Return 45

12.3K 571 41
                                    

Happy reading...

♡♡♡

Aika dan Jo baru saja turun dari kamar mereka ketika tiba-tiba saja Ayah Harry memanggil keduanya untuk datang ke ruang tamu. Ketika mereka sampai di ruang tamu Jo dan Aika melihat ternyata sudah ada seseorang yang bertamu.

Aika tidak mengenali siapa pria paruh baya yang memiliki perawakan dan wajah yang mirip dengan ayah Harry itu, namun berbeda dengan Jo yang sudah menghela nafasnya pasrah.

"Nathan! bagaimana kabarmu? Sudah lama kita tidak bertemu, apa kau tidak merindukan pamanmu ini, heum?" sapa seseorang tersebut yang tidak lain adalah paman Felix.

Jo kemudian mendekat dan menjabat tangan paman Felix ogah-ogahan. "Aku baik-baik saja paman," jawabnya sambil menatap paman sekaligus psikiaternya dulu saat di London, dan Jo tahu Jessi pasti sudah mengadu yang tidak-tidak pada paman Felix yang membuat pamannya itu datang kemari.

Paman Felix malah terkekeh melihat Jo yang terlihat anti pati terhadapnya, dan dirinya sudah terbiasa dengan sifat Jo yang seperti ini. "Astaga! kau masih saja seperti ini," ujarnya masih terkekeh geli sambil menepuk bahu Jo berkali-kali. Tatapannya lalu tertuju pada Aika yang tengah berdiri di sisi Jo dengan wajah bingungnya.

"Kau pasti Aika iya 'kan ? Perkenalkan nama saya Felix paman dari Jonathan dan Jessi," sapa Felix ramah sambil menyodorkan tangannya yang langsung dibalas oleh Aika.

Mendengar nama Felix disebut membuat Aika langsung mengerti, mungkin paman ini yang sempat Jessi sebut sebagai psikiaternya Jo. Sambil menjabat tangan paman Felix Aika pun mengenalkan dirinya dengan sopan.

"Benar Paman, nama saya Aika," ucap Aika tak kalah ramah.

"Duduklah duduk. Jangan tegang seperti itu!" celetuk paman Felix mempersilakan Jo dan Aika duduk yang membuat Jo mendengkus kesal. Sebenarnya siapa yang tuan rumahnya di sini.

Tidak, Jo tidak membenci paman Felix. Hanya saja sifat jahil paman Felix yang terkadang membuat Jo sebisa mungkin menghindari pamannya ini.

Aika dan Jo pun akhirnya duduk di sofa tidak jauh dari paman Felix. Hingga tidak lama kemudian Harry pun datang ikut bergabung sambil menatap Jo penuh arti, dan Jo bisa menduga bahwa ayahnya juga sudah tahu kalau selama ini dirinya kembali mengonsumsi obat itu. Jo pun hanya bisa menundukan kepalanya merasa bersalah melihat ada tatapan kecewa di mata ayahnya.

"Kenapa kau tidak pernah jujur pada ayah, Nath? Ayah sudah berusaha mendekatkan diri padamu agar kau lebih nyaman dan menceritakan apa saja masalahmu pada ayah, tapi seperti biasa kau lebih memilih diam dan diam membuat ayah tidak tahu bagaimana harus menghadapimu. Ayah merasa menjadi orang tua yang tidak berguna kau tahu?" tutur Harry panjang lebar mengeluarkan rasa kecewanya terhadap putranya. Awalnya dirinya tidak tahu kenapa Felix tiba-tiba saja berkunjung namun setelah itu Felix menceritakan apa saja yang ditutur kan oleh Jessi tentang masalah Jo.

Hati Jo merasa sakit mendengar ucapan ayahnya yang membuatnya menggenggam tangan Aika erat-erat. Sungguh ia tidak bermaksud membuat ayahnya merasa seperti itu.

"Kau bisa terbuka pada Jessi. Kau bisa terbuka pada Aika, tapi kenapa kau tidak bisa terbuka pada ayah!"

"Maaf, Ayah," lirih Jo dengan suara tercekat tanpa menatap ayahnya. Hanya itu yang bisa ia ucapkan karena ia sadar sudah mengecewakan ayahnya lagi dan lagi. Aika yang duduk di sisi Jo hanya bisa mengusap bahu Jo lembut untuk menenangkan.

Di sisi lain Felix pun melakukan hal yang sama. Ia sudah menepuk bahu Harry beberapa kali. "Jangan menekannya!" gumamnya pada Harry, ia melihat keponakannya yang sudah terlihat tertekan.

Return (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang