Return 39

11.3K 615 23
                                    



Happy reading!

♡♡♡♡

Jessi merapikan selimut yang membungkus tubuh Jo yang sudah tertidur meringkuk karena efek dari obat yang Jo minum. Ya, dirinya terpaksa memberikan satu butir obat penenang tersebut untuk Jo setelah ia memberi syarat bahwa ini benar-benar yang terakhir Jo meminumnya, dan Jo pun menurutinya tanpa membantah.

Saat ini dirinya baru saja mengobati luka gores di dahi Jo yang sepertinya akibat kecelakaan yang menimpa laki-laki itu tadi malam. Kedatangannya kemari sebenarnya karena permintaan ayahnya yang menerima kabar kecelakaan tersebut dari pihak kepolisian. Mengingat mobil yang Jo gunakan adalah mobil perusahaan, dan jika dihitung ini sudah mobil ke tiga yang Jo rusak selama rentang waktu tiga bulan karena ini bukan pertama kalinya Jo terlibat kecelakaan. Rasanya baru satu bulan yang lalu Jo menabrak sebuah mobil yang terparkir di pinggir jalan.

Tangan Jessi terulur menyentuh dahi Jo yang terasa panas membuatnya menghela napasnya khawatir. Apa lagi ketika wajah pucat dan keringat dingin yang muncul di sana.

Jessi lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang. Setelah menunggu beberapa lama panggilan itu pun diangkat.

"Halo paman Felix? Bisa kau jelaskan kenapa Nathan masih mengonsumsi obat itu? Paman bilang Nathan sudah sembuh tapi nyatanya apa sekarang?" cecar Jessi yang kecewa karena merasa dibohongi. Paman Felix adalah adik dari ayahnya yang berprofesi sebagai psikiater yang juga dulu menangani Jo.

"Tenang dulu, Jess! Sebenarnya apa yang kau maksud? Paman sudah tidak pernah memberikan obat apa pun pada Nathan. Terakhir paman memberi obat sekitar tiga tahun yang lalu karena paman merasa Nathan sudah tidak membutuhkan itu lagi."

Jessi terdiam mendengar penjelasan pamannya. Jika memang seperti itu berarti Jo selama ini meminum obat itu tanpa sepengetahuan siapa pun. Ya Tuhan ....

"Lalu Nathan mendapatkan obat itu dari mana? Nathan meminum obat itu lagi," ujar Jessi sambil berjalan mondar-mandir dengan menggigiti kukunya sendiri bertanda ia sedang gugup sekarang.

"Paman tidak tahu. Baiklah begini saja, kebetulan paman saat ini sedang ada di Indonesia untuk acara ulang tahun perusahaan ayahmu nanti malam. Kita bicarakan ini nanti malam, ya?"

"Baiklah paman. Terima kasih," ujar Jessi, setelah itu ia pun menutup panggilan tersebut dan kembali menghampiri Jo yang masih tertidur. Bagaimana mungkin Jo hadir di acara ulang tahun perusahaan di saat Jo tengah sakit seperti ini.

"Kenapa kau menutupi ini semua, Nath! Apa kau tidak menganggap kehadiranku lagi?"

Mengingat acara itu Jessi langsung melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, sedang acara akan dimulai pukul delapan malam nanti, Jo tidak mungkin bisa hadir.

Sebenarnya acara yang dibuat oleh ayahnya bukan hanya dalam rangka ulang tahun perusahaan saja. Melainkan sekaligus merayakan ulang tahun dirinya dan Jo yang sebenarnya sudah terlewat sekitar dua hari yang lalu. Ayahnya yang menyiapkan ini semua. Padahal dirinya sudah menolak mentah-mentah acara ini terutama Jo yang tidak tertarik sama sekali dengan cara seperti ini, tapi ayahnya tetap meneruskan rencananya.

Dan dirinya ingat belum mengucapkan selamat kepada Jo secara langsung , ia hanya mengirimkan pesan singkat yang tidak pernah Jo balas.

"Happy birthday, Nath," bisik Jessi, setelah itu ia mengecup pipi Jo sebelum akhirnya ia keluar kamar untuk mengambil alat bersih-bersih. Well ... dirinya masih memiliki tugas untuk membersihkan kamar Jo yang sudah seperti gudang ini sebelum dirinya bersiap untuk datang ke acara nanti malam.

Return (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang