Return 2

18.1K 1.1K 32
                                        

"Rindu, adalah penyakit hati yang hanya bisa sembuh jika kita sudah bertemu dengan seseorang yang kita rindukan, namun bagaimana jadinya jika seseorang itu membencimu bahkan enggan menatapmu lagi."

Happy Reading^^

♡♡♡♡

"Thanks, Ta!" ucap Aika pada Genta setelah perjalanan selama 15 menit mereka sampai.

"Sama-sama Ai. Genta dengan senang hati akan mengantarkanmu ke mana pun kau pergi," balas Genta dengan berlebihan sambil mengayunkan tangannya bak seorang pelayan yang siap melayani tuan putrinya.

Aika yang melihat itu pun hanya bisa terkekeh geli. "Ya sudah sana pergi," usirnya.

"Ck! kau tidak menawariku minum sama sekali, Ai?"

"Oh iya! apa kau mau minum dulu Ta?" tanya Aika dengan nada gelinya.

"Tidak perlu!" ketus Genta yang merasa kesal seraya memakai helmnya kembali dan menyalakan motornya. "Sampai jumpa besok, Aika."

"Hmm! Sampai jumpa!"

Setelah melihat Genta pergi dari rumahnya, Aika pun berbalik dan saat itulah ia melihat sepeda motor adiknya sudah terparkir di depan rumah.

Di sinilah Aika tinggal sekarang. Rumah kontrakan mungil yang terdiri dari dua kamar dan satu kamar mandi, rumah yang cukup nyaman untuk ia tinggali selama tiga tahun belakangan bersama adiknya. Sebelum ini ia tinggal bersama pamannya yang gila harta hingga sesuatu yang begitu buruk kembali menimpanya. Kejadian yang membuat trauma tersendiri untuknya dan saat itulah ia dan adiknya memutuskan pergi dari rumah besar itu, persetan dengan harta kedua orang tuanya yang kini sudah di kuasai oleh pamannya.

"Kau sudah pulang, Kak?" Sapa seseorang dari dalam rumah yang sudah pasti itu adiknya, Arya.

"Iya, kau sudah mau berangkat?" tanya Aika heran ketika ia sudah berdiri di depan adiknya yang sedang duduk di sofa seraya mengikat tali sepatunya dengan pakaian yang sudah rapi.

"Hmm, manajer menyuruhku untuk berangkat lebih cepat karena Cafe sudah di booking untuk acara ulang tahun," ucap Arya menjelaskan.

Arya memang seorang mahasiswa ketika siang hari, tapi ia juga bekerja paruh waktu sebagai pianis di sebuah Cafe pada malam harinya. Adiknya itu memang sangat menyukai piano. Dulu semasa Arya masih kecil sampai memasuki sekolah menengah ia mengikuti les piano begitu pun Aika. Tapi ketika orang tua mereka meninggal karena kecelakaan mereka berhenti.

Sebenarnya Aika sudah meminta Arya untuk berhenti bekerja dan fokus pada kuliahnya, tapi bocah itu menolaknya mentah-mentah dengan alasan ...

"Kakak tenang saja. Seperti yang kakak tahu aku ini pintar, walaupun aku jarang belajar aku akan tetap pintar dan beasiswaku akan tetap aman. Lagi pula aku ingin membantumu. Jadi kau tenang saja, oke?"

Kira-kira seperti itulah kata-kata yang Arya ucapkan ketika dirinya yang mulai mengungkit tentang pekerjaan adiknya itu.

"Oh, kau sudah makan?" tanya Aika yang sudah duduk di samping Arya sambil memperhatikan adiknya. Sebenarnya ia sedikit merasa bersalah melihat adiknya harus ikut bekerja keras membantunya, ia merasa tidak berguna sebagai kakak.

"Belum. nanti saja di Cafe. Ya sudah, Kak! aku berangkat," ucap Arya seraya bangkit dari duduknya dan memakai tas ransel kesayangannya, dan jangan lupa kebiasaan Arya sebelum bepergian yaitu mencium pipi kiri kanan Aika.

"Arya! Basah!" teriak Aika sambil mengusap usap pipinya yang basah entah karena apa, dan di balas gelakkan tawa Arya yang sudah kabur keluar rumah.

Return (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang