ini dirinya tengah duduk di gazebo yang ada di atap restoran. Setelah makan siang tadi ia tidak kembali ke kantor dan lebih memilih untuk tetap di sini. Karena jika dipikir-pikir sudah lama ia tidak mengontrol secara langsung restoran ini sekaligus menerima laporan keuangan dari sang manajer restoran di ruangannya. Setelah ia merasa bosan ia pun berakhir di sini sambil mengerjakan pekerjaannya yang belum selesai.

"Kemarilah," ucap Jo sambil menepuk tempat di sisinya yang masih kosong.

Aika menurut dan langsung duduk di samping Jo sambil menyerahkan segelas lemon tea ice untuk Jo. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Aika basa basi.

"Seperti biasa pekerjaan. Apa jam kerjamu sudah berakhir?" Jo menyesap minumannya. Ia sedikit melirik jam tangannya yang ternyata sudah menunjukkan pukul lima sore.

"Sudah."

"Pasti lelahkan bekerja seperti itu?" tanya Jo menatap raut lelah yang selalu menghiasi wajah cantik Aika.

"Jujur saja itu melelahkan, tapi aku sudah terbiasa," jawab Aika biasa saja.

"Apa kau harus melakukan ini semua, Ai?"

"Maksudmu?" tanya Aika balik yang mulai tidak nyaman akan arah pembicaraan Jo sambil mengedarkan pandangannya.

"Aika, sebenarnya aku masih tidak mengerti kenapa kau memilih jalan hidup seperti ini. Bukankah perusahaan keluargamu masih baik-baik saja?" Jo mulai bertanya hati-hati apa yang selama ini mengganjal di hatinya.

Aika tahu ia tidak bisa lagi menghindari pertanyaan seperti ini dari Jo, karena mereka sudah berjanji untuk saling terbuka. Mungkin tidak ada salahnya ia menceritakan ini pada kekasihnya, hingga akhirnya ia pun hanya bisa mengangguk.

Jo sedikit menggeser posisi duduknya agar lebih dekat dengan Aika. "Lalu? Kenapa kau keluar dari rumah itu? kenapa kau membiarkan orang lain yang mengurus perusahaan orang tuamu?" tanya Jo selembut mungkin agar Aika merasa nyaman dan tidak tertekan.

Aika menoleh ke arah Jo. "Kau sudah tahu tentang kematian Ayah dan Ibu?"

Jo mengangguk. "Kecelakaan tunggal iya 'kan?"

Aika menggelengkan kepalanya cepat. "Bukan. Kecelakaan itu disengaja Jo. Mereka dibunuh," lirih Aika dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Jo tertegun mendengar pernyataan Aika. "Aika! Apa maksudmu?"

"Kecelakaan itu hanya alibi. Mereka dibunuh, Jo! dan Candra pembunuhnya," desis Aika dengan tangan yang terkepal menahan amarah jika sudah menyangkut tentang Candra.

"Pamanmu? Kau yakin, Ai? Kau tahu dari mana jika itu sebuah pembunuhan?"

"Pria brengsek itu yang mengatakannya sendiri padaku, Jo. Dua melakukan itu hanya karena dia menginginkan harta kami," tuturnya dengan suara yang bergetar karena emosi yang coba ia tahan.

Jo semakin terenyak di tempatnya. Jo meraih tangan Aika yang sudah terkepal kuat dan menggenggamnya. "Kenapa kau tidak melaporkannya pada polisi?"

"Dan membiarkan jatuhnya korban baru? Tidak. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi, aku sudah kehilangan orang tuaku dan aku bahkan sudah kehilangan hal yang paling berharga dari diriku, Jo. Dan aku tidak mau kehilangan lagi satu-satunya anggota keluarga yang aku miliki, Arya," tutur Aika dengan tatapan kosong namun sebulir air mata mulai turun di pipinya.

Return (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang