"Please, give me the second change!"
Adhwi Alfahwi
***
Adhwi masuk ke dalam rumahnya dengan satu tangan menenteng tas. Liana menyambutnya dengan antusias seperti biasanya, namun anak kecil itu tiba-tiba berhenti berlari dengan kedua mata membulat ketika melihat wajah Adhwi yang penuh dengan luka lembab.
"Om Adhwi kenapa?" pekik Liana.
Adhwi tak menjawab, ia berjalan melewati Liana begitu saja. Resa yang mendengar pekikan anaknya itu berlari menghampirinya. Namun ia terkejut saat melihat wajah adiknya itu penuh dengan luka dan memar.
"Lo kenapa Adh?"
Lagi-lagi ia tak menjawab, ia tak sedikitpun mengindah pertanyaan Resa. Ia melengos begitu saja tanpa berkata sepatahpun.
Adhwi membuka pintu kamarnya lalu menutup pintu itu dengan keras. Ia tak peduli jika Resa dan Liana mendengar dan memarahinya nanti. Adhwi melempar tasnya sembarangan lalu menjatuhkan tuhubnya di atas kasur.
"Sialan!" umpatnya. "Gue harus apa supaya lo mau kembali sama gue lagi?"
Rahang Adhwi mengeras saat mengingat kembali kejadian saat ia berusaha meminta maaf lagi pada Shelyn di parkiran tadi.
"Lyn!" pangil Adhwi serat dengan permohonan sambil menahan pergelangan Shelyn yang akan menaiki motor Abi.
"Lepas gue mau pulang!" Shelyn berusaha melepaskan cekalan Adhwi yang sayangnya semakin erat.
"Aku bisa jelasin ini semua, aku mohon dengerin dulu aku."
"Ck, apa lagi yang mau lo jelasin? Percuma Shelyn gak akan denger dia terlanjur kecewa sama lo. Mendingan lo pergi aja sana!" ketus Sella yang berdiri di sebelah motor Zean.
"Gue pikir lo udah berubah. Tapi ternyata sekali brengsek ya tetep aja brengsek." cerca Zean.
Adhwi hanya menatap sinis Sella dan Zean tanpa menyahuti perkataan menusuk mereka. Ia kembali memfokuskan diri pada Shelyn.
"Lyn please dengerin dul--"
"Apapun yang mau lo jelasin itu percuma Adh. Gue udah terlanjur kecewa, dan lo harus tau sekali gue kecewa gue gak bisa kembali percaya walaupun orang itu masih gue cinta. Jadi, please. Jangan ganggu gue lagi, semuanya udah berakhir."
Shelyn menatap kecewa kedua mata Adhwi yang penuh penyesalan itu. Lalu dengan sedikit paksaan ia menarik tangannya dari cekalan Adhwi.
"Makasih karena selama ini lo udah bikin gue bahagia walaupun sekarang gue tau itu cuma sandiwara."
Ingin sekali Adhwi mengatakan jika itu tidak benar. Namun, sebelum ia mengutarakan itu Shelyn terlebih dahulu pergi bersama Adhwi. Meninggalkan Adhwi dalam sebuah penyesalan yang semakin menjadi.
***
Bintang di langit tak sebanyak biasanya namun walaupun begitu langit malam ini terlihat indah. Shelyn mengacungkan jari telunjuknya. Ia menunjuk satu titik bintang ke bintang lain, seolah membentuk sebuah garis yang kasat mata.
"Lo ngapain disini?"
Shelyn menengok ke arah seorang cowok yang kini duduk di sebelahnya. "Liatin bintang."
"Menghibur diri untuk sedikit melupakan masalah." tebak Abi.
Shelyn mendesah berat. Abi adalah orang yang tak mudah di bohongi. Ia selalu saja tahu apa yang di rasakannya. Sehingga percuma saja Shelyn menyembunyikan masalahnya.
"Lo emang tau gue Bi!" lirih Shelyn dengan senyum picik di wajahnya.
"Lo masih mikirin dia?"
"Hmm...disisi lain gue kangen banget sama dia, tapi disisi lain gue juga kecewa banget sama dia. Gue pengen ngejauh dari dia tapi hati gue nolak. Gue pengen lupain dia tapi otak gue gak sejalan. Gue bingung Bi!" lirih Shelyn dengan tatapan lurus kedepan.
Rasanya sesak saat mendengar Shelyn berkata seperti itu apalagi Abi belum bisa menghilangkan perasaannya. Namun, sekarang Abi harus mengekesampingkan perasaannya itu, kebahagiaan Shelyn lebih penting.
Abi menarik kepala Shelyn agar bersandar di bahunya. "Gue sebagai sahabat lo marah banget waktu gue tau dia nyakitin lo. Tapi gue juga gak bisa liat lo sedih terus kayak gini."
"Gue tau kalau dia udah nyakitin lo. Tapi lo inget, Lyn! dia selalu berusaha ngejelasin sesuatu sama lo? Saran gue apa salahnya lo dengerin dulu penjelasan dia. Setelah itu lo bisa putusin mau nerima penjelasan itu apa enggak. Gue takut jika sebenernya masalah kalian cuma kesalahpahaman."
Shelyn mendongkak untuk menatap wajah Abi. "Apa gue harus ngelakuin itu?"
Abi tersenyum lalu mengangguk kecil. Satu tangannya mengelus rambut Shelyn yang tergurai dengan indah.
"Ya, lo harus dengerin penjelasan dia."
***
Sefan meringis sambil menutup kedua telinganya. Jika bukan karena sahabatnya ia tak mungkin mau menjinjakan kaki di ruangan dengan dentuman lagu yang membengkakkan telinga, serta lampu kerlap-kerlip yang membuatnya pusing itu. Dari mulai masuk sampai sekarang dia ada di tengah-tengah orang yang sedang berjoget ria Sefan tak henti-hentinya mendecak dan mengumpat. Kenapa sahabatnya itu sampai terdampar di tempat sialan ini. Ayolah Sefan tahu dia bukan type cowok penyuka tempat yang disebut club ini. Tapi kenapa sekarang ia harus kesini?
Sefan mengedarkan tatapannya, mencoba mencari satu dari sekian banyak orang itu dengan mata memicing. Dan disanalah, Sefan menemukan orang itu tengah duduk di depan bartender dengan beberapa botol menemaninya.
Ck! Sefan melangkahkan kaki menuju orang itu dengan kesal. Ia tak mempedulikan cewek-cewek yang berusaha menggoda dan menarik perhatiannya. Matanya terlalu fokus pada sosok cowok yang tengah meminum minuman beralkohol itu.
"Bangsat ngapain lo kesini, segitu frustasinya lo sampai datang ketempat sialan ini?" geram Sefan sambil menarik botol ke lima yang akan diminum cowok itu.
Cowok itu tak terima, ia mendecak kesal, "lo ngapain kesini?"
"Bodoh!" umpan Sefan lalu menarik cowok yang setengah sadar itu untuk keluar dari sana tempat sialan itu.
Bukan hal yang mudah menarik cowok yang terus memberontak itu, Sefan sampai kewalahan sendiri. Namun, Sefan tak menyerah hingga akhirnya kini ia telah berhasil memasukan cowok itu ke dalam mobilnya.
Sefan mendengus, lalu menutup pintu mobil dalam satu sentakan. Sahabatnya itu benar-benar sudah gila. Kemana hilangnya akal sehat cowok itu? Bisa-bisanya ia pergi ke tempat sialan itu.
Sefan melirik cowok yang sekarang tengah tertawa itu dari balik sepion mobil sambil menggeleng. Sahabatnya itu terlihat seperti orang tolol yang tertawa lalu mengumpat. Sefan tahu hati cowok itu sedang kacau tapi ia tak pernah berpikir jika cowok itu akan nekat pergi ke tempat sialan itu.
Bahkan satu tahun lalu saat cowok itu ditingalkan cewek yang ia sayangi seperti sekarang, tapi ia tak sedikitpun berniat pergi ke tempat itu. Terus lihatlah sekarang cowok itu untuk pertama kalinya kesana dan meminum minuman beralkohol. Luar biasa! Cewek itu mempunyai pengaruh besar untuk hidup sahabatnya itu.
Gue akan bantu lo Adh, batin Sefan. Lalu, ia melajukan mobilnya meninggalkan tempat yang tak pernah ia mau ia lagi ijakan kakinya disana.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SHELYNA [End]
Dla nastolatkówKita pernah saling mencintai begitu dalam. Sampai aku lupa bagaimana untuk berhenti. Kita pernah saling mendekap dalam pelukan. Sampai aku tak ingin untuk melepaskan. Aku dan kamu begitu menikmati rasa itu. Namun, kita melupakan satu hal. Dia yang b...