74. Mantra✓

9.8K 1K 18
                                    

Stop--

Maafkan untuk typo😅

Happy Reading 😄

✴️✴️✴️✴️✴️

Tak ada sepatah katapun lagi yang mampu Arsyan terutama Lina tuturkan.

Heidi masuk ke dalam mobilnya, dia bahkan tidak melihat seorangpun yang mengantarkan kepergiannya. Toh Heidi juga tidak menginginkan itu.

Heidi bahkan bisa melihat keluarga pamannya sedang minum teh di paviliun samping seolah mereka merayakan kepergian Heidi.

Lina Musa sebenarnya mengantarkan kepergian Heidi, dia sebisa mungkin tidak menunjukkan dirinya pada Heidi dan bersembunyi di balik tirai gorden.

Arsyan, dia pergi. Arsyan meminta supirnya untuk mengantarnya ke kediaman keluarga Uino. Mungkin dia akan memohon maaf pada keluarga Uino. Dia tidak bisa kehilangan koneksinya.

Dan Maria....

Heidi melihat ke jendela kamarnya saat mobil melaju melewati mantan kamarnya. Memperlihatkan jendela di mana di masa lalunya dia sering mengintip di sana, menangis di sana dan terpuruk di sana.

Tapi ketika ia melihat jendela itu dia melihat sesosok perempuan cantik yang menatap mobil Heidi dengan mata yang memiliki sinar tak terbaca. Maria.

Tapi Heidi tahu apa arti tatapan matanya itu....

Tadi pagi juga mereka berdua mengobrol beberapa hal di taman bunga itu, dan obrolan itu benar-benar akan membawa perubahan di masa depan.

Heidi mengalihkan pandangannya dan menyender di kursi mobilnya. Evan yang menyetir di depan Heidi melihat dari kaca.
"Nona, kita langsung ke bandara? Masih ada 1 jam lagi sebelum waktu keberangkatan."

Heidi membuka matanya dan melihat malas pada Evan, "kau tidak tahu kalau Ibu Kota negara ini punya hobi untuk macet."

Evan menyadari kemudian mengangguk menyetir mobilnya menuju bandara.

Dan setelah hampir tiba di perjalanan itu tetap memakan waktu 30 menit lamanya. Benarkan kata Heidi kalau ibukota negara ini mempunyai hobi untuk macet.

Heidi melihat mata Evan dan melihatnya melalui kaca spion di depan Evan.

"Tidak ada yang ingin kau tanyakan kepadaku." Bukan pertanyaan. Heidi lebih seperti memerintah Evan.

"....." Evan tidak bertanya, dia hanya diam dan itu wajarkan--karena dia tipe orang pendiam dan tidak banyak bicara, tetapi dari matanya malah terlihat seperti dia bingung ingin mengajukan pertanyaan apa seolah di kepalanya sudah ada beribu-ribu pertanyaan dan bingung harus memilih yang mana.

Heidi menghela nafas lelah, kemudian ia sadar sendiri tidak ada gunanya untuk menyuruh Evan bertanya.
"Baiklah akan ku bantu kau memilih pertanyaan. Bagaimana kalau kita mulai dari Kapan ingatan Nona Heidi kembali?."

Hedi benar-benar membuat Evan menjadi seperti orang bodoh. Evan hanya mengangguk, ini benar-benar seperti peribahasa bagai kerbau dicocok hidung.

".... Baiklah. Bagaimana kalau kita mulai dari sebuah mantra: Faint Alanis Uino."

Ucapan Heidi yang blak-blakan dan tidak keberatan memberitahukan semuanya kepada Evan membuatnya sedikit menghangat seolah Heidi benar-benar mempercayainya.

"Semua berawal dari 3 bulan setelah kecelakaan. Malam itu....."

Heidi melihat wajah Evan yang seperti menahan nafas seolah ia akan mendengarkan jawaban kapan hari kiamat akan terjadi.

HEIDI : Because Of You [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang