Return 33

11.5K 619 20
                                    




Happy reading!

♡♡♡

Perempuan mana yang tidak merasa sakit hati ketika kehormatannya dinodai oleh seseorang secara paksa? Dan itu terjadi secara berulang kali.

Hancur. Hati Aika begitu hancur mendapati kenyataan buruk yang kembali menyapanya.

Aika masih meringkuk di ranjang dengan lengan Jo yang merengkuh tubuhnya yang entah sejak kapan sudah terbungkus pakaian. Sudah tidak ada lagi tangisan di sana, yang ada hanya tatapan kosongnya. Percuma ia tangisi toh semuanya sudah terjadi, meski ia menangis sampai air matanya mengering pun semuanya sudah terjadi, tidak ada yang tersisa dalam dirinya meskipun itu hanya sebuah harapan kecil.

Waktu masih menujukan pukul tiga pagi. Tidak mau terlalu lama dalam pelukan Jo, dengan hati-hati Aika bangkit sambil menyingkirkan lengan Jo agar laki-laki itu tidak terbangun. Aika sedikit meringis ketika ia merasakan sakit di salah satu bagian tubuhnya. Rasa sakit yang membuat Aika kembali tersadar bahwa semua itu bukanlah mimpi.

Setelah berhasil lepas dan turun dari ranjang, dengan langkah gontai Aika berjalan menuju kamar mandi. Aika memandang dirinya sendiri di cermin dengan tanpa ekspresi. Wajahnya begitu kacau dengan mata yang sembab karena menangis dan wajah yang pucat. Aika tersenyum miris melihatnya.

"Kau menyedihkan Ai," gumamnya untuk dirinya sendiri.

Aika berjalan menuju bathup dan mendudukkan dirinya di sana, Aika menyalakan air dari keran dan membiarkan dirinya terendam sedikit demi sedikit. Aika memeluk kedua lututnya dan menyembunyikan wajahnya di sana, tapi sial bayangan masa lalunya justru kembali berkelebatan dalam otaknya yang membuat Aika menggelengkan kepalanya berkali-kali karena kepalanya kembali berdenyut sakit.

"Jangan melawan atau kau kembali kehilangan orang-orang yang kau cintai."

"Jalang kecil sepertimu sudah seharusnya di perlakukan seperti ini."

"Apa lagi yang bisa kau banggakan jika kehormatanmu saja kau sudah tidak memilikinya, kemarilah sayang jangan melawan."

Aika menutup kedua telinganya erat ketika tiba-tiba saja sebuah suara menggema dalam benaknya. Suara yang berasal dari pria brengsek yang berhasil menghancurkannya. Ditambah dengan suara jerit kesakitan yang berasal darinya membuat Aika segera menggelakkan kepalanya kuat-kuat dengan tubuh yang semakin meringkuk takut di tempatnya dengan air mata yang mengalir perlahan di pipinya.

"Ampun ...," rintihnya.

"Sangat mudah, huh? Berarti benar aku bukan yang pertama, benarkan?"

Kini suara Jo yang kembali terdengar membuat tangis Aika semakin menjadi. Mendengar kata-kata itu membuat Aika semakin merasa menjadi perempuan paling rendah di hadapan Jo, dan semakin membuat Aika jijik terhadap dirinya sendiri.

Semakin lama air dalam bathup mulai merendam tubuhnya. Aika membasuh sedikit demi sedikit tubuhnya yang menurut Aika begitu kotor hingga lambat laun Aika semakin menggosok tubuhnya sendiri dengan membabi buta seolah hanya sekali usapan saja tidak mampu membersihkan tubuhnya tanpa memedulikan beberapa luka yang mulai muncul akibat cakaran kukunya sendiri.

"Kau menjijikkan Ai! Kau menjijikkan!" racau Aika terus menggosok tubuhnya sendiri tanpa henti.

"Aika! jadilah perempuan yang bisa menjaga dirimu sendiri dan kehormatanmu. Jangan mudah tergoda oleh bujukan laki-laki yang akan membuatmu menyesal di kemudian hari. Karena kehormatan seorang wanita adalah harta yang paling berharga dari apa pun, kau mengerti?"

Return (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang