Return 50

11.5K 551 37
                                    



Happy reading!

♡♡♡♡

"Mau sampai kapan kalian mengikutiku?!" seru Jessi dengan kekesalan yang sudah di ubun-ubun.

Bagaimana tidak? Jessi hanya ke kamar mandi tapi dirinya begitu kesal sekaligus risi ketika ia menyadari dua bodyguard yang masih mengikutinya bahkan saat dirinya hampir sampai di kamar mandi sekolah bagian belakang. Karena di taman tersebut memang tidak ada kamar mandi umum.

"Maaf, Bu. Kami hanya mengikuti arahan pak Jo," jawab salah satu orang berbadan besar dengan wajah datar.

Jessi memutar bola matanya jengah kesal. "Aku akan ke kamar mandi bukan ke luar angkasa, dan berhenti memanggilku Bu! aku masih muda!" semprot Jessi dengan wajah garangnya sambil berkacak pinggang, sebelum akhirnya ia pun berlalu dari sana. Namun baru beberapa langkah ia kembali berbalik karena masih merasa diikuti.

"Ya Tuhan... Sudah jangan mengikutiku! Bilang pada Pak Jo mu yang terhormat agar jangan terlalu berlebihan."

"Tapi Bu—"

"Sekali lagi kau memanggilku Bu aku tendang selangkanganmu! berhenti mengikutiku. Tunggu saja di sini, oke!" peringat Jessi sambil mengacungkan jarinya tepat di depan wajah pria itu, dan ia pun kembali melanjutkan langkahnya. "Dasar pria mesum sembarangan!" gerutunya.

Jessi keluar dari salah satu bilik kamar mandi dan berdiri di depan wastafel dengan kaca yang berukuran besar. Ia membuka hand bag miliknya, mengambil bedak dan lipstik untuk memperbaiki riasannya.

"Kau memang cantik, Jess!" gumamnya sambil terkikik geli dan menaruh kembali lipstiknya di tempat semula.

"Benar, kau sangat cantik nona."

Tubuh Jessi membeku ketika ia mendengar suara bas seorang pria yang berasal dari belakang tubuhnya. Ia pun mendongak, dan di saat itulah ia melihat pantulan seorang pria berpenampilan berantakan dari cermin yang membuat mata Jessi terbelalak terkejut.

"K-kau siapa? Apa ... yang kau lakukan di sini?" tanya Jessi waswas tanpa membalikkan tubuhnya, namun masih bersikap tenang menghadapi pria kurang ajar yang berani masuk ke dalam toilet wanita.

Pria itu terkekeh sambil mendekat dan berdiri persis di belakang Jessi dan membisikan sesuatu. "Aku hanya ingin sedikit bersenang-senang denganmu."

Jessi mencengkeram hand bagnya erat-erat mulai merasa takut sambil menatap wajah pria itu yang baru Jessi kenali ternyata paman Aika yang satu bulan lalu tertangkap di pesta ulang tahunnya, dan Jessi tahu dirinya dalam bahaya. Hingga entah keberanian dari mana dengan gerakan cepat Jessi menggerakkan tangannya, dan menyikut perut pria itu sedikit keras yang membuat pria tersebut terhuyung ke belakangan. Jessi pun berbalik bermaksud untuk melarikan diri namun tubuhnya seketika membatu seolah kehilangan fungsinya ketika sepucuk senjata api sudah tertodong tepat di depan wajahnya.

"Diam! atau kau akan mati," desis Candra dengan nada mengancam yang membuat Jessi memucat seketika.

"A-apa yang kau inginkan?" tanya Jessi terbata-bata di tengah rasa takutnya.

"Aku tidak menginginkan apa pun. Saudaramu berani memulai permainan denganku jadi aku hanya ingin meladeni tantangannya. Dia sudah menghancurkanku jadi dia juga harus hancur, dan akan lebih menyenangkan jika aku memanfaatkanmu untuk membalasnya, bukan begitu?"

"Kau tidak akan bisa melakukan apa pun. Di luar banyak penjaga yang akan menolongku," Jessi masih menjawab dengan suaranya yang bergetar karena takut.

"Penjaga? Sayang sekali mereka tidak melihatku. Lagi pula apa yang bisa penjaga itu lakukan jika kau sudah ada dalam genggamanku. Mereka mendekat maka nyawamu sebagai taruhannya."

Return (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang