39. Harapan yang Terkabul✓

11.5K 1.3K 214
                                    

Ps: udah baca Note Conan kan di bab 35? Lebih baik melihat note dulu sebelum akhirnya menyesal😊

Dan ini bab panjaaaang banget. Selamat baca deh.

🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️

🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️🕉️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Stop—
Maaf untuk Typo 😊

Begitu Heidi mencapai ambulan itu, dia sudah melihat Maria di baringkan ke di sana. Tim gawat darurat sepertinya sedang mengambil tindakan pertolongan pertama padanya.

Di pintu mobil ambulan yang terbuka itu sudah banyak perawat medis di sana, dan Faint dengan wajah penuh dengan peluh dan pandangan yang begitu takut dan khawatir ada disisi Maria yang kepalanya tengah di balut, darah tak henti mengalir dari sana.

Yang paling ironis adalah Maria dalam keadaan sadar meringis dan menjerit kesakitan, tangisnya terdengar begitu memilukan dan kesakitan. Banyak orang yang menonton merasa iba dengan kesakitannya dan beberapa memalingkan wajah tidak tahan melihat deritanya.

“Faint sakit....” Maria menangis sambil menatap Faint yang memegang tangan Maria erat disisinya. “sakit....”

Faint mengigit bibirnya, ia terlihat begitu menderitanya seperti Maria, Faint sesekali memejamkan matanya sembari menguatkan genggamannya pada tangan Maria, sesekali terdengar kemarahannya karena tim medis yang tidak bisa menangani situasi dengan baik.

Heidi merangkak naik ke atas mobil ambulan, arah pandangannya jatuh pada Faint dan Maria. Dilihat dari manapun keduanya tampak seperti pasangan kekasih. Heidi meringis dalam hati,bahkan dalam keadaan seperti ini dia masih memikirkan itu? Adik tidak berguna! Bahkan saat kakaknya dalam keadaan seperti ini dia masih bisa memikirkan  hal lain.

Heidi mengutuk dirinya sendiri dalam hati. Adik tak berguna!!

“Kak Maria...” Heidi tanpa sadar menyebut nama Maria, matanya berkaca-kaca ketika melihat luka sobek di dahi Maria, wajah Maria yang sudah pucat putih semakin pucat, air mata, keringat dan darah ada di sana. Dan yang bisa Maria lakukan hanya menahan sakitnya ketika tim medis berupaya mengentikan pendarahan dan membalut lukanya.

“Heidi...”  reaksi Maria begitu cepat. Dia menoleh ke Heidi. “Mengapa kau meninggalkanku sendiri... aku sudah bilangkan aku akan cepat...”

Ucapan Maria membuat Heidi bingung. Sementara Faint mulai mengerutkan keningnya juga dalam kepanikannya ketika melihat kondisi Maria, dia bahkan lupa dan baru sadar ada Heidi di sini saat Maria menyebut namanya.

“Kau bilang kau dan Faint mau keluar dari pesta dan menyuruhku untuk cepat.... aku sudah berupaya untuk cepat menyalimi mempelai. Tapi begitu aku berbalik aku sudah melihat kau dan Faint berlari meninggalkanku....” suara Maria hampir tidak jelas tapi masih terdengar apa maksud ucapannya.

HEIDI : Because Of You [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang