[10]. Wanita Paruh Baya✓

12.3K 1.4K 35
                                    

“Tinker Bell.”

-????-

-????-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Heidi terkapar bagaikan tidak ada daya upaya untuk hidup tepat di lantai apartemennya di dekat beranda, dia mengintip sedikit dari beranda dekat ruang tamunya melihat apakah ada Faint atau tidak di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Heidi terkapar bagaikan tidak ada daya upaya untuk hidup tepat di lantai apartemennya di dekat beranda, dia mengintip sedikit dari beranda dekat ruang tamunya melihat apakah ada Faint atau tidak di sana.

Setelah Faint meninggalkannya tadi, Heidi tidak berkutik dan tetap diam di lantai memikirkan dan mencoba menenangkan dirinya. Faint menciumnya lagi dan Faint mengaggap itu biasa-biasa saja, tentu saja, tujuannya hanya mempermainkan Heidi. Dan dengan ciuman palsu itu Heidi sudah terbuai.

Heidi rasa cepat atau lambat Heidi akan segera mati. Mati uhuhuuuu~

Heidi merangkak seperti balita yang tidak berdaya—berjalan menuju ruang tengah di mana ada ruang tamu mini di sana yang di depannya terdapat meja dan juga televisi.

Heidi merangkat sampai ke karpet ruang tamu dan meraih ponselnya di meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Heidi merangkat sampai ke karpet ruang tamu dan meraih ponselnya di meja. Dia harus curhat agar isi jiwa dan raganya tenang...

Heidi akui dia memang labil tapi memang beginikan cara menenangkan diri, itu semua cara baru yang didapatkannya saat dia mengenal Thea dan Ellinor. Mereka sahabat yang baik walaupun terkadang buruk tapi seperti itulah persahabatan, saling melengkapi di anatara kekurangan dan kelebihan setiapnya.


HEIDI : Because Of You [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang