Extra part II

19.5K 628 81
                                    

Happy reading...

♡♡♡

Lima tahun kemudian...

"Baby! Kembalikan sepatu Papa!" seru Jo sambil berjalan menyusuri rumahnya guna mencari putrinya yang tengah bersembunyi sambil membawa sepatu miliknya.

"Tidak mau, jangan panggil Baby, Papa! Aya bukan anak bayi lagi!"

Terdengar seruan dari anak kecil dengan nada protesnya. Jo menahan senyumnya mendengar itu, putri kecilnya itu memang paling tidak suka di panggil Baby. Jo mengedarkan pandangannya guna mencari sumber suara yang ternyata berasal dari dapur. Namun ia masih tak melihat sosok mungil yang sudah melengkapi rumah tangganya bersama sang istri, Aika.

"Memangnya kenapa? Papa suka dengan panggilan itu," ujar Jo bermaksud menggoda anaknya sambil perlahan berjalan mendekati meja dapur tempat persembunyian sang putri.

"Ih! Papa. Nama Aya itu Ayana Josaphine panggilannya Aya, tidak boleh diganti. Aya tidak suka!" protes gadis kecil berusia lima tahun yang mengaku bernama Aya itu dengan gemasnya.

Jo terkekeh geli di buatnya. "Baiklah Ayana Josaphine Alexander, keluarlah dan kembalikan sepatu Papa, oke?"

Ayana Josephine Alexander. Nama 'Ayana' Jo ambil dari mendiang ibu Aika yang tidak lain adalah mertuanya dan Aika pun menyetujui itu. Sedangkan nama 'Josephine' Aika sendiri yang mengusulkan nama itu, agar mirip dengan namanya 'Jonathan' katanya. Sedang kan Alexander berasal dari nama keluarganya. Aya adalah gadis kecil yang sangat pintar, ceria bahkan cenderung cerewet, seperti Jessi.

Tidak ada sahutan apa pun dari Aya yang membuat Jo menggelengkan kepalanya, entah sifat dari mana yang membuat putrinya itu sering bertingkah jahil seperti ini.

"Huh! bagaimana ini? padahal Papa ingin mengajakmu ke suatu tempat. Tapi berhubung kau menyembunyikan sepatu Papa jadi Papa batalkan saja," seloroh Jo dengan suara yang sengaja ia keraskan untuk memancing reaksi dari Aya.

Dan benar saja ketika Jo baru saja hendak melangkahkan kakinya terlihat Aya yang segera keluar dari bawah kolong meja dapur sambil menenteng salah satu sepatu papanya.

"Iya! Iya! Aya kembalikan. Jadi Papa, kita akan pergi ke mana? Aya ikut ya?" Dengan wajah polos dan senyuman manis andalannya, Aya yang sudah berdiri di depan papanya itu mengembalikan sepatu papanya dengan baik-baik, berusaha membujuk sang Papa agar tetap mengajaknya pergi.

Jo yang melihat tingkah gadis kecil dengan rambut panjang berponi itu tak bisa menahan tawanya, ia lalu mengacak pucuk kepala Aya dengan gemas, sambil berjongkok di depan Aya ia pun berkata, "Well, Baby... eh maksud papa Aya, papa akan mengajakmu asal kau berjanji tidak akan melakukan itu lagi, janji?"

"Janji," ujar Aya cepat sambil mengacungkan jari kelingkingnya yang langsung di sambut oleh Jo. "Tapi kalau Papa masih memanggil Baby, Aya akan melakukannya lagi," sambung Aya sambil terkikik geli, begitu pun dengan Jo yang juga sudah terkekeh melihat putrinya yang kadang terlalu pintar berkelit.

"Oke!" Jawabnya. "Sore ini kita akan pergi berbelanja sesuatu."

Aya mengernyit tak mengerti. "Belanja? Bukankah sudah ada bik Aminah?"

Jo menahan senyumnya sambil menarik lengan Aya agar mendekat. "Kemarilah, Papa bisikan sesuatu."

Jo pun membisikan sesuatu tepat di telinga Aya, dan saat itulah raut wajah Aya berbinar dengan senyuman lebar yang menghiasi wajah cantiknya. Entah apa yang Jo bisikan, tapi yang pasti Aya kini sudah berlari menuju kamarnya si lantai atas yang membuat Jo terkekeh geli.

Tidak lama kemudian Aya kembali dengan tas kecil yang sudah terkalung di tubuhnya. "Papa! Aya sudah siap, ayo pergi."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Return (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang